Beranda / Feature / Tursina Puja Penyemai si Kecil Pedas

Tursina Puja Penyemai si Kecil Pedas

Selasa, 03 Desember 2019 08:27 WIB

Font: Ukuran: - +

Tursina Puja Aman Feri, diantara benih cabai yang disemainya.

DIALEKSIS.COM - Tanahnya gembur hitam, karena senantiasa diberi kompos. Mahluk pengurai di rongga tanah ini juga beraktifitas. Tanaman yang tumbuh di atasnya datang silih berganti. Ukuranya bervariasi. Dari yang mulai benih, sampai siap tanam. 

Bedengan itu tidak terlalu luas, tidak mencapai 1 rante (625 meter persegi). Namun dari tanah ini telah tersemai jutaan benih. Benih benih itu telah berpindah dari Dusun Negara, Belanggele, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah, ke perkebunan penduduk.

Bukan hanya untuk di lokasi Aceh Tengah, Bener Meriah, namun ke Gayo Lues, Nagan Raya, pesisir Aceh, bahkan sampai ke Padang juga benih dengan cita rasa pedas ini sering dikirim. Kualitasnya sudah terjamin, sejak 10 tahun yang lalu.

Tursina Puja Aman Feri dikenal sebagai penyedia bibit cabai, khususnya jenis caplak. Bibit cabai yang disediakanya senantiasa silih berganti diarea yang hanya 300 meter. Bibit cabai ini digemari petani, bukan hanya karena harganya relatif standar, namun kualitasnya bagus.

Saat ditemui Dialeksis.com, Senin (2/12/2019) sore di Dusun Negara, simpang Atu Gajah, Belanggele Takengon, Tursina mengakui bibit cabai yang dicabutnya dari bedengan dapat bertahan hingga sepekan sebelum ditanam.

"Insya Allah bibit ini mampu bertahan sampai sepekan. Saya memberinya pupuk alami, pupuk kandang. Pupuk kompos ini daya tahanya bagus, kualitasnya juga baik. Coba lihat bagaimana gemburnya tanah ini," sebut Tursina sambil membolak balik tanah usai bibit ini dicabut.

Dari tanah yang dibolak balik lelaki yang sudah menekuni penyemaian bibit cabai sejak 10 tahun yang lalu ini, terlihat sejumlah mahluk kecil pengurai tanah. Sebagian tanahnya masih terlihat kulit merah kopi yang sudah menghitam akan menjadi tanah.

Dia spesialis menjual bibit cabai jenis caplak. Untuk satu meter, tersedia 1.100 benih. Dari 300 meter lahan yang sudah dibedengnya itu tersedia tidak kurang dari 300 ribu benih cabai yang umurnya bervariasi, mulai dari yang baru tersemai hingga siap tanam.

Untuk mendapatkan benih yang siap panen (siap dibawa oleh petani), Tursina membutuhkan waktu selama dua bulan, sejak disemai. Bibit itu senantiasa tersedia, karena Tursina setiap saat mengisi bedeng yang sudah kosong.

Ketika setiap 50 meter benih cabai ini habis terjual, dia kembali menyemai benih lainya. Benih itu senantiasa berputar, ada yang baru tersemai dan ada yang sudah siap panen. Makanan tumbuhan ini senantiasa dijaga, demikian dengan air, senantiasa dia sediakan bila tidak musim hujan.

Untuk 100 batang benih cabai, dia menjualnya Rp 20.000. Kalau untuk 1.000 batang bibit, hanya Rp 200.000. Tursina menjual benih yang siap tanah dalam satu meter hanya Rp 200 ribu. Otomatis sekali putaran benih di area 50 meter yang siap panen itu ada bibit sekitar 60 ribu benih.

Dalam satu putaran untuk mencapai benih siap panen (selama dua bulan), dia sudah mengantongi sekitar Rp 10 juta (bruto). Bibit itu disemai silih berganti tanpa henti, ketika dalam satu bedeng seluas 50 habis, maka di sana terlihat bintik bintik hijau, menandakan bibit yang baru akan muncul.

Tursina mengakui dia menanam benih si kecil pedas untuk dijual kepada petani ini, berdasarkan pengalamanya sebagai petani. Karena selain menyiapkan benih cabai, Tursina juga memiliki kebun kopi yang menjadi sumber hidup mayoritas masyarakat Gayo.

Selain itu dia juga mempelajari karakter cabai, dia sudah dapat merasakan apa yang dibutuhkan tanaman yang kini menjadi bagian hidupnya.

"Kalau dia mampu berbicara, kita akan mendengarkan apa yang dia butuhkan. Kita bisa lihat dari perkembanganya. Nutrisi apa yang mereka minta. Ketika tanaman ini meminta kebutuhanya, kita harus menyiapkanya. Makanya saya menyiapkan kompos dalam jumlah yang cukup banyak. Demikian dengan persedian air," sebutnya.

Tursina Puja, namanya tak asing lagi bagi petani, khususnya yang membutuhkan benih cabai. Sudah 10 tahun dia bersahabat dengan tanaman berdaun sedang hijau pucuk ini. Sejak awal tahun 2010 dia sudah memperkenalkan bibit cabai Simpang Atu Gajah, Belanggele.

Dari tanah yang dikenal subur ini , Belanggele adalah salah satu lokasi area pengembangan kopi terbaik. Namun dari sini juga bibit tanaman berbuah kecil pedas muncul kepermukaan dan menjadi incaran petani, bahkan ditanam bukan hanya di bumi Gayo.

Tursina sudah menyiapkan benih cabai yang berkualitas. Perputaranya silih berganti. Dari tahun ke tahun. Dari sini sudah tersemai jutaan benih cabai, mungkin Anda juga salah seorang yang pernah merasakan pedasnya cabai yang benihnya berasal dari Simpang Atu Gajah, Belanggele, Takengon. (Bahtiar Gayo)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda