Beranda / Berita / Dunia / Inflasi Filipina Tertinggi, Duterte Salahkan Trump

Inflasi Filipina Tertinggi, Duterte Salahkan Trump

Sabtu, 08 September 2018 21:06 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: AFP

DIALEKSIS.COM - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyalahkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, atas inflasi Filipina tertinggi se-ASEAN dan yang tertinggi yang pernah melanda Filipina selama sembilan tahun terakhir.

Klaim ini adalah pernyataan Duterte yang tak terduga, satu-satunya kritikus Amerika Serikat tetapi mendukung Trump setelah menjabat presiden AS pada November 2016.

Ketika ditanya tentang inflasi 6,4 persen pada Agustus, tertinggi sembilan tahun yang melampaui perkiraan sebagian besar analis, Duterte menyalahkan kebijakan ekonomi Donald Trump.

"Siapa yang memulainya? Amerika. Ketika Amerika menaikkan tarifnya, semua orang juga menaikkannya. Begitulah. Tidak ada yang bisa kita lakukan," kata Duterte seperti dilaporkan Dailymail.co.uk, 8 September 2018.

"Karena Amerika ... Trump menginginkannya. Bahkan pajak seperti pajak cukai, mereka naikkan. Bahkan tarif impor," kata Duterte.

Rodrigo Durterte kemudian mengklarifikasi bahwa dia tidak marah pada Trump dan mengatakan, "Saya akan berbicara dengan teman saya, Trump".

Duterte, yang sebelumnya mengakui dia tidak berpengalaman dalam ekonomi, tidak merinci bagaimana kebijakan ekonomi AS dapat mempengaruhi inflasi di Filipina.

Dilansir dari Rappler, infalsi Filipina tidak hanya yang tertinggi dalam 9,4 tahun terakhir, namun juga melampaui perkiraan angka pemerintah sebesar 6,2 persen, dan jauh di atas target atas pemerintah 4 persen untuk 2018.

Data juga menunjukkan inflasi Filipina adalah tertinggi di seluruh ASEAN. Tingkat inflasi Vietnam per Juli hanya sebesar 4,5 persen, Indonesia 3,2 persen, Thailand 1,5 persen, Malaysia 0,9 persen, dan Singapura 0,6 persen.

Pada Kamis, 6 September, inflasi menyebabkan Peso Filipina mencapai titik terendah 13 tahun terakhir terhadap Dolar AS mencapai 53,8 Peso Filipina per US$ 1.

Duterte, yang mulai menjabat pada pertengahan tahun 2016, sebelumnya telah dikritik oleh para pejabat AS karena perang berdarah pada narkoba yang menurut pemerintahannya sendiri telah menyebabkan setidaknya 4.410 tersangka tewas.

Kelompok hak asasi manusia menuduh bahwa jumlah korban tewas sebenarnya tiga kali lebih tinggi tetapi Trump telah mengesampingkan tuduhan itu dan tetap memiliki hubungan baik dengan Duterte.

Selain menyalahkan Trump, Duterte juga menuduh bahwa lonjakan inflasi dan kenaikan harga pangan sedang digunakan oposisi untuk melawannya. (Tempo)

Keyword:


Editor :
Sammy

riset-JSI
Komentar Anda