Beranda / Berita / Aceh / APEL Nagan Raya: Pemerintah Harus Ambil Sikap Dalam Menjaga Hutan dan Lingkungan di Aceh

APEL Nagan Raya: Pemerintah Harus Ambil Sikap Dalam Menjaga Hutan dan Lingkungan di Aceh

Senin, 03 Januari 2022 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Ketua Aliansi Peduli lingkungan (APEL) Nagan Raya, Syukur. [Foto: Dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Intensitas hujan yang tinggi di Aceh beberapa hari ini menyebabkan beberapa kabupaten di Aceh terendam banjir, bahkan sudah menelan korban.

Ketua Aliansi Peduli lingkungan (APEL) Nagan Raya, Syukur mengatakan, banjir itu terjadi karena hutan di Aceh banyak yang ditebang, sehingga untuk menahan kapasitas air yang besar itu tidak ada, terutama ketika musim hujan datang.

“Hal ini disebabkan karena penebangan hutan di Aceh secara liar (Ilegal logging) sangat tinggi,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Senin (3/12/2021).

Dirinya mengatakan, fungsional pohon itukan menyerap air dan juga mengurangi terjadinya longsor dan juga banjir.

“Hari ini seharusnya untuk jangka panjang inilah yang harus dijaga sekali terutama dalam ilegal logging, jika pohon terus ditebang, maka tak ada lagi yang dapat menahan air hujan dalam kapasitas tinggi,” sebutnya.

Syukur menyebutkan, Keadaan hutan di Aceh sangat mengkhawatirkan. “Karena itu harus kita jaga, hutan ini adalah sumber kehidupan, sumber pelindung dari segala bencana yang ada terutama banjir dan longsor,” sebutnya.

Kemudian, Syukur mengatakan, saat ini juga masyarakat juga masih suka buang sampah sembarangan dan juga masih suka menebang pohon yang seharusnya tidak boleh ditebang.

“Kalau pemerintah tidak bisa melakukan suatu tindakan tegas terhadap hal-hal sperti ilegal logging dipastikan aceh rawan sekali akan banjir bandang, longsor dan sebagainya. Pemerintah harus melihat secara luas, kita punya dana yang besar, gunakan dana itu untuk kebutuhan kita dalam menjaga alam, contoh segera buat Moratorium hutan, jadikan beberapa kawasan di Aceh menjadi kawasan lindung, dan sebagainya,” jelasnya.

Syukur mengharapkan, juga masyarakat untuk sadar bahwa hutan harus dijaga, alam harus dijaga, jangan rusak alam kita.

“Inilah ada peninggalan nenek moyang kita bersama, harus dijaga. Disini kita bisa lihat bersama, banyak sekali wacana di Aceh ini, namun penerapannya tidak ada, contoh dalam Qanun kita Aceh, banyak sekali kawasan rawa tripa, itu masuk dalam kawasan hutan lindung ataupun kawasan gambut, tapi gak ada penerapannya,” tegasnya.

Syukur mengatakan, banjir yang terjadi di Aceh timur, Aceh utara dan saat ini sudah terjadi juga di Aceh Tamiang bisa menjadi sebuah cerminan kita bersama, bahwa alam kita tidak baik-baik saja.

“Pemerintah harus segera ambil sikap, untuk saat ini harus ada bantuan segera kepada mereka semua, logistik dan sebagainya. Saya mengaharapka sesegera mungkin pemerintah aceh harus melihat ini secara luas dan berpikir panjang kedepannya terhadap bagaimana cara untuk menjaga alam kita agar meminimalisir terjadinya banjir dan bencana longsor ketika musim hujan datang di Aceh,” pungkasnya. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda