Beranda / Berita / Aceh / Harga Gula Melonjak, Pedagang: Kita Bingung Mau Bawa Stok dari Mana

Harga Gula Melonjak, Pedagang: Kita Bingung Mau Bawa Stok dari Mana

Selasa, 24 Maret 2020 23:59 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indra Wijaya

Nurdin menunjukkan jumlah stok gulanya di Pasar Aceh, Banda Aceh, Selasa (24/3/2020). [Foto: Indra Wijaya/Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Mewabahnya COVID-19 saat ini membuat sejumlah harga sembako di pasar ikut naik. Nurdin salah seorang pedagang eceran di Pasar Aceh mengaku, saat ini ia menjual harga gula per kilogramnya Rp 19.000. Hal ini dipicu karena kurangnya pasokan gula pasir di Aceh akibat dampak virus corona.

"Kita jual Rp 19.000. Naik dari sepekan sebelumnya Rp18.000," kata Nurdin saat dijumpai Dialeksis.com, Selasa (24/3/2020).

Ia mengaku menjual gula dengan harga tinggi dikarenakan harga ia beli dari grosir Rp 900.000 - 1.000.000 per karungnya.

"Iya, ada juga yang jual satu karungnya seharga satu jutaan," ungkapnya.

Menurutnya, kenaikan harga gula dikarenakan adanya kelangkaan pasokan gula di Aceh semenjak munculnya wabah virus corona ini.

Bahkan, ia mengatakan ada beberapa temannya yang berjualan sama seperti dia kini tidak menjual lagi gula pasir. Karena pasokan mereka telah habis.

"Ada kawan sekarang tidak jual gula lagi mereka. Karena selain harganya yang sudah mahal dan juga gilannya sendiri yang kini mulai langka," ungkapnya.

Saat ini ia masih memiliki cukup stok gula dalam satu minggu ke depan. Namun karena kelangkaan gula seperti ini, ia bingung harus membeli dari grosir mana lagi.

"Stok saya masih cukup satu mingguan. Tapi kalau habis, tidak tahu lagi saya harus ambil dari mana. Sementara permintaan pasar lumayan tinggi," katanya.

Ia berharap, menjelang Ramadhan nanti pasokan gula di Aceh sudah mencukupi, dikarenakan permintaan gula cukup tinggi pada bulan tersebut.

"Kita berharap menjelang puasa nanti pasokan gula di Aceh sudah stabil. Karena masyarakat banyak perlu gula untuk kebutuhan membuat takjil atau cemilan jelang berbuka nanti," pungkasnya. (IDW)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda