Minggu, 06 Juli 2025
Beranda / Berita / Aceh / Prof Agussabti Usulkan Ketahanan Pangan Pesantren, Tgk Ibnu Hajar Sepakat Dayah Jadi Subjek Ekonomi

Prof Agussabti Usulkan Ketahanan Pangan Pesantren, Tgk Ibnu Hajar Sepakat Dayah Jadi Subjek Ekonomi

Minggu, 06 Juli 2025 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Tgk. Ibnu Hajar, pimpinan Dayah Al-Hijriy di Desa Teupin Bayu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara (kiri). [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Gagasan membangun ketahanan pangan berbasis pesantren yang disampaikan oleh Wakil Rektor 1 Universitas Syiah Kuala, Prof.Dr.Ir. Agussabti, M.Si., IPU, menuai sambutan positif dari kalangan pimpinan dayah di Aceh.

Salah satunya Tgk. Ibnu Hajar, pimpinan Dayah Al-Hijriy di Desa Teupin Bayu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara, yang menilai ide tersebut sangat relevan dan sejalan dengan cita-cita kemandirian ekonomi pesantren.

Prof. Agussabti sebelumnya menyebutkan bahwa pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga bisa bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi dan pembangunan kemandirian masyarakat.

Menurutnya, konsep ketahanan pangan yang dikelola pesantren ini dapat mencakup sektor pertanian, perikanan, maupun perkebunan, dengan melibatkan santri dan alumni pesantren secara aktif.

“Tujuannya bukan hanya untuk swasembada pangan, tetapi juga untuk membangun kedaulatan ekonomi pesantren, serta memperkuat kapasitas keilmuan dan keahlian para pemuda-pemudi lingkungan dayah,” kata Prof. Agussabti kepada Dialeksis.com pada Jumat (4/7/2025).

Model ketahanan pangan pesantren, lanjutnya, harus disesuaikan dengan karakter masing-masing dayah. “Tidak ada pola tunggal yang bisa diterapkan ke semua pesantren,” tegasnya.

Dayah Al-Hijriy di bawah kepemimpinan Tgk. Ibnu Hajar menjadi salah satu contoh nyata bagaimana pesantren dapat menjalankan peran sebagai subjek ekonomi.

Sejak tahun 2023, kelompok perikanan santri yang dibentuk di dayah tersebut berhasil mengembangkan usaha budi daya ikan lele, dengan melibatkan 53 santri sebagai anggota aktif.

“Alhamdulillah, semangat para santri di sini sangat tinggi. Mereka tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga menekuni keterampilan budidaya ikan lele. Hasilnya bisa membantu keuangan pesantren sekaligus menjadi bekal hidup mandiri bagi mereka ke depan,” ungkap Tgk. Ibnu Hajar saat diwawancarai Dialeksis.com pada Ahad (6/7/2025).

Menurutnya, gagasan yang disampaikan Prof. Agussabti menjadi peluang emas bagi pesantren di Aceh untuk semakin memperkuat posisi sebagai pusat pemberdayaan ekonomi rakyat.

Tgk. Ibnu Hajar menilai, keterampilan ekonomi seperti budi daya perikanan, pertanian, maupun perkebunan harus menjadi bagian dari kurikulum pesantren, di samping pembelajaran kitab kuning.

“Santri zaman sekarang harus dibekali keahlian agar mampu bertahan hidup dan berkontribusi bagi masyarakat. Jangan hanya mengandalkan ijazah agama, tetapi juga memiliki skill nyata,” tegas Tgk. Ibnu Hajar.

Namun demikian, Tgk. Ibnu Hajar juga memberi catatan bahwa tidak semua pesantren bisa langsung dilibatkan dalam program ketahanan pangan.

Ia menilai perlu ada kriteria yang jelas, misalnya kesiapan fasilitas, kapasitas SDM, serta dukungan para pimpinan dayah.

“Kalau semua dipukul rata, nanti banyak pesantren yang kesulitan menyesuaikan diri. Harus ada seleksi atau pemetaan pesantren mana yang benar-benar siap,” jelasnya.

Ia juga berharap pemerintah daerah bersama perguruan tinggi seperti USK bisa memberikan pendampingan teknis dan modal awal agar program ketahanan pangan pesantren ini berjalan optimal.

“Program ini sangat cocok untuk Aceh, di mana pesantren memiliki basis massa yang kuat. Kalau didukung secara serius, InsyaAllah akan lahir generasi santri yang tidak hanya alim, tetapi juga mandiri secara ekonomi,” tutup Tgk. Ibnu Hajar. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI