Beranda / Berita / Aceh / Dua Dekade Tsunami, Australia dan Indonesia Bersinergi Bangun Ketangguhan Masyarakat di Aceh

Dua Dekade Tsunami, Australia dan Indonesia Bersinergi Bangun Ketangguhan Masyarakat di Aceh

Senin, 11 November 2024 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Simposium Tsunami Global UNESCO-IOC ke-2 di Balai Meuseuraya Aceh, Banda Aceh dimulai dari tanggal 10-14 November 2024. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerintah Australia melalui Program SIAP SIAGA berpartisipasi dalam sesi Ignite Stage bertema Sinergi Program Berbasis Desa untuk Membangun Ketangguhan Masyarakat dan Inovasi dalam Layanan Penanggulangan Bencana di Balai Meuseuraya Aceh, Banda Aceh. 

Sesi ini, yang diadakan dalam rangkaian Simposium Tsunami Global UNESCO-IOC ke-2, bertujuan memperingati 20 tahun bencana tsunami Samudra Hindia dan melibatkan berbagai lembaga dan tokoh, baik nasional maupun internasional, dalam upaya membangun ketangguhan masyarakat di daerah rawan bencana.

Simposium ini diselenggarakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), UNESCO Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC), dan International Union of Geodesy and Geophysics (IUGG) Joint Tsunami Commission di Banda Aceh dari tanggal 10-14 November 2024. 

Acara ini menjadi wadah bagi para ilmuwan, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan dari seluruh dunia untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, serta inovasi dalam kesiapsiagaan bencana.

Madeleine Moss, Minister Counsellor for Governance and Human Development di Kedutaan Besar Australia di Jakarta, menyampaikan komitmen Pemerintah Australia dalam memperkuat ketangguhan masyarakat pesisir Indonesia terhadap bencana dan perubahan iklim. 

"Pemerintah Australia sangat mendukung strategi Indonesia dalam memperkuat ketangguhan di daerah rawan tsunami serta mendukung pemberdayaan masyarakat, termasuk penerapan Standar Pelayanan Minimal Sub Urusan Bencana (SPM-UB) yang menjadi landasan penting dalam penanggulangan bencana," ujar Madeleine kepada awak media, Senin (11/11/2024).

Madeleine menambahkan bahwa upaya kolaboratif ini berfokus pada peningkatan kemampuan pemerintah Indonesia dalam menyediakan layanan penanggulangan bencana yang cepat dan tepat sasaran. 

Melalui Program SIAP SIAGA, Pemerintah Australia telah berinvestasi dalam manajemen risiko bencana berbasis desa selama lima tahun terakhir. 

Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa penanggulangan bencana dapat dilaksanakan hingga ke tingkat desa, mendukung pembangunan lokal, dan menekankan keterlibatan masyarakat, termasuk kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas, dan lansia.

Di sesi yang sama, Pangarso Suryotomo, Direktur Kesiapsiagaan BNPB, mengapresiasi kontribusi Program SIAP SIAGA yang secara berkesinambungan mendorong pembelajaran dari praktik baik masyarakat pesisir. 

BNPB, bekerja sama dengan Program SIAP SIAGA, meluncurkan buku berjudul Masyarakat Pesisir Bertutur, yang mendokumentasikan cerita ketangguhan komunitas pesisir Indonesia dalam menghadapi bencana alam dan perubahan iklim. 

Pangarso menjelaskan bahwa buku ini merupakan lanjutan dari seri sebelumnya yang memuat kisah inspiratif dari komunitas sungai dan komunitas gunung.

"Buku ini tidak hanya menceritakan kisah, namun juga mengabadikan kearifan lokal masyarakat pesisir yang telah berhasil mengembangkan solusi dari tantangan yang mereka hadapi," ujar Pangarso.

Menurutnya, kisah-kisah tersebut menunjukkan bagaimana perempuan memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan serta bagaimana seluruh lapisan masyarakat dapat terlibat aktif dalam membangun ketangguhan komunitas.

Prasinta Dewi, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, menegaskan bahwa lebih dari 53 ribu desa di Indonesia berada di wilayah rawan bencana.

Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya krisis iklim, yang mengharuskan sinergi program berbasis desa. 

"Sinergi lintas kementerian, lembaga, dan mitra strategis sangat penting untuk memperkuat ketangguhan di tingkat desa," pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI