Beranda / Berita / Aceh / Direktur RSUZA: Bahaya OTG Covid-19 Berpotensi Positif, Harus Waspada

Direktur RSUZA: Bahaya OTG Covid-19 Berpotensi Positif, Harus Waspada

Jum`at, 29 Mei 2020 09:56 WIB

Font: Ukuran: - +

Direktur RSUZA Banda Aceh Dr dr Azharuddin Sp.OT K-Spine FICS. [Foto: IST/Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Jumlah positif corona di Aceh bertambah menjadi 20 setelah salah seorang warga asal Kota Banda Aceh dinyatakan positif Covid-19 melalui hasil swab di Balai Litbangkes Aceh, Kamis (28/5/2020).

Diketahui pasien tersebut masuk kategori orang tanpa gejala (OTG). Hasil tes didapat saat yang bersangkutan hendak ke luar daerah dan surat kesehatan menjadi salah satu syarat ketika bepergian.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA) Dr dr Azharuddin Sp.OT K-Spine FICS mengatakan, ketegori OTG Covid-19 seperti ini sangat menakutkan. Sebab keberadaan mereka bebas berinteraksi dengan masyarakat, namun terus menularkan virus tanpa diketahui.

"Orang dalam pemantauan (ODP) dengan kategori OTG ini punya potensi juga untuk membunuh orang. Ketika bertemu dengan orang-orang yang imunitasnya rendah, itu akan menjadi mimpi buruk," jelas Azharuddin saat dihubungi Dialeksis.com, Kamis (28/5/2020) malam.

Direktur RSUZA itu mencontohkan, misal orang yang punya penyakit diabetes, hipertensi, ginjal, kanker, paru-paru dan sebagainya mereka berpotensi rentan menjadi korban Covid-19 dengan risiko pneumonia berat.

"Fenomena itu yang masyarakat kita masih menganggap enteng. Padahal disebutkan, kalau yang positif itu berkeliling ke mana-mana, dia berpotensi menjadi pembunuh di rumahnya, seperti orang tua, mertua, kakek, nenek atau ada anak-anak kecil yang imunitasnya berkurang," jelas Azharuddin.

"Saya buat analogi yang lebih tajam. Siapapun yang berada di depan kita kiri kanan, muka belakang, kita harus beranggapan bahwa yang bersangkutan itu sebagai positif corona. Sehingga kita ada kehati-hatian, dibanding menganggap sepele virus ini. Karena yang paling banyak itu orang tanpa gejala," tambahnya.

Ia melanjutkan, jika sebelumnya jumlah positif corona di Aceh masih 19 orang atau disebut zona kuning, maka setelah bertambah menjadi 20, Aceh layak disebut zona merah.

"Apalagi kita bertetangga dengan (zona) yang merah pekat seperti Sumatera Utara. Makanya kehati-hatian masyarakat itu perlu terus dijaga," kata Direktur RSUZA itu.

"Dan yang baru positif itu kan jelas, datang dari zona merah Medan, mau menuju ke Jakarta, kemudian syarat supaya lolos bisa naik pesawat, ada surat kesehatan, berarti kan sama sekali tanpa gejala. Masyarakat harusnya belajar dari hal seperti itu," tambahnya.

Azharuddin juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak bepergian ke luar daerah, terutama ke tempat yang menjadi episentrum Covid-19. Hal ini untuk menjaga diri agar tidak tertular virus corona.

"Di Indonesia kalau kita lihat statistiknya, masih berada di puncak tinggi-tingginya. Belum ada kata melandai atau menurun. Makanya jika tidak penting, tidak perlu, tidak wajib, jangan dulu bepergian ke luar daerah. Sebelum WHO menyatakan pandemi meredah," jelas Azharuddin.

"Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, kalau ada gelombang kedua. Ini biasanya lebih dahsyat, seperti Flu Spanyol sekitar 100-an tahun lalu, gelombang keduanya yang dahsyat. Makanya masyarakat harus disiplin mengikuti protokol kesehatan, dijaga betul," pungkas Direktur RSUZA itu. (sm)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda