DIALEKSIS.COM | Kendari - Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) resmi dinobatkan sebagai Juara Umum Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) Nasional ke-28 yang digelar di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Kabar gembira bagi Kaltim itu diumumkan langsung oleh Ketua Dewan Hakim, Dr. Muchlis Muhammad Hanafi, pada Sabtu malam (18/10/2025), melalui Surat Keputusan Nomor: 05/Kep.DH/STQHN-XXVIII/X/2025.
“Penetapan juara ini berdasarkan hasil perolehan poin kejuaraan dari setiap provinsi di seluruh cabang dan golongan musabaqah. Keputusan ini telah melalui sidang pleno Dewan Hakim dan bersifat final,” tegas Muchlis.
Berdasarkan hasil rekapitulasi, Kalimantan Timur keluar sebagai juara umum, disusul DKI Jakarta di posisi kedua, dan Sumatera Selatan di peringkat ketiga. Berikut daftar lengkap 10 besar kafilah terbaik STQHN XXVIII Tahun 2025:
1. Kalimantan Timur
2. DKI Jakarta
3. Sumatera Selatan
4. Jawa Timur
5. Riau
6. Jawa Barat
7. Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan (berbagi peringkat)
8. Kepulauan Riau
9. Sulawesi Tenggara
10. Nusa Tenggara Barat
Namun, di balik gemerlap prestasi itu, Aceh justru gagal menembus 10 besar -- sebuah penurunan drastis setelah tahun lalu berhasil menduduki peringkat kelima nasional.
Padahal, Aceh mengirim 45 orang kafilah, terdiri atas 20 peserta, 19 pelatih, dan 6 official. Hasil ini menimbulkan tanda tanya besar terhadap efektivitas pembinaan dan kesiapan kontingen dari Tanah Serambi Mekkah tersebut.
Kegagalan ini terasa ironis, mengingat Aceh dikenal sebagai daerah yang menjunjung tinggi syariat Islam dan menjadi rujukan dalam pembinaan nilai-nilai Al-Qur’an. Namun dalam ajang nasional yang menguji kualitas tilawah, hafalan, dan pemahaman hadis, prestasinya justru merosot tajam.
Ajang STQH Nasional ke-28 ini menjadi panggung penting bagi para qari, qariah, hafiz, dan hafizah dari seluruh Indonesia untuk menunjukkan kemampuan terbaik dalam membaca, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an dan hadis.
Kini, dengan hasil yang memprihatinkan tersebut, pembinaan kafilah Aceh tampaknya perlu dievaluasi total, agar tidak terus kehilangan marwah di pentas nasional.