Beranda / Berita / Aceh / Begini Penjelasan Pakar Geologi Terkait Tanah Bergerak di Lamkleng

Begini Penjelasan Pakar Geologi Terkait Tanah Bergerak di Lamkleng

Rabu, 27 Januari 2021 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Roni
Pakar Geologi TDMRC Universitas Syiah Kuala, Dr Muksin Umar. [Dok. Researchgat]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pakar Geologi dari Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (USK), Dr Muksin Umar mengatakan, fenomena tanah bergerak di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh yang viral saat ini hanya longsor biasa.

"Menurut Tim USK, hasil analisis sementara terkait fenomena tanah bergerak terjadi karena hujan terus menerus yang mengakibatkan beban di atas lebih besar sehingga longsor ke bawah," jelas Dr Muksin Umar saat dihubungi Dialeksis.com, Rabu (27/1/2021).

"Ini adalah longsor biasa. Bisa terjadi dimana saja terutama di daerah terjal atau kemiringan tinggi dekat sungai seperti di Lamkleng," tambahnya.

Selanjutnya, Pakar Geologi TDMRC ini juga berujar, fenomena tersebut bukanlah likuifaksi. Sebab menurutnya, likuifaksi adalah semacam tanah di atas mencair atau hilang kekuatannya.

"Likuifaksi biasanya didahului ada perubahan tegangan secara tiba-tiba seperti gempa. Dalam kasus Lamkleng tidak didahului oleh gempa. Longsorannya juga terjadi perlahan-lahan bahkan berhari-hari," jelas Dr Muksin.

Saat ditanya fenomena baru di lokasi tersebut, yakni keluar air dan lumpur dari bagian paling bawah blok longsoran tersebut, Pakar Geologi TDMRC itu berujar, pihaknya belum melihat langsung.

"Tetapi menurut saya memang lapisan bumi berbeda-beda. Kalau kita gali sumur pun, kita ketemu lapisan pasir atau bahkan lumpur," jelas Dr Muksin.

Ia mengimbau, kepada masyarakat agar menghindari membangun rumah di daerah tebing tanah, apalagi di pinggiran sungai.

"Jika sudah terlanjur membangun rumah, maka warga perlu memantau potensi longsor. Jika sudah terlihat ada retakan berarti sudah berbahaya," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda