DIALEKSIS.COM | Aceh Tamiang - Paska banjir besar yang melanda Aceh Tamiang sejak Kamis, 27 November 2025, derita masyarakat di kabupaten perbatasan Aceh - Sumatera Utara itu belum kunjung berakhir. Enam hari berlalu, wilayah tersebut masih lumpuh total. Ratusan ribu warga terjebak dalam kondisi memprihatinkan tanpa listrik, tanpa jaringan komunikasi, minim logistik, dan tanpa akses kesehatan.
Syukurdi M, warga Aceh Tamiang, menggambarkan situasi yang ia sebut sebagai “derita yang berkepanjangan”.
Ia menjelaskan, ribuan warga lokal dan musafir yang melintas menuju Medan masih tertahan. Sementara itu, puluhan kendaraan pribadi dan bus antarkota rusak akibat terendam banjir dan kini terparkir di badan jalan raya.
“Bus-bus dan mobil pribadi itu seharusnya menuju Medan, tetapi semuanya terhenti. Banyak kendaraan rusak berat setelah terendam air,” tutur Syukurdi.
Penduduk lokal pun dipaksa mengungsi ke bangunan bertingkat masjid, sekolah, kantor pemerintahan, hingga gedung olahraga. Sebagian lainnya bertahan di lantai dua rumah atau ruko, terutama ruko milik warga keturunan Tionghoa.
“Setidaknya ada lebih dari 50 titik pengungsian. Warga masih menunggu air benar-benar surut, tapi rumah-rumah mereka kini dipenuhi lumpur tebal, sampah, dan gelondongan kayu,” ungkapnya.
Situasi makin memburuk akibat pemadaman listrik total di seluruh Aceh Tamiang. Jaringan telepon dan internet juga terputus sejak hari pertama banjir.
“Sudah enam hari kami gelap gulita. Tidak ada listrik, tidak ada sinyal. Komunikasi pemerintah lumpuh, hubungan keluarga terputus. Warga di perantauan tidak bisa menghubungi keluarga di kampung. Musafir yang terjebak di sini juga hilang kontak dengan keluarganya,” kata Syukurdi.
Ia menyebut malam-malam yang mereka hadapi sebagai “gelap yang mencekam”.
Krisis lain adalah minimnya distribusi logistik. Bahan makanan, air bersih, dan pakaian hampir tidak mencukupi. Hingga hari keempat, banyak pengungsi mengaku belum tersentuh bantuan.
“Pemerintah kabupaten sudah berusaha, tapi jumlahnya sangat terbatas. Bantuan dari luar tidak bisa masuk karena semua jalur darat terputus. Kalau pun ada, harus lewat udara,” jelas Syukurdi.
Dalam kondisi ini, warga hanya mengumpulkan sisa persediaan makanan secara swadaya.
“Anak-anak dan balita paling menderita. Mereka mulai kelaparan,” ujarnya.
Banjir merusak hampir seluruh fasilitas kesehatan di Aceh Tamiang rumah sakit, puskesmas, gudang farmasi, ambulans, hingga klinik swasta. Sementara para tenaga medis pun menjadi korban banjir.
“Kalau ada warga sakit, tidak ada yang bisa menangani. Obat tidak ada, paramedis terbatas, lokasi pengungsi sulit dijangkau,” tegas Syukurdi.
Kabupaten Aceh Tamiang masih tak dapat dijangkau melalui jalur darat. Jalur dari Medan ke Aceh terputus akibat banjir di Tanjung Pura, Berandan, Besitang, serta longsor di dua titik di Seumadam dan Alur Gantung.
“Hari keenam, jalan masih belum bisa dilalui. Di depan Makodim saja masih tergenang,” katanya.
Sementara itu, akses dari Bireuen dan Lhokseumawe juga lumpuh karena jembatan putus dan banjir besar di Aceh Utara dan Aceh Timur.
Dalam kondisi kritis ini, Syukurdi menyampaikan permohonan terbuka kepada Presiden RI dan seluruh lembaga terkait untuk turun tangan langsung.
“Kami mohon percepat bantuan. Jangan biarkan kami mati perlahan. Ada lebih dari 370 ribu warga Aceh Tamiang yang sedang bertahan hidup seadanya,” serunya.
Ia menegaskan bahwa negara memiliki sumber daya memadai untuk menembus wilayah yang terisolasi itu.
“Negara ini punya pesawat, helikopter, kapal, kendaraan taktis. Ada alat berat untuk membersihkan longsor, membuat jembatan darurat, mendirikan rumah sakit lapangan, dapur umum. Semua itu ada. Semuanya mudah dilakukan jika benar-benar mau,” kata Syukurdi.
Ia juga meminta pengerahan tenaga medis, TNI“Polri, logistik besar-besaran, hingga suplai listrik darurat dari PLN.
Di akhir pernyataannya, Syukurdi menyampaikan kalimat yang menggugah,“Kami hanya menunggu. Kami hanya menerima bencana. Tanah ini murka setelah isinya kau keruk, kau kuras. Kini kami menanggung akibatnya, dan kami meminta negara hadir sepenuhnya.”