Beranda / Berita / Aceh / HUT RI ke-77 Dihadiri Mantan Napi Teroris, Ketua IKADI Aceh Ajak Masyarakat Husnuzan

HUT RI ke-77 Dihadiri Mantan Napi Teroris, Ketua IKADI Aceh Ajak Masyarakat Husnuzan

Kamis, 18 Agustus 2022 23:50 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Provinsi Aceh, Dr Safrilsyah Syarief. [Foto: for Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke-77 kemarin, terlihat banyak sekali kabar para mantan narapidana terorisme ikut menghadiri upacara bendera.

Dalam lintas nasional ada pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Abu Bakar Ba’asyir yang mengikuti upacara pengibaran bendera merah putih bersama dengan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), dan dalam konteks lokal Aceh ada Dafri Arbi, warga Gampong Sidorejo, Kecamatan Langsa Lama yang mengikuti upacara bendera bersama Pemko Langsa.

Lantas, sudahkah mantan Napi terorisme yang mengikuti upacara pengibaran bendera merah putih ini terlepas sepenuhnya dari paparan radikalisme?

Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Provinsi Aceh, Dr Safrilsyah Syarief mengaku tidak bisa menilai secara langsung, karena diibaratkan dengan bahasa psikologi, manusia selalu memakai topeng ketika berperilaku untuk menutupi kekurangan atau pengelabuan.

Menurutnya, tampilan dari luar tak bisa dinilai ke dalam. Sisi terdalam manusia, antara satu sama lainnya tak bisa diketahui. Karena pribadi seseorang sulit untuk dijustifikasi hanya dengan melihat perilaku dari luar.

Meski demikian, Ketua IKADI Aceh ini mengajak masyarakat untuk berbaik sangka, dalam artian ia berharap agar mantan Napi teroris itu menjadikan seremonial pengibaran bendera merah putih ini sebagai pijakan awal untuk menghilangkan pengaruh radikal.

“Bagi saya, yang pertama kita harus husnuzan, kita harus berbaik sangka dengan harapan semoga mantan Napi terorisme ini menjadi lebih NKRI lagi ke depan,” ujar Dr Safrilsyah Syarief kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Kamis (18/8/2022).

Di samping itu, Syafrilsyah Syarief menilai seorang teroris sebenarnya bukan benci NKRI, tetapi mereka benci terhadap ketidakseimbangan perlakuan yang adil yang diterima mereka.

“Saya melihat ada diskriminasi negara kepada orang-orang ini, makanya mereka menempuh perjuangannya dengan kekerasan,” ungkapnya.

Walau bagaimanapun, Ketua IKADI Aceh ini melaknat keras aksi teror di Indonesia. Ia tidak setuju perjuangan menuntut hak keadilan dilakukan dengan terorisme.

“Namun, kita harus melihat kalau ada asap tentu ada apinya. Alasan terorisme pasti ada sebabnya mengapa itu bisa terjadi,” jelasnya.

Sementara itu, bicara mengenai pengubahan mindset radikalisme, Dr Safrilsyah Syarief mengatakan, seorang yang sudah terpapar doktrin radikal sangat sulit untuk disembuhkan. 

Ia berkisah bahwa ada seorang teman yang ditugaskan untuk menangani Napi teroris. Ketika dilakukan dialog dengan para Napi ini, mereka punya doktrin dengan pemahaman sendiri. Sehingga ketika disampaikan ayat-ayat Alquran yang mengajarkan tentang kelembutan, para Napi terorisme itu menolak, bahkan kadang-kadang mereka lantunkan ayat lain dengan pemahaman mereka sendiri.

“Tidak mudah memang mengubah mindset terorisme yang telah mengambil jalan perjuangannya dengan kekerasan. Dan kita sangat menyayangkan pemikiran seperti ini. Namun perlu ditegaskan, kalau mau terorisme itu jangan bawa-bawa agamalah, terutama agama Islam. Karena dalam Islam, tidak pernah kita lihat gerakan kekerasan yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya,” pungkasnya. [AKH]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda