Selasa, 13 Mei 2025
Beranda / Berita / Marthunis Ajak Pelari Aceh Harmonisasi Gaya Sporty dan Syar’i

Marthunis Ajak Pelari Aceh Harmonisasi Gaya Sporty dan Syar’i

Selasa, 13 Mei 2025 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Marthunis, S.T., D.E.A., peserta lomba lari FKIJK Aceh Run 2025. Foto: doc Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Marthunis, S.T., D.E.A., Kepala Dinas Pendidikan Aceh sekaligus peserta lomba lari FKIJK Aceh Run 2025, menyampaikan catatan kritis terkait gaya berpakaian para pelari dalam ajang yang digelar di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, pada 11 Mei 2025. Menurutnya, meski aktivitas lari merupakan gaya hidup positif, aspek pakaian syar’i bagi peserta perlu mendapat perhatian serius.

“Dari akhir pekan kemarin, banyak yang komentar terkait pakaian para pelari di FK IJK 2025. Ada beberapa pelari yang memakai pakaian tidak memenuhi kriteria syar’i, seperti celana pendek bagi pria atau pakaian ketat bagi perempuan,” ujar Marthunis melalui pesan di laman facebooknya. 

Ia mengapresiasi tren lari sebagai bagian dari gaya hidup sehat yang semakin populer, merujuk data Survei Indonesia Running Club 2023 yang menyebut 68% pelari mengaku terinspirasi dari konten media sosial. Namun, Marthunis menekankan bahwa promosi gaya hidup sehat tersebut kerap tidak disertai edukasi tentang berbusana sesuai syariat Islam. 

“Banyak konten lari di media sosial yang mempromosikan kesehatan, tapi abai menampilkan cara berpakaian syar’i,” tambahnya.

Sebagai provinsi yang menerapkan syariat Islam, Aceh dinilainya perlu mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam setiap aktivitas masyarakat, termasuk olahraga. 

“Lari adalah aktivitas positif untuk menjaga jiwa (hifdh nafs), tetapi tidak cukup hanya itu. Membudayakan pakaian sporty yang syar’i juga penting, bahkan lebih utama, karena masuk dalam tujuan syariat lain, yaitu menjaga agama (hifdh diin),” tegasnya.

Marthunis mengajak semua pihak untuk merespons kekhawatiran ini secara konstruktif. Alih-alih mengkritik melalui mimbar atau komentar di media sosial yang berpotensi menimbulkan sakit hati, ia mendorong produksi konten kreatif yang mengedukasi masyarakat tentang gaya hidup sehat sekaligus berpakaian syar’i. 

“Belajar dari perubahan perilaku yang efektif lewat media sosial, mari galakkan konten positif. Ayo dakwah digital. Get ready and Go!” serunya.

Pernyataan ini mendapat respons beragam dari peserta dan netizen. Sebagian mendukung upaya harmonisasi antara gaya hidup modern dan nilai agama, sementara lainnya berharap kriteria pakaian dalam event serupa bisa lebih jelas diatur ke depannya. Harapannya, kolaborasi antara pemangku kebijakan, komunitas lari, dan kreator konten dapat menciptakan ekosistem olahraga yang selaras dengan identitas Aceh sebagai negeri syariah.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
diskes
hardiknas