Minggu, 02 November 2025
Beranda / Liputan Khusus / Diaspora / Dr. Edwar M. Nur: Pendidikan Berkarakter di Era AI, Pelajaran dari Tiongkok

Dr. Edwar M. Nur: Pendidikan Berkarakter di Era AI, Pelajaran dari Tiongkok

Sabtu, 01 November 2025 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Pimpinan Perguruan Islam Cendekia Darussalam, Dr. Edwar M. Nur. Foto: Kolase Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Shanghai - Pimpinan Perguruan Islam Cendekia Darussalam, Dr. Edwar M. Nur, menjadi salah satu peserta dalam The Belt and Road Teacher Development Exchange Project, program pengembangan guru yang digagas UNESCO bersama sejumlah lembaga pendidikan di Tiongkok. Kegiatan ini berlangsung selama 15 hari, sejak 26 Oktober hingga 11 November 2025, dan diikuti 50 pendidik dari 23 negara.

Program ini digelar di beberapa pusat pendidikan unggulan di Shanghai, Shonzu, Nantong, dan Ta’an. Tema utama yang diangkat yaitu,“Penerapan Social Emotional Learning (SEL) di Era Artificial Intelligence (AI)”. Selama kegiatan, para peserta mengikuti seminar dengan pakar pendidikan internasional, lokakarya kolaboratif lintas negara, serta kunjungan ke sekolah dan universitas yang telah menerapkan pembelajaran sosial emosional berbasis teknologi.



Menurut Dr. Edwar, integrasi antara SEL dan AI menjadi langkah strategis untuk memperkuat karakter serta kesehatan mental siswa di tengah percepatan digitalisasi pendidikan.

“Teknologi, termasuk AI, seharusnya memperkuat peran guru, bukan menggantikannya,” ujar Edwar. 

“AI dapat menjadi alat bantu yang membantu guru memahami potensi dan kebutuhan emosional siswa secara lebih mendalam. Namun, interaksi manusia tetap inti dari proses belajar," tegasnya. 

Sejumlah sekolah di Tiongkok, kata Edwar, telah mengembangkan sistem pemantauan berbasis AI yang memudahkan guru memetakan perkembangan siswa secara akademik dan emosional. Negara itu dinilai telah memiliki peta jalan pengembangan SEL berbasis teknologi yang komprehensif mulai dari infrastruktur pendidikan, pelatihan guru berkelanjutan, hingga budaya sekolah yang menempatkan kesejahteraan siswa sebagai prioritas.

Edwar menyebut, pengalaman dari program ini akan menjadi rujukan bagi pengembangan model pendidikan berkelanjutan di Indonesia, khususnya di lingkungan sekolah Islam. Ia menilai pembelajaran sosial emosional bukan sekadar tren global, melainkan kebutuhan mendesak untuk menjawab tantangan zaman.

“Kami akan mengadaptasi hasil program ini ke dalam kurikulum Cendekia Darussalam,” katanya. “Mulai dari penyusunan kerangka SEL yang terintegrasi, pemanfaatan teknologi digital dan AI untuk pemetaan perkembangan siswa, hingga penguatan kapasitas guru melalui pelatihan berkelanjutan.”

Edwar menegaskan, Perguruan Islam Cendekia Darussalam berkomitmen menciptakan ekosistem pendidikan yang humanis, adaptif, dan berkelanjutan. “Pendidikan karakter dan kesejahteraan mental siswa harus menjadi fondasi utama di era digital,” ujarnya.

Selain pertukaran pengetahuan, program ini juga memperluas jejaring kerja sama antar lembaga pendidikan di kawasan Asia dan dunia. Edwar menilai kolaborasi lintas negara semacam ini penting untuk mempercepat inovasi pendidikan di Indonesia.

“Kita perlu belajar dari praktik baik di negara lain tanpa kehilangan akar nilai-nilai kemanusiaan dan keislaman,” tuturnya. “Inilah saatnya Indonesia menempatkan integrasi antara SEL dan AI sebagai strategi utama menghadapi masa depan pendidikan.”

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI