Beranda / Berita / Aceh / J Kamal Farza: Aceh Perlu Kehidupan Normal, Harapan Besar Pada Sang Jenderal

J Kamal Farza: Aceh Perlu Kehidupan Normal, Harapan Besar Pada Sang Jenderal

Selasa, 19 Juli 2022 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga

J Kamal Farza. [Foto: Istimewa]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Putra Aceh yang berprofesi sebagai pengacara dan dan Pekerja Kebudayaan, mengungkapkan isi hatinya kepada tanah leluhurnya melalui sebuah tulisan. Dia menggugah Pj Gubernur Aceh untuk berbuat kepada negerinya.

J Kamal Farza, walau tinggal di Jakarta, perhatianya untuk Aceh senantiasa dia curahkan. Melalui tulisanya dengan judul Aceh Perlu Kehidupan Normal Harapan Besar Pada Sang Jenderal yang dimuat Serambi Indonesia, Selasa 19 Juli 2022, sangat menaruh harapan kepada jenderal yang kini memimpin Aceh.

Dia memulai tulisanya dengan mengisahkan Aceh sudah punya pemimpin baru, Jenderal (Purn) Achmad Marzuki (AM). Meskipun berlabel Pj (Penjabat), tetapi kehadiran mantan Pangdam Iskandar Muda itu, sangat penting dan strategis: 

Menurut J Kamal Farza, AM bisa sebagai dokter yang menyembuhkan orang sakit, sebagai wasit dalam pertandingan sepakbola. Sebagai motivator pemberi semangat untuk si patah hati, sebagai tukang pemperbaikan rumah rusak. 

Sebagai dermawan penolong orang kesusahan, dan sebagai teladan, untuk memberikan inspirasi tumbuhnya kepemimpinan baru di Aceh.

Dia mengutip komentar Sofyan Dawood (SD) mantan Jubir GAM, “Aceh Perlu Kehidupan Normal”, suksesor keberhasilan Achmad Marzuki sebagai pemimpin transisi di Aceh pengganti gubernur demisioner, Nova Iriansyah.

Menurut J Kamal, yang membuat singkatan nama kepada sosok dalam tulisanya, sang Jenderal memiliki cukup kompetensi untuk membuat normalisasi kehidupan di Aceh, sampai terpilihnya Gubernur definitif 2024 mendatang.

Aceh itu miskin keteladanan, yang berakibat miskinnya kepemimpinan. Yang ujungnya membuat miskin secara sosial dan budaya.

“Saya setuju Sofyan, Aceh Perlu Kehidupan Normal. Dan Pusat sudah mempercayai AM untuk menjadi pemimpin transisional,” tulis J Kamal. Kompetensi Sang Jenderal AM memiliki legitimasi dan dasar yang kuat untuk menjadi Penjabat Gubernur. 

J Kamal menuliskan, secara kronologis, tanggal 1 Juli 2022 AM mundur dari TNI. Tanggal 4 Juli diangkat menjadi Staf Ahli Mendagri Bidang Hukum dan Kesatuan Bangsa. Karena untuk jadi staf ahli harus dari Birokrat.

 Mendagri mengontraknya menjadi pegawai kontrak dengan metode P3K (Pegawai dengan Perjanjian Kerja), tanggal 5 Juli keluar Keputusan Presiden RI Nomor 70/P/2022 tentang Pengesahan Pemberhentian Gubernur Aceh Sisa Masa Jabatan Tahun 2017-2022 dan Pengangkatan Penjabat Gubernur Aceh.

Tanggal 6 Juli AM dilantik sebagai pj Gubernur Aceh, dari Ahli Mendagri (eselon 1). Sah nyaris tanpa celah hukum. Secara sejarah leadership, AM punya reputasi dan prestasi di dunia kemiliteran, abituren Akademi Militer (Akmil) angkatan 1989 satuan infanteri ini , terecord pernah mengemban sejumlah jabatan strategis di TNI AD. 

AM pernah menjadi Komandan Batalyon Infanteri 411/Pandawa (2004-2006), Asisten Operasi (Asops) Kepala Staf Kodam V/Brawijaya (2010-2012), Dirbinsen Pusat Kesenjataan Infanteri Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Angkatan Darat (2013).

Asops Kepala Staf Kostrad (2013-2014). AM juga pernah didampuk menjadi Komandan Korem 174/Anim Ti Waninggap (2016), dan menjadi Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI (2016-2018).

Dua tahun setelah itu. AM menjadi Panglima Divisi Infanteri 3/Kostrad (2018-2020), Inspektur Kostrad (2020). Sebelum dipromosi menjadi Asisten Teritorial KSAD (2021-2022), dan Tenaga Ahli Pengkaji Kewaspadaan Nasional Lemhannas (2022), AM pernah menjadi pimpinan militer tertinggi di Aceh, sebagai Pangdam Iskandar Muda (2020-2021).

Modal ini cukup mengenali dan bersahabat dengan banyak sosok di Aceh, termasuk MM, SD dan lainnya. Pengalaman menjadi pemimpin di dunia militer dengan kedisiplinan tinggi, dimana harga diri dan kehormatan paling dijunjung tinggi, sudah saatnya dibuktikan AM ketika diberi kepercayaan, tugas dan tanggung jawab menjadi Penjabat Gubernur Aceh.

“Saya setuju dengan SD, sahabat saya mantan Juru Bicara Gerakan Aceh Merdeka itu, yang berharap, Aceh di bawah kendali AM bisa lebih maju dan sejahtera dengan memanfaatkan segala potensi yang ada,” sebut J Kamal.

Bahkan dia mengutip pernyataan SD ”Kembalikan Aceh dalam kehidupan normal, fokus pada masalah perekonomian. Saya selaku mantan kombatan GAM, dengan 17 tahun Aceh damai, Aceh sangat aman.

Pernyataan SD yang juga dipanggil J Kamal sebagai Bang Yan, kalimatnya bersayap, jangan lagi kabarkan Aceh Tak Aman, “daerah merah”, daerah banyak pungutan, dan gelar-gelar negatif yang lain.

AM harus menjadi Juru bicara Aceh untuk kampanye ke panggung nasional dan internasional bahwa Aceh daerah aman, orang Aceh sangat baik, dan ramah.

Selain menyampaikan isi hatinya soal kehidupan normal, J Kamal juga menuliskan soal fokus kerja. Dia mengawalinya kembali dengan pernyataan SD, saat ini di Aceh banyak orang miskin, dan gelar Aceh sebagai provinsi termiskin di Sumatera itu langgeng bertahun-tahun.

“Itu kita sangat sedih, dengan dana otsus 80 triliun rupiah lebih, ternyata Aceh masih miskin. Kenapa Aceh masih miskin? Jawabannya, karena gubernur sebelumnya tidak fokus.”

J Kamal menilai AM, benar-benar harus fokus pada apa yang dibisikkan sahabatnya SD. Fokus untuk Aceh keluar dari kemiskinan permanen.

Menurutnya untuk fokus itu, langkah pertama adalah, panggil ahli yang paham benar soal ini, lalu suruh presentasi, suruh buka semuanya tanpa ditutup-tutupi. Sang presenter harus memaparkan apa potensi Aceh yang ada baik di darat, laut, gunung, maupun isi bumi.

Apa peluang bisa dimanfaatkan dalam waktu dua tahun ini. Suruh gali seluruh potensi kekuatan di masyarakat, dengan data valid, berapa orang pengusaha, berapa pebisnis UMKM, berapa orang pengangguran, dan berapa orang benar-benar miskin dan berpura-pura miskin.

“Suruh buka juga apa kelemahan-kelemahan pelayanan birokrasi selama ini, tantangan-tantangan, ancaman-ancaman dan seluruh sisi buruk yang terjadi di masyarakat “ yang dibiarkan oleh negara, dan ini membuat Aceh juara kemiskinan terus-menerus.,” tulis J Kamal.

Razia pasangan sedang rekreasi dan memandikannya dengan air comberan, adalah salah satu contohnya, yang membuat wartawan menulis berita ini dan menjadi kampanye buruk untuk Aceh.

“AM sebagai mantan Pangdam pasti sudah keliling Aceh dan mengakui bahwa setiap jengkal tanah di Aceh itu adalah daerah yang indah dan keren secara pariwisata. AM bisa gerakkan sektor ini sebagai salah satu andalannya dalam mengeluarkan Aceh dari kemiskinan,” sebut J Kamal.

Bina para pelaku wisata ini secara baik, berikan asistensi kepada mereka, dan tertibkan masyarakat jangan suka razia orang pelancong penikmat keindahan alam ciptaan Tuhan. Secara masyarakat, AM bisa dorong Kadis Pariwisata menetapkan lokasi wisata daerah, yang warga sekitarnya juga dibina menjadi Warga Sadar Wisata.

“Minta dukungan ulama, agar sementara para WH (Wilayatul Hisbah) dan Satpol PP agar fokus ke menjaga kebersihan saja dulu, jangan lagi ada razia jilbab dan celana ketat, razia hotel melati, razia orang tidak puasa, tidak sholat, tidak junub. Cukup fokus ke kebersihan karena kebersihan itu dasar untuk kita ibadah, sesuai hadits kebersihan sebagian dari iman,” tulisnya

Aceh itu daerah terbuka, masyarakat Aceh adalah egaliter dan ramah, jangan kotori pikiran masyarakat dengan cara-cara kotor bermotif agama. Berikan kesempatan semua orang tanpa melihat latar belakang agama untuk datang ke Aceh menikmati kopi dan kuliner Aceh yang sangat enak dan menikmati alam Aceh yang indah.

“Ini bisa dilakukan jika pemimpinnya berani, sembari memberi keteladanan, agar semua usaha bisa dijalankan,” sebutnya.

Para birokrat pemegang jabatan SKPA, benar-benar bekerja serius dengan pola kerja baru berorientasi hasil (Output), bukan proses. Perjalanan dinas, adalah pengeluaran tertinggi dari biaya birokrasi Aceh selama ini.

Kurangi perjalanan dinas pejabat keluar Aceh dan fungsikan kepala-kepala perwakilan di luar Aceh sebagai penghubung kepentingan Pemerintah Aceh dengan instansi lainnya, bukan sekedar mewakili untuk acara maulid.

“Berikan keleluasaan pengusaha lokal berbisnis, beri kemudahan untuk UMKM, beri insentif untuk pengusaha Aceh yang ingin pulang, dan pengusaha nasional yang ingin invest di Aceh, misalnya membebaskan mereka dari retribusi, pajak, dan kutipan”.

Tertibkan para pemungli (Pejabat Pungutan Liar) yang membebani investor dengan biaya tinggi, dan di lapangan minta bantuan SD dan Mualem untuk tertibkan pungutan pungutan liar di sektor masyarakat. Polisi dan TNI tinggal rem di komandannya.

“Pak AM bisa undang seluruh wartawan untuk mendukung rencana ini dan meminta wartawan untuk membantu, tulis Aceh dengan segala keindahannya, dan jangan beri tempat di media tentang hal-hal buruk yang membuat orang luar takut ke Aceh,” pintanya.

Buka akses penerbangan lebih banyak ke internasional, dan ajak pelaku usaha penerbangan untuk kerjasama, jangan bikin harga mahal tiket ke Aceh. Tertibkan Bupati, Walikota seluruh Aceh agar jangan asbun soal Syariah Islam, dan membuat aturan suka-suka, misalnya keharusan berjilbab bagi pramugari yang terbang ke Aceh, dan lain-lain.

J Kamal juga menyingung soal hiburan. Berikan masyarakat Aceh hiburan, tontonan dan piknik, karena dengan cara seperti itu akan membuka lebih luas imajinasi untuk berkarya lebih baik untuk Aceh. Ajak TransStudio untuk mempercepat bioskopnya agar bisa jadi alternative masyarakat menikmati seni pertunjukan.

“Selebihnya, Pak AM, sering-sering aja duduk di kedai kopi, sebuah tempat “keramat” sumber informasi penting, tempat lobby, dan tempat banyak orang Aceh menyelesaikan masalahnya. Saya doakan berhasil,” tulis J Kamal.

Sebuah tulisan yang menaruh harapan kepada Pj Gubernur Aceh untuk membawa perubahan di negeri ujung barat pulau Sumatera ini, dengan segala potensi dan tantangan.

Sebuah permintaan kepada pemimpin agar berani menentukan sikap. Menjadi panutan dan teladan demi kemajuan Aceh di masa mendatang. Tulisan yang membutuhkan renungan, apa kabar Pj Gubernur Aceh? * Bahtiar Gayo

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda