DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Krisis bahan bakar minyak (BBM) di wilayah dataran tinggi Gayo kembali menjadi sorotan sejak Rabu (15/10/2025), antrean panjang kendaraan di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah membuat aktivitas warga lumpuh sejak pagi hari.
Bahkan, kondisi ini ramai dibicarakan di media sosial, salah satunya di akun Instagram @kebergayo, yang mengunggah situasi terkini masyarakat yang harus mengantre BBM sejak subuh.
Dalam unggahannya yang dilansir media dialeksis.com, @kebergayo menulis, "Pagi-pagi masyarakat sudah disibukkan dengan antrean minyak di setiap SPBU yang ada di Aceh Tengah maupun Bener Meriah akibat BBM langka. Kegiatan tidak produktif ini menyebabkan ekonomi masyarakat yang mulai bergerak tumbuh malah menyungsep lagi,” tulis akun tersebut pada Rabu (15/10/2025).
Unggahan tersebut langsung dibanjiri komentar dari warganet yang mengeluhkan kondisi serupa di berbagai daerah lain di Aceh.
Beberapa pengguna Instagram bahkan menyoroti ironi bahwa Aceh, yang dikenal memiliki cadangan minyak melimpah, justru kerap mengalami kelangkaan BBM.
Akun @fachmi_rafaell menulis, “Mana katanya Aceh pemilik cadangan minyak terbesar?” Sementara pengguna lain, @lesrenang_bandaaceh, menandai pejabat daerah dan menulis, “Pak Bupati, gerak ke arah solusi ini!”
Beberapa komentar lain bernada satir dan sarkastik, menggambarkan keputusasaan masyarakat terhadap situasi yang berulang tanpa solusi konkret.
Dari berbagai unggahan warga, antrean panjang BBM di wilayah Takengon, Bebesen, dan Simpang Kelaping kini menjadi pemandangan sehari-hari.
Aktivitas warga terganggu, terutama bagi sopir angkutan dan pedagang kecil yang sangat bergantung pada ketersediaan bahan bakar.
“Sudah hampir seminggu kami antre terus, tiap hari habis waktu tiga sampai empat jam di SPBU. Kalau tidak antre, ya tidak bisa jalan kerja,” ujar Fata, warga Aceh Tengah ketika dihubungi Dialeksis.com.
Ia menambahkan bahwa kelangkaan ini membuat banyak pedagang dan pelaku UMKM merugi karena distribusi barang terhambat. Ongkos kirim meningkat, sementara harga kebutuhan pokok di pasar mulai ikut naik. Ia mengaku khawatir kondisi ini akan memicu inflasi lokal jika pasokan BBM tidak segera dinormalkan.
Ia berharap agar PT Pertamina (Persero) segera menambah kuota pasokan untuk wilayah dataran tinggi Aceh. Mereka juga mendesak pemerintah daerah turun langsung memantau distribusi dan memastikan penyaluran tepat sasaran, agar tidak terjadi penimbunan oleh oknum tertentu.
"Pertamina harus buka data stok dan jadwal distribusi. Jangan sampai warga dibiarkan antre tanpa kepastian,” tutupnya. [nh]