Beranda / Berita / Aceh / 5 Wisata Edukasi Terbaik di Aceh yang Wajib Kamu Kunjungi

5 Wisata Edukasi Terbaik di Aceh yang Wajib Kamu Kunjungi

Sabtu, 04 Desember 2021 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Tampak Depan Museum Tsunami Aceh. [Foto: sipayo.com]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Aceh adalah provinsi paling di ujung Pulau Sumatera yang memiliki beragam tempat wisata, mulai dari wisata bahari sampai wisata alam.

Namun, tidak hanya itu, Aceh masih juga memiliki sejumlah tempat wisata edukasi yang sangat eksis. 

Dialeksis.com telah merangkum 5 tempat wisata edukasi di Banda Aceh dan Aceh Besar yang menarik untuk dikunjungi, Sabtu (4/12/2021), berikut daftarnya: 

1. Galeri Perdamaian Kesbangpol Aceh

Tentu, semua penduduk Indonesia tahu Aceh merupakan daerah bekas konflik dan tsunami. Pemerintah Aceh melalui Kesbangpol Aceh menyediakan ruang "Memorial Perdamaian Aceh". Tujuannya untuk memberikan berbagai informasi secara menyeluruh terkait rangkaian peristiwa konflik dan perdamaian di Aceh kepada masyarakat. Salah satu yang dipamerkan adalah senjata api yang digunakan para kombatan yang sudah dipotong-potong sesuai dengan perjanjian damai.

Ruang memorial perdamaian ini juga berfungsi sebagai museum mini yang menampilkan rangkaian sejarah konflik Aceh dan fase-fase menuju jalan perdamaian Aceh.

Museum mini itu berhasil terealisasi di tahun 2015. Ruangan museum terbagi dalam tiga bagian, masing-masing ruang pameran, ruang audio video yang menampilkan film dokumenter sejarah konflik Aceh dan ruang pustaka, di mana pengunjung bisa membaca aneka buku terkait sejarah Aceh.

Begitu melangkahkan kaki dari pintu masuk, pandangan kita langsung dicuri dengan sebuah kotak kaca di tengah ruangan. Kotak kaca ini berisikan potongan senjata bekas konflik dari jenis M-16 dan AK 56. Ada juga dua buah granat yang sudah dikosongkan isinya. Potongan senjata ini berstatus pinjam pakai dari Komando Daerah Militer Iskandar Muda.

Tak hanya itu, kehadiran ruang memorial ini akan juga bisa berfungsi sebagai ruang belajar bagi masyarakat dan generasi muda Aceh agar tak kehilangan sejarah yang pernah ada.

Ruang Memorial Perdamaian Aceh dibuka setiap hari Senin-Jumat pukul 09.00-16.00 WIB yang beralamat di Jalan TM Pahlawan, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.

2. Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST) Aceh

Keberadaaan UPT Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST) Aceh bukan hanya melakukan pendokumentasian dan pengawasan arsip tsunami. Akan tetapi, juga menyimpan dan melestarikan arsip tsunami yang jumlahnya mencapai lebih kurang 10 ribu meter linier dalam berbagai media, baik itu kertas, foto, CD dan lain sebagainya.

Arsip - arsip tsunami tersebut merupakan arsip yang tercipta dari program rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan oleh BRR NAD-Nias.

Pada tahun 2017, arsip tsunami yang tersimpan di BAST telah diakui sebagai Memory of the World (MoW) oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Balai Arsip statis dan tsunami terus melakukan pelestarian terhadap arsip tsunami, karena arsip-arsip tersebut memiliki nilai pembelajaran bagi masyarakat dunia dan menjadi sumber utama untuk penelitian tentang kebencanaan, kemanusiaan, pembangunan dan pengembangan teknologi penanggulangan bencana.

Tak hanya itu, BAST juga menjadi bukti sejarah dan menjadi rujukan bagi generasi sekarang dan dimasa yang akan datang.

Saat ini, tugas dan fungsi Balai Arsip Statis dan Tsunami tidak hanya penyelamatan arsip tsunami yang masih tersebar, baik di berbagai lembaga dan individu.

Sebagai Lembaga Kearsipan, BAST dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA) bekerjasama dalam meningkatkan penyelenggaraan kearsipan di Aceh. Apalagi, BAST merupakan satu-satunya Satker Arsip Nasional yang ada di daerah. Sudah tentu, saling bekerjasama dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kearsipan.

Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST) Aceh beralamat di Jl. Tengku Hasan di Bakoi, Bakoy, Kec. Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar.

3. Museum Tsunami Aceh

Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 silam merupakan salah satu bencana besar yang dialami Indonesia. Kejadian yang terjadi pada tanggal 26 Desember ini merenggut 227 ribu korban.

Karena itu, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Daerah Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh dan Ikatan Arsitek Indonesia membangun Museum Tsunami Aceh dan meresmikannya pada tahun 2008.

Museum Tsunami didirikan untuk mengenang peristiwa tsunami 2004. Dokumentasi foto dan audio visual tentang dampak peristiwa dahsyat itu dapat dilihat di museum berbentuk rumah panggung khas Aceh ini.

Museum Tsunami Aceh terdiri atas beberapa ruang. Saat masuk, Anda akan mendapati sebuah lorong kecil gelap yang disisinya dialiri air, ini menimbulkan kesan seperti apa ketakutan yang dirasakan ketika tsunami terjadi. Setelah itu, anda akan mendapati Sumur Doa, sebuah ruang temaram berisi nama-nama korban bencana gempa dan tsunami Aceh 2004 silam.

Keluar dari Sumur Doa, anda harus menapaki sebuah jembatan panjang menuju lantai 2. Di sini terdapat pemandangan yang menarik sekaligus spot foto yang bagus. Rerata orang yang pertama kali datang ke museum tsunami kerap mengabadikan momen di jembatan ini.

Di lantai 2, ada beberapa ruangan yang menampilkan galeri bencana gempa dan tsunami Aceh. Galeri yang dipamerkan berupa foto, lukisan, barang bekas tsunami, rumah anti gempa, hingga pemutaran video gempa-tsunami Aceh 2004.

Anda tidak perlu mengeluarkan banyak uang. Tiket masuk museum ini bervariasi dari Rp2.000 hingga Rp10.000. Untuk turis asing dikenakan biaya tiket Rp10.000. Perlu diketahui, Museum Tsunami Aceh dibuka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB.

4. Pendopo Gubernur Aceh

Nah, tempat wisata yang satu mungkin agak sedikit asing di telinga masyarakat, karena banyak orang yang belum tahu kalau Pendopo Gubernur Aceh dibuka untuk wisata.

Pendopo Gubernur Aceh adalah bangunan bekas kediaman Gubernur Belanda yang dibangun bekas peninggalan kerajaan Sultan yang terletak di Kelurahan Peuniti Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.

Bangunan ini didirikan pada tahun 1880 dan saat ini bangunan dimanfaatkan sebagai Pendopo Gubernuran. Pendopo Gubernur berdiri diatas tanah milik Negara seluas 7.750 M² menghadap kearah Utara. Bangunan ini berdenah letter T dengan bagian depan bangunan berukuran panjang 20 m dan lebar 7 m, dan bagian belakang bangunan terdiri dari 4 lapis.

Pendopo Gubernur Aceh itu juga menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang saat ini telah dibuka untuk umum. Pendopo yang berada di Banda Aceh tersebut dibuka untuk umum yakni dari hari Senin dan Kamis pada pukul 10.00-12.00 WIB.

Bagi yang ingin berwisata ke Pendopo Gubernur Aceh dapat datang ke Museum Aceh sebelumnya, kemudian ada pemandu yang akan membawa ke Pendopo. Pendopo itu juga dianggap mampu meningkatkan kunjungan ke Aceh termasuk ke Museum Aceh untuk mengenalkan sejarah Aceh kepada para pengunjung. Terhitung sejak dibuka ke publik 20 Januari lalu, minat masyarakat berkunjung ke Pendopo Gubernur Aceh terus bertambah.

5. Kampung Nusa

Kemudian yang terakhir, wisata Kampung Nusa. Baru-baru ini Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengumumkan 50 besar desa wisata terbaik se-Indonesia dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Dari Aceh, diwakili oleh Gampong Nusa, di Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar.

Kenapa kampung Nusa bisa masuk ke desa wisata terbaik?

Pertama, karena ada pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Hal itu yang menjadi salah satu keunggulan Gampong Nusa yakni merupakan satu-satunya desa di Aceh yang setelah tsunami membuat pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Masyarakat di Gampong Nusa tidak dibayar, tetapi murni masyarakat sendiri yang mengumpulkan sampah, sehingga bisa dibuat kerajinan tangan, seperti tas, bunga, kotak tisu, kotak pensil, dan sebagainya. Kerajinan tangan seperti kotak tisu yang terbuat dari sampah organik, yaitu dari dedaunan.

Selanjutnya kotak pensil dari bungkus detergen, bunga juga dibuat dari dedaunan seperti pelepah pinang, bunga cemara, serta baju, dompet, dan topi yang dirajut dari kantong plastik.

Masyarakat disana mencoba mengurangi plastik yang ada di kampung dengan cara seperti ini. Selain itu, selama ini Gampong Nusa juga menggali potensi yang ada dari beberapa paket wisata.

Paket-paket wisata kreatif seperti pembuatan keripik oen temurui, lahirlah beberapa paket wisata yang dianggap sebagai keunggulan Gampong Nusa, seperti cooking class, pembuatan pliek u, timpan, dan pengelolaan asam sunti. Hal inilah yang digali menjadi potensi masyarakat sehingga mendatangkan uang bagi masyarakat di Gampong tersebut

Kedua, punya 42 homestay, pada 2015 Gampong Nusa hanya mempunyai satu homestay, tetapi dengan perkembangannya kini sudah diperbanyak mencapai 42 homestay, sehingga banyak wisatawan yang datang ke Gampong Nusa ini.

Selama ini, para tamu yang pernah hadir di Gampong Nusa ada yang dari Malaysia, Afrika, Turki, Amerika, dan Kanada. Ada beberapa dari Jawa Timur, Surabaya, Padang, dan Merauke.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda