DIALEKSIS.COM | Yogyakarta - Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal didapuk pihak rektorat Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta untuk mengisi kuliah umum di bagi mahasiswa Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional, Kamis, 7 Agustus 2025.
Di hadapan puluhan mahasiswa strata satu yang memenuhi Ruang Kuliah Umum Dr Sardjito UII, Illiza berbagi soal isu kepemimpinan perempuan, perjalanan karir politiknya, hingga motivasi bagi perempuan masa kini untuk berani tampil.
Sebelumnya pada hari yang sama, Illiza juga telah menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) kerja sama dengan Rektor UII Yogyakarta Fathul Wahid dan meninjau Laboratorium Riset Atsiri di kampus tersebut.
Membuka presentasinya, Illiza menyebut masih ada konotasi negatif tentang Aceh. “Sebagai satu-satunya daerah di nusantara yang menegakkan syariat Islam sesuai amanah konstitusi, namun masih ada stigma jika sulit bagi perempuan untuk tampil ke depan, apalagi menjadi pemimpin.”
Namun Illiza mematahkan mitos tersebut dengan menduduki jabatan demi jabatan yang ia emban dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Wanita kelahiran 1973 ini, memulai karir politik sebagai dewan, wakil wali kota, wali kota, legislator Senayan, hingga dipercaya masyarakat kembali memimpin Banda Aceh untuk lima tahun ke depan.
Menurutnya, perempuan secara inklusi gender lebih tangguh, detil, dan banyak kelebihan lainnya. “Dalam Islam pun diajarkan bahwa perempuan adalah tiang agama. Kunci untuk maju caranya dengan pendidikan dan aktif berorganisasi. Sehingga ketika kita turun ke masyarakat bisa menjadi problem solver.
“Prinsipnya, sampaikan apa yang kamu tahu, selebihnya Allah akan sampaikan apa yang belum kami ketahui. Dan begitu diberi amanah, jalankan tugas dengan sebaik-baiknya sehingga keberadaan kita bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Kemudian seorang perempuan menurut Illiza, harus yakin dan tahu jelas arah atau target yang ingin dicapai. “Pemerintah sudah memberi ruang bagi kita untuk berkarir di parlemen maupun jabatan publik lainnya. Namun terkadang hal ini masih terbentur patriaki politik laki-laki.”
“Cara menyisiatinya bagaimana? Kita tidak boleh eksklusif, harus mampu berbaur dengan baik. Maka lihatlah nanti, justru masyarakat termasuk kaum pria akan memberi kesempatan bagi kita untuk tampil. Selanjutnya kerja keras, tunjukkan best practice kita pada dunia,” ujarnya.
“Di tanganmu tersimpan harapan, suci merangkul impian. Menaburkan kasih sayang dengan segenap cinta. Wanita, wanita, wanita bidadari Syurga. Santun indah dalam kata, dengan cinta engkau dapat mendamaikan dunia”.
Suara merdu Illiza menutup kuliah umum sembari mengundang standing applause dari para mahasiswa UII. (*)