Beranda / Berita / Aceh / Jajaran Stakeholder Kolaborasi dalam Penilaian Konservasi Stok Karbon Tinggi di Aceh Timur dan Aceh Tamiang

Jajaran Stakeholder Kolaborasi dalam Penilaian Konservasi Stok Karbon Tinggi di Aceh Timur dan Aceh Tamiang

Senin, 24 Oktober 2022 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Tutupan hutan Indonesia. [Dok. tabloidsinartani]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemangku kepentingan yang terdiri dari pemerintah, pihak swasta, organisasi non-pemerintah serta komunitas sepakat untuk meningkatkan kolaborasi konservasi hutan melalui penilaian Nilai Konservasi Tinggi dan Stok Karbon Tinggi (NKT/SKT) dari hutan tropis di Aceh Timur dan Aceh Tamiang. 

Penilaian ini akan digunakan untuk mengidentifikasi nilai konservasi dan karbon, yang mana akan berkontribusi bagi usaha-usaha mitigasi perubahan iklim, membangun ketahanan iklim, melindungi keanekaragaman hayati dan jasa-jasa lingkungan, mendukung penghidupan masyarakat setempat, dan menghormati hak-hak komunitas serta akses ke sumber daya dan nilai-nilai budaya.  

Kolaborasi ini dilakukan oleh Pemerintah Aceh, Pemerintah Aceh Timur, Pemerintah Aceh Tamiang, Unilever, PepsiCo, Musim Mas, IDH (di Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau), Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), Forum Konservasi Leuser (FKL), Yayasan Masyarakat Kehutanan Lestari (YMKL), Forest People Program (FPP), Proforest, dan Remark Asia.

Pendekatan-pendekatan NKT dan SKT merupakan landasan komitmen konservasi dan nol-deforestasi bagi banyak perusahaan swasta. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan dukungan bagi implementasi yang efektif akan komitmen-komitmen tersebut melalui peningkatan penggunaan perangkat NKT/SKT.

“Pemerintah Aceh menyambut baik dan mengapresiasi para pemangku kepentingan yang telah menginisiasi penilaian NKT/SKT berbasis lanskap di Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Kami berharap penilaian ini, yang mengintegrasikan aspek-aspek lanskap, lingkungan, sosial-ekonomi, serta partisipatif, pada tingkatan lanskap akan dapat memberikan hasil yang lebih detail dan terkonfirmasi,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Aceh (BAPPEDA Aceh) Teuku Ahmad Dadek SH MHum.

Pemerintah Aceh Timur dan Aceh Tamiang juga menyampaikan dukungannya, “Kami berharap inisiatif yang terintegrasi ini akan dapat dilakukan secara komprehensif, untuk memberikan kepastian tentang area mana yang aman untuk produksi komoditas berkelanjutan dan area mana yang harus dilindungi,” ucap Bupati Aceh Timur Teungku Hasballah M. Thaib.

“Upaya-upaya untuk memperkuat daya saing komoditas serta keberlanjutan sektor pertanian merupakan bagian dari komitmen kami untuk mengintegrasikan sistem produksi berkelanjutan serta berkontribusi bagi pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” ucap Bupati Aceh Tamiang H. Mursil, S.H., M.Kn. “Kami menyambut baik dan akan memfasilitasi penialian NKT/SKT berbasis lanskap yang didukung oleh berbagai pemangku kepentingan ini.”

Penilaian NKT akan mengikuti panduan dari HCV Network yaitu “High Conservation Value Screening: Guidance for Identifying and Prioritizing Action for HCVS in Jurisdictional and Landscape Settings” yang telah dipublikasikan pada Oktober 2020. Sedangkan, penilaian SKT akan mengikuti rancangan kerangka prosedur penilaian SKT berskala besar dan pembaharuannya (keduanya berdasarkan versi tahun 2021).

Direktur YEL M. Yakob Ishadamy menjelaskan, “Pendekatan NKT adalah sebuah metodologi untuk mengidentifikasi, mengelola, dan memantau nilai-nilai lingkungan dan sosial yang penting dalam sebuah lanskap produksi “ di semua ekosistem atau tipe-tipe habitat. Pendekatan SKT merupakan sebuah perangkat perencanaan konservasi penggunaan lahan yang terintegrasi untuk membedakan area hutan di kawasan tropis untuk konservasi, yang mana juga memastikan bahwa hak-hak penghidupan masyarakat lokal dihormati.”

Terkait kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, Manajer Lanskap IDH Riswan mengatakan, “Kolaborasi strategis sangatlah dibutuhkan dan menjadi semakin penting untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor, memaksimalkan perlindungan hutan, dan meminimalisir dampak-dampak sosial.”

“Dukungan untuk inisiatif ini merupakan bagian dari Strategi Lanskap Aceh Musim Mas, dan komitmen kami dalam hal No Deforestation, No Peat, and No Exploitation (NDPE). Kami percaya dengan pendekatan pastisipatif untuk mengatasi deforestasi adalah cara terbaik yang akan memberikan dampak yang signifikan,” jelas Director of Sustainability Musim Mas Olivier Tichit.

“Sebagai salah satu pihak swasta yang mendukung inisiatif ini, kami berharap untuk dapat memberikan nilai tambah dalam implementasi pendekatan NKT/SKT di lanskap Aceh,” tambahnya.

“Ketika berbicara tentang perlindungan hutan, kolaborasi sangatlah penting. Kami sangat senang dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah, rekan-rekan sektor swasta, masyarakat serta komunitas untuk menghasilkan sebuah penilaian NKT/SKT pada tingkat lanskap, yang mana akan mendukung perlindungan hutan dan keanekaragaman hayati di Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan Ekosistem Leuser. Kegiatan ini turut melengkapi tujuan kami dan para pemangku kepentingan untuk mewujudkan rantai pasok yang bebas deforestasi serta membantu usaha perlindungan dan regenerasi lahan, hutan, dan lautan serta memastikan inklusivitas sosial,” jelas Direktur Sustainable Sourcing Unilever Martin Huxtable.

Direktur Senior Sustainable Agriculture PepsiCo Emily Kunen mengatakan, PepsiCo dengan bangga mendukung kegiatan inovatif untuk memetakan NKT/SKT dengan skala yang besar dan dilakukan secara partisipatif.

“Kegiatan ini mendukung usaha PepsiCo, mitra pemasok kami, dan juga pemerintah yang dipimpin oleh Bupati Musril dan Bupati Rocky dalam upaya mewujudkan rantai pasok yang bebas dari deforestasi serta melindungi hutan dan masyarakat di Ekosistem Leuser,” tutup Emily Kunen.[]

Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda