DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, mengakui bahwa Aceh hingga kini masih mengalami krisis listrik akibat kegagalan sinkronisasi jaringan kelistrikan. Akibat gangguan besar tersebut, seluruh wilayah Aceh terisolasi dari sistem interkoneksi Sumatra.
PLN menargetkan pemulihan kelistrikan di Aceh, termasuk pasokan stabil menuju Banda Aceh, baru bisa dicapai pada Minggu, 14 Desember 2025.
Hal ini disampaikan Darmawan dalam konferensi pers daring bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, Selasa (9/12/2025) siang.
Dalam keterangan resminya, Darmawan menjelaskan bahwa kerusakan parah terjadi pada sejumlah jalur transmisi utama, termasuk jaringan yang menghubungkan Arun-Bireuen dan Bireuen-Takengon.
Gangguan ini menyebabkan pembangkit di Arun tidak dapat menyalurkan listrik ke Banda Aceh, sehingga ibu kota provinsi dan sekitarnya terpaksa mengalami pemadaman bergilir.
“Dampak kerusakan ini, pembangkit kami di Arun tidak bisa mengaliri Bandara Aceh. Masih ada pasokan dari Nagan Raya, tetapi kapasitasnya tidak cukup. Karena itu Bandara Aceh mengalami pemadaman bergilir,” ujar Darmawan.
Salah satu penyebab terparah adalah robohnya sejumlah tower transmisi di wilayah Bireuen dan Aceh Tengah. Menurut Darmawan, akses menuju titik kerusakan sangat sulit sehingga PLN tidak bisa mengirim material menggunakan jalur darat.
“Jarak antara pusat logistik kami dengan tower hanya dua kilometer. Tapi medan tidak bisa ditembus. Kami terpaksa menggunakan helikopter untuk mengangkut material perbaikan,” jelasnya.
Material perbaikan yang diangkut pun tidak sedikit: 35 ton komponen tower harus diterbangkan satu per satu menggunakan helikopter, ditambah 16 ton kabel dan peralatan penarik yang didatangkan dari Jakarta menggunakan pesawat Hercules.
Pengiriman logistik besar ini melibatkan kerja sama TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Udara, dan sejumlah mitra PLN.
“Kami bekerja dalam kondisi yang sangat sulit, tetapi pembenahan tower dan penyambungan kabel akhirnya dapat dilakukan,” katanya.
Setelah sejumlah tower dan jaringan diperbaiki, PLN sempat optimistis listrik Aceh akan pulih hingga 93 persen.
Optimisme ini disampaikan kepada Menteri ESDM saat kunjungan Presiden pada agenda rapat kabinet terbatas di Aceh.
Namun kenyataannya, ketika transmisi Arun-Bireuen siap secara fisik, sinkronisasi sistem justru gagal. Arus listrik dari Arun tidak bisa mengalir dengan stabil ke Banda Aceh akibat hambatan teknis yang jauh lebih berat dari perkiraan.
“Dalam proses ini kami memberikan informasi yang tidak akurat kepada Bapak Menteri ESDM. Kami menyampaikan sistem listrikan akan pulih hingga 93 persen. Namun kenyataannya penyaluran listrik ini menghadapi tantangan teknis yang sangat besar,” ujar Darmawan.
Darmawan menegaskan bahwa PLN sepenuhnya memahami kekecewaan masyarakat Aceh, terutama setelah prediksi pemulihan cepat ternyata meleset.
“Tidak ada alasan apa pun yang bisa menghapus ketidaknyamanan ini. Kami memohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada seluruh masyarakat Aceh,” tegasnya.
PLN juga mengakui bahwa beberapa wilayah di Aceh masih terisolasi dan belum bisa dialiri listrik. Kerusakan jaringan yang bersifat struktural mengharuskan perbaikan dilakukan secara bertahap dan menyeluruh.
“Kami memastikan tim terus bekerja penuh untuk memulihkan listrik Aceh. Kerusakan yang terjadi memang sangat parah. Tapi kami tidak berhenti sampai seluruh wilayah kembali terang,” tutupnya. [nh]