Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Dilema Tenaga Medis dalam Pertempuran

Dilema Tenaga Medis dalam Pertempuran

Kamis, 30 Juli 2020 10:35 WIB

Font: Ukuran: - +


Mempertaruhkan nyawa demi menyalamatkan manusia lain itu adalah pilihan hidup. Mereka sudah dinobatkan sebagai pasukan tempur berperang dengan wabah corona. Hidup mereka dalam bayang bayang maut. Setipis kulit bawang.

Bumi Aceh kini digemparkan kembali dengan tenaga medis yang positif Covid-19. Kali ini negeri penghasil kopi arabika terbaik dunia yang menjadi pusat perhatian. Tenaga medis di sana (Aceh Tengah- Bener Meriah) satu persatu dirasuki musuh yang tak kasat mata.

RSU Muyang Kute Bener Meriah harus ditutup untuk melayani kesehatan selama 14 hari. Terhentinya layanan kesehatan untuk sementara disebabkan 12 tenaga medis di sana dinyatakan positif corona.

Sementara RSU Datu Beru Takengon, dua tenaga medisnya dan satu warga di sana juga harus menjalankan isolasi selama dua pekan setelah dinyatakan positif Covid-19. Aceh Tengah yang selama ini masuk dalam zona hijau, kini sudah mulai bertarung dengan wabah. Gayo Lut sudah menambah daftar positif corona.

Sebelumnya, tenaga medis di RSUZA juga terpapar virus corona. Rumah sakit rujukan utama di Aceh ini adalah tempat berkumpulnya pasien positif corona. Petugas medis hidup diantara wabah yang senantiasa mengitari mereka.

Di Aceh jumlah positif pada masa new normal ini menunjukan kenaikan yang luar biasa. Angkanya sudah mencapai 238 orang. Dari angka ini 132 orang dalam perawatan, 94 orang sudah sembuh, dan 12 orang meninggal dunia.

Menurut Jubir Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani (SAG) Rabu (29/7/2020) ditemukan 45 kasus baru. Dari daftar ini, Gayo Lut yang selama ini masuk zona hijau, ternyata tiga warga di sana dinyatakan positif.

Untuk Aceh menurut SAG, hanya tinggal kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Barat, Aceh Singkil, Nagan Raya, dan Subulussalam, yang masih nihil dari gempuran corona.Artinya Aceh sudah dikepung wabah corona.

Virus yang menjalar di bumi pertiwi Maret 2020 ini, telah menyebabkan tenaga medis menjadi pasukan maut. Mereka berjuang untuk bertahan diri, dan tetap berupaya menyelamatkan pasien. Ada adu kekuatan antara petugas dengan virus.

Untuk Indonesia hingga Rabu (29/7/2020) angkanya tembus 104.432.pasien corona yang dinyatakan sembuh 62.138 orang. Sementara yang menghembuskan nafas terahir akibat wabah ini mencapai 4.975 orang.

Untuk dunia angkanya semakin mengejutkan. Melansir data dari laman Worldometers, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 16.874.095 (16,8 juta) kasus hingga Rabu (29/7/2020) pagi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10.433.542 (10,4 juta) pasien telah sembuh, dan 662.085 orang meninggal dunia.

Semua manusia akan mati. Itu sudah ketentuan ilahi. Namun sebagai manusia, kita wajib berjuang menyelamatkan diri saat negeri ini dilanda wabah. Jangan kita mengorbankan pihak lain karena ulah kita.Patuhilah protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

Pasien (masyarakat) juga harus jujur kepada petugas medis. Jangan karena menutup nutupi riwayat perjalanan, tenaga medis yang dikorbankan. Tenaga medis juga manusia, punya keluarga dan kerabat, nyawa mereka sama dengan nyawa Anda.

Petugas medis sudah mewakafkan dirinya untuk menjadi pasukan tempur dalam menghadapi wabah. Mereka berdiri digaris depan dalam menghadapi musuh tak kasat mata ini. Namun mereka tidak akan mampu menyelesaikan tugasnya tanpa dukungan semua pihak.

Salah seorang tenaga medis yang diminta Dialeksis tanggapanya, dia menyebutkan, saat ini hidup mereka dipertaruhkan untuk publik. Walau pertarungan antara hidup dan mati setipis kulit bawang, mereka akan tetap berjuang demi menyembuhkan pasien.

“Kami juga punya keluarga. Punya saudara. Namun tuntutan tugas kami harus melakukanya. Belum tentu kami selamat dalam perperangan ini. Namun yakini Allah maha memberikan yang terbaik dalam hidup ini,” sebut petugas medis di Takengon yang enggan jati dirinya disiarkan.

 “Tidak ada manusia yang ingin terkena wabah. Kami juga tidak mau terkena wabah, walau kami hidup dalam lingkaran wabah berhubungan langsung dengan pasien. Doakan kita semuanya selamat dan meraih kemenangan,” sebut petugas medis yang mengabdikan dirinya dalam bayang-bayang maut di saat negeri ini digempur wabah.

Ketika Dialeksis berbicara denganya melalui selular, terdengan suara di HP ini sedikit parau dan tersendat sendat. Dia berusaha menutupi kecemasan hatinya. Karena dia punya keluarga, sama dengan manusia lainya. Namun dia menunjukan ketegaranya, karena itu panggilan profesi.

Dia meninggalkan anak dan istrinya, untuk menantang maut, demi menyembuhkan manusia lainya yang membutuhkan pertolongan. Tidak ada istilah mereka lari dari pertempuran. Semuanya mereka lakukan demi menyelamatkan manusia.

Ketika Dialeksis.com tanyakan bagaimana perasaanya saat sejumlah tenaga medis dinyatakan positif corona, ini sudah takdir sebutnya. Namun dia meminta kepada masyarakat, kepada pasien, agar jujur dalam memberikan keterangan kepada petugas. Karena petugas bukan hanya menyelamatkan pasien, namun mereka juga harus menyelamatkan diri mereka sendiri.

Petugas medis ini ada rindu berbalut cemas. Ketika berangkat bertugas, terbersit dihati mereka, apakah mereka akan kembali dapat berkumpul bersama keluarga? Apakah mereka selamat dalam pertempuran ini, atau meninggalkan nama sebagai petugas kemanusian yang menolong manusia lainya.

Mereka juga sama seperti Anda, tidak mau menjadi korban amukan wabah. Namun mereka tidak lari dari wabah itu,justru menghadapinya demi menyelamatkan manusia. Sekiranya dalam pertempuran, mereka harus gugur sebagai kesemua bangsa, wajarkah mereka disematkan bintang tanda jasa sebagai pahlawan?

Harapan hidup kini disematkan pada petugas medis, selain atas izin dan kekuasan Tuhan. Karena manusia berkewajiban berihtiar menyelamatkan diri dari gempuran wabah. Menghadapi musuh tak kasat mata ini, tenaga medislah yang menjadi pasukan tempur utama.

“Tenaga medis sudah mewakafkan dirinya. Mereka berada di depan. Ketika manusia lain berada di rumah, kita di rumah sakit merawat pasien dan menjaga diri agar tidak terserang wabah,” sebut Azharuddin Dir RSUZA, menjawab Dialeksis.com.

Pasukan siluman yang kini menggempur manusia,tidak mengenal pangkat dan jabatan, termasuk tenaga medis. Wabah ini akan merasuki siapa saja yang bisa dimasukinya. Semuanya berpeluang jadi korban dan semua kita berpeluang selamat.

Karena tenaga medis sudah dinobatkan sebagai pasukan tempur, semangat perjuangan Anda sangat menentukan kelangsungan hidup manusia (tentunya semuanya atas izin sang maha pencipta). Anda harus menunjukan, bahwa Anda mampu melakukan tugas dengan baik, walau Anda sendiri sebagai manusia punya peluang ditembaki musuh.

Anda sudah bertempur dan atas izin yang maha menghidupkan mahluknya. Semua tugas itu Anda lakukan dengan ihlas bukan untuk mengharapkan tanda jasa. Nyawa Anda taruhanya tidak sebanding dengan tanda jasa. Namun yakinlah, tanda jasa yang maha agung nantinya, akan Anda terima dari yang maha kuasa.

Anda bertugas karena panggilan jiwa. Ada bait bait doa dari kami untukmu wahai pejuang. Doa doa dalam linangan air mata, semoga semuanya kita diberikan yang maha kuasa keluar sebagai pemenang. Berjuanglah pahlawan ummat. (Bahtiar Gayo)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda