Selasa, 12 Agustus 2025
Beranda / Berita / Aceh / Dua Dekade Damai Aceh dalam Sorotan Film Dokumenter

Dua Dekade Damai Aceh dalam Sorotan Film Dokumenter

Jum`at, 08 Agustus 2025 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam rangka memperingati 20 tahun perdamaian Aceh, Aceh Bergerak bersama Koalisi NGO HAM Aceh dan KontraS Aceh menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Perdamaian dalam Amatan Lensa”. 

Rangkaian kegiatan ini mencakup doa bersama, pemutaran film dokumenter, dan diskusi publik, yang dimaksudkan sebagai ruang refleksi bersama atas perjalanan panjang perdamaian di Tanah Rencong.

Rangkaian kegiatan pemutaran dan diskusi film akan dimulai (kick off) pada Sabtu, 9 Agustus 2025, pukul 16.10 WIB dengan pemutaran film Badë Tan Reûda di Sekretariat Aceh Bergerak, Lambhuk, Banda Aceh.

Program Manager, Mirisa, menjelaskan bahwa pemutaran film dijadikan sebagai media utama karena diyakini mampu memperteguh komitmen individu dan kolektif dalam menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian. 

“Film dokumenter khususnya, disebut sebagai ‘bahasa kedua’ yang dapat menyimpan memori sosial dan sejarah suatu bangsa. Ibarat sebuah keluarga tanpa album foto, bangsa yang kehilangan dokumentasi visual sejarahnya juga kehilangan ingatan akan dirinya sendiri,” jelas Mirisa atau yang biasa dipanggil Icha.

Dia juga menambahkan bahwa peringatan dua dekade perdamaian bukan hanya momen simbolik, melainkan panggilan untuk terus memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.

“Perjuangan mempertahankan hak untuk hidup menjadi tantangan berat saat ini, di tengah realitas di mana nyawa manusia bisa hilang karena kerakusan kekuasaan,” tegasnya. 

Selain itu, perjuangan dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan harus terus dilakukan oleh setiap insan yang mengaku memiliki kebudayaan dan peradaban, tidak berbatas suku, jenis kelamin, agama, ras dan bangsa dan tanpa mengenal batasan waktu. Penghormatan terhadap hak untuk hidup, salah satu dari nilai kemanusiaan tersebut, yang kini semakin sulit untuk dipertahankan. Dengan mudahnya nyawa manusia melayang tanpa sebab musabab yang jelas, lantaran nafsu dan angkara murka suatu golongan yang sedang diberi “pinjaman” kekuasaan untuk mengurus suatu negara atau wilayah.

KontraS Aceh, Azharul Husna, menambahkan bahwa pemutaran film-film ini diniscayakan untuk menghadirkan ruang-ruang diskusi dan sarana belajar untuk memperteguh komitmen bersama terhadap penegakan nilai-nilai HAM. 

“Pemutaran film-film ini adalah media belajar sejarah selain juga diharapkan menjadi sarana kolaborasi untuk menatap masa depan yang memuliakan manusia”, tambah Azharul Husna. 

Film-film yang ditayangkan merupakan produksi tahun 1999 hingga 2025, yang merekam berbagai narasi lokal, konflik, trauma, hingga harapan di masa transisi Aceh. Beberapa di antaranya adalah Badë Tan Reûda, Kameng Gampong Nyang Keunong Geulawa, Pena-Pena Patah, dan Abrakadabra!, yang sebelumnya telah diputar di berbagai forum di Yogyakarta melalui dukungan komunitas seni Bungong Society.

Bungong Society adalah organisasi yang percaya pada keadilan sosial dan demokrasi yang dapat menjamin kemanusiaan dan perdamaian terpelihara. Didirikan oleh mahasiswi-mahasiswa asal Aceh pada 12 Agustus 2003 di Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Bungong Society bergerak di lapangan kesenian dan kebudayaan dengan basis kesadaran multikulturalis yang terlibat dalam gerakan kebudayaan demi mendorong tumbuhnya masyarakat terbuka serta menguatkan masyarakat sipil beserta nilai-nilai kemanusiaan dan jalan-jalan perdamaian untuk Aceh khususnya dan umat manusia keseluruhan. 

Gerakan kebudayaan yang dilakukan Bungong Society tersebut adalah demi menuju pemuliaan manusia, kemanusiaan, dan kehidupan.

Selanjutnya »     JUDUL FILM DAN SINOPSIS1. Badë Tan Reû...
Halaman: 1 2
Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI