Beranda / Liputan Khusus / Dialetika / Harapan Ekonomi Indonesia pada 3 Menteri Milenial

Harapan Ekonomi Indonesia pada 3 Menteri Milenial

Rabu, 23 Oktober 2019 13:17 WIB

Font: Ukuran: - +

Kolase foto Nadiem Makarim (35), Eric Thohir (49), dan Wishnutama (43). [Foto: IST]

DIALEKSIS.COM - Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin baru saja mengumumkan Kabinet Kerja Jilid II, Rabu (23/10/2019) pagi tadi. 

Jokowi malebelinya dengan Kabinet Indonesia Maju. Dari 34 menteri terpilih, ada tiga nama dari kalangan profesional yang mewakili segmen milenial. 

Mereka adalah Nadiem Makarim (35) pendiri Gojek, Eric Thohir (49) eks Presiden Inter Milan, dan Wishnutama (43) pendiri NET TV yang melejit namanya ketika menjadi Creative Director Upacara Pembukaan dan Penutupan Asian Games 2018 di Indonesia.

Bagaimana kiprah mereka sehingga dipanggil Jokowi untuk masuk dalam Kabinet Indonesia Maju? Berikut ulasan Dialeksis.com mengutip dari berbagai sumber.

Nadiem Makarim, Ternyata Pernah Kerja di Zalora Indonesia

Pria kelahiran Singapura ini dikenal karena keberhasilannya dengan bisnis Gojek. Namun tak mudah baginya membawa perusahaan teknologi itu masuk dalam startup kelas decacorn.

Nadiem satu-satunya putra dari tiga bersaudara pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadrie. Ayahnya, Nono Anwar Makarim, seorang pengacara keturunan Arab asal Pekalongan, Jawa Tengah.

Sang ayah merupakan seorang pengacara dengan gelar Doktor Ilmu Hukum lulusan Harvard. Sedangkan ibunya, Atika Algadrie merupakan seorang yang bekerja di bidang non-profit.

Nadiem Makarim resmi mengundurkan diri dari start-up yang dibangunnya, per 21 Oktober 2019, untuk bergabung di Pemerintahan Presiden Jokowi. [Foto: selular.id] 

Nadiem menyelesaikan SMA di negara kelahirannya, Singapura. Lalu menempuh sarjana di International Relations di Brown University, Amerika Serikat, sembari kuliah, ia juga sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics.

Sebelum kembali ke Indonesia, Nadiem melanjutkan S2 di Harvard University Business School. Kembali ke Tanah Air, ia bekerja di perusahaan konsultasi manajemen McKinsey.

Setelah bekerja tiga tahun di McKinsey, Nadiem mendirikan Gojek pada Maret 2011. Namun, seperti dilansir CNN Indonesia, Rabu (23/10/2019), Gojek saat itu masih bekerja secara konvensional lewat panggilan telepon.

Pada November 2011 ia menjabat sebagai Managing Director di Zalora Indonesia. Hanya sepuluh bulan di perusahaan e-commerce fesyen itu, ia pindah dan menjadi Chief Innovation Officer Kartuku selama setahun. Akhirnya, ia serius membangun kembali bisnis Gojek.

Saat ini Gojek menjadi perusahaan teknologi dengan valuasi lebih dari US$10 juta dan menyandang status decacorn. Gojek juga melebarkan layanan transportasi online ke beberapa negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, Vietnam.

Karena usianya yang masih muda, Jokowi pun memanggilnya "Mas" saat dilantik sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.

"Saya panggil Mas saja, karena masih muda. Mas Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan," ucap Jokowi, Rabu (23/10/2019), di Istana Negara.

Bos Gojek itu pun menjadi menteri termuda di Kabinet Indonesia Maju, berusia 35 tahun.

Eric Thohir, Eks Presiden Klub Bola Papan Atas Eropa

Pecinta olahraga tampaknya sangat familiar dengan nama satu ini. Terlebih penikmat sepak bola Eropa. Dia adalah mantan Presiden Inter Milan FC, klub sepakbola papan atas Italia.

Pria berusia 49 tahun ini sukses di sektor media dan menjadi figur penting dalam keberhasilan Asian Games 2018. Ia adalah pendiri dari Mahaka Group yang memiliki banyak media massa, mulai dari radio, media cetak, online, hingga pertelevisian.

Presiden Inter Milan, Massimo Moratti memberikan jersey bertuliskan namanya kepada presiden Inter Milan terbaru yang merupakan warga Indonesia, Erick Thohir, di Milan, Italia. [Foto: Antonio Calanni/AP Photo]

Selain di sektor media, Eric juga aktif di kancah olahraga. Pada 2004-2006 ia menjabat Presiden PERBASI (Persatuan Bola Basket Indonesia), kemudian Presiden SEABA (Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara) selama 3 periode sejak 2006 hingga sekarang. Dan tahun 2014 ia diangkat sebagai Anggota Dewan Pusat FIBA (Federasi Bola Basket Internasional).

Darah bisnisnya mungkin diwarisi dari Sang Ayah. Ia merupakan putra Teddy Thohir salah satu pemilik Astra Internasional. Erick meraih gelar master of Business Administration dari National University of California.

Nama Erick melejit setelah ia memegang saham Inter Milan sejak 2013, dengan menjabat Presiden Inter Milan, hingga 2019.

Erick pun berhasil sebagai Ketua Panitia Pelaksana Asian Games 2018 yang mengharumkan nama Indonesia.

Masyarakat Indonesia menyambut meriah Asian Games. Tak hanya pertandingannya yang luar biasa, upacara pembukaan dan penutupannya pun berhasil menyajikan performa seni berkelas dari berbagai negara, termasuk menghadirkan grup iKon dan Super Junior asal Korea Selatan.

Beberapa waktu lalu, Erick sempat ditanya apakah berminat menjadi menteri di kabinet, ia hanya menyebut kabinet perlu menteri-menteri muda demi mendorong perubahan positif di pemerintahan.

"Nah ini yang saya rasa perubahan-perubahan pola pikir dinamika di masyarakat ini yang harus kita siapkan," ujar Erick pada Agustus lalu, seperti dilansir Liputan6.com.

Hari ini, Eric Thohir pun dilantik sebagai Menteri BUMN di Kabinet Indonesia Maju.

Wishnutama, Melejit Lewat NET TV dan Asian Games 2018

Berikutnya, menteri ini merupakan nama yang sangat populer di kalangan milenial. Apalagi yang suka menonton acara televisi nasional. Wishnutama Kusubandio atau dikenal Wishnutama, profesional berusia 43 tahun.

Nama pria ini juga meroket berkat kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018 di Indonesia. Ia berhasil berhasil membuat upacara pembukaan Asian Games 2018, di mana saat itu ada video Presiden Jokowi "terbang" naik moge. 

Wishnutama didapuk sebagai Creative Director Opening & Closing Ceremony Asian Games 2018. [Foto: IST]

Upacara pembukaan kompetisi olahgara internasional ini mendapat respons positif dari masyarakat Indonesia.

Kreativitas Wishnutama, mengutip CNN Indonesia, nampaknya terasah setelah kuliah jurusan Liberal Arts di Mount Ida College and Communication, Emerson College, Boston, Amerika Serikat.

Sambil kuliah, ia juga mengikuti kursus pertelevisian di Emerson College. Pun sambil menempuh S1 di Negeri Paman Sam, ia juga sempat mengenyam pendidikan militer di Military College of Vermont di Norwich University.

Lulus kuliah, pekerjaan pertama Wishnutama ialah sebagai asisten produksi di New England Cable News, Massachusetts, tepatnya pada tahun 1993, setahun sebelum pulang ke Tanah Air.

Mengawali karier Indonesia, ia menjabat sebagai On Air Promo Supervisor Indosiar sebelum naik pangkat menjadi Production Manager pada tahun 1999.

Ia kemudian bergabung Trans TV pada tahun 2001. Sepuluh tahun membesarkan Trans TV - dan adiknya Trans 7, Wishnutama lalu naik pangkat menjadi President Director.

Wishnutama kemudian pensiun dari Trans TV untuk membidani stasiun televisi baru, yakni NET TV, tahun 2013. Namun tahun ini, ia mengundurkan diri dari stasiun televisi yang dikenal minim iklan itu.

Sejak tidak lagi bergabung dengan NET TV, Wishnutama akrab dengan pemerintahan, terutama setelah menjadi bos penyelenggaraan Asian Games 2018 sampai datang ke Istana Merdeka mengenakan kemeja putih dan didapuk sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.

"Ya walaupun saya tak bercita-cita jadi menteri tapi untuk sebuah kebaikan bangsa kita saya bersedia. Begitu kurang lebih," kata ayah empat anak itu kepada media, saat ditanya soal tawaran menjadi mentedi di Kabinet Kerja Jilid II.

Harapan Publik

Begitu tiga nama tersebut diumumkan secara resmi, masyarakat merespons positif. Para pengusaha muda yang akan bergabung di kabinet dianggap menjadi pilihan ideal untuk mewakili generasi muda dalam pemerintahan Jokowi lima tahun mendatang.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aisah Putri Budiarti, mengingatkan karakter pemerintahan yang birokratis-administratif, bisa menjadi kendala bagi wajah-wajah baru yang berasal dari kalangan profesional ini.

"Saya harap menempatkan menteri-menteri yang punya inovasi seperti itu juga diikuti oleh perubahan tata kelola pemerintahan yang juga tidak rumit dan kaku seperti dulu," ujar Aisah, seperti dilansir BBC News Indonesia, Senin (21/10/2019).

Meski demikian, mantan Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin, mengatakan keberadaan para pengusaha muda yang penuh inovasi dalam kabinet ini justru diharapkan dapat mengubah 'tata kelola organisasi yang rumit' dan menciptakan 'budaya organisasi baru'.

Wishnutama salah satu nama yang paling dibicarakan publik. Misalnya, praktisi dan pemerhati pariwisata asal Bali, Puspa Negara, menyebutkan terpilihnya Wishnutama adalah kejutan bagi industri pariwisata. Sebab Wishnutama bisa dibilang nama baru di industri pariwisata.

"Kita sebagai pelaku wisata tentu sangat kaget, karena ada banyak prakitisi dan pelaku wisata di Indonesia tetapi tidak dipilih Presiden Jokowi. Namun tentu, keputusan Presiden Jokowi harus kita apresiasi karena itu yang terbaik untuk Indonesia," katanya seperti dilansir detikcom.

Menurut Puspa, selama ini nama Wishnutama sudah tersohor di dunia broadcasting dan entertainment. Mungkin menurutnya, pengalaman figur media itu yang bakal menjadi pembeda dan angin segar untuk industri ekonomi kreatif.

"Sebenarnya pariwisata juga tidak jauh berbeda dari dunia entertainment. Saya rasa, Wishnutama bisa jadi sosok public relation yang kuat untuk pariwisata Indonesia dan industri kreatif," ucapnya.

Taufan Rahmadi, tokoh muda pariwisata yang pernah menjadi Ketua Badan Promosi Pariwisata NTB dan Anggota Tim Percepatan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, mengatakan, patut dinantikan sentuhan Wishnutama pada sektor pariwisata.

"Hadirnya Wishnutama bisa jadi akselerasi gelombang baru, bagaimana nantinya pariwisata dan ekonomi kreatif disajikan, dikelola, dan dipromosikan di dalam negeri dan mancanegara," katanya.

Selain itu, Wishnutama dinilai bisa memperkuat Digital Tourism. Khsususnya, untuk mempromosikan pariwisata daerah-daerah Indonesia dan destinasi prioritas melalui digitalisasi.

Kata dia, Digital Tourism sudah jadi backbone (tulang punggung) pariwisata. Selain dari sisi promosi, ada juga tantangan-tantangan di sana.

"Saya rasa, Wishnutama harus segera turun ke lapangan untuk melihat bagaimana dunia pariwisata kita. Ada banyak tantangan yang menantinya," sebut Taufan.

Semoga saja, Nadiem, Eric, dan Wishnutama, benar-benar mewakili suara milenial dan memajukan Indonesia, khususnya dari sektor ekonomi kreatif.(Makmur/dbs)

Keyword:


Editor :
Makmur Emnur

riset-JSI
Komentar Anda