Beranda / Berita / Aceh / Kepemimpinan TM Nurlif Bahayakan Seluruh Keluarga Besar Golkar Aceh

Kepemimpinan TM Nurlif Bahayakan Seluruh Keluarga Besar Golkar Aceh

Sabtu, 09 Oktober 2021 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Iqbal Piyeung. [Foto: IST]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Konflik Internal di Partai Golkar Aceh semakin memanas. Buktinya, desakan bagi TM Nurlif untuk legowo dan bersikap ksatria berhenti dari pucuk pimpinanan partai berlambang pohon beringin itu terus mencuat. Bahkan kali ini datangnya dari tokoh senior Partai Golkar asal Aceh Besar, Iqbal Piyeung.

“TM Nurlif itu tidak layak lagi dipertahankan sebagai Ketua Partai Golkar Aceh. Maka kami minta DPP untuk segera mengevaluasinya, dan bertindak kongkrit. Dia pemimpin yang tidak punya integritas, kapasitas moral nya kacau, dan karakter pribadinya membahayakan,karena berani terang terangan membohongi publik,” ungkap Iqbal Piyeung  melalui pers rilis yang dikirim ke media ini, Jumat (8/10).

Menurut Iqbal Piyeung, bukti kebohongan itu nyata, diungkap sendiri secara tidak langsung oleh salah seorang dari jajaran pengurus harian, yang menduduki posisi sebagai Wakil Sekretaris Bidang Organiasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi (OKK) DPD I Partai Golkar Aceh, M. Taufik Almusawar. 

Dalam keterangannya, M. Taufik Almusawar menyebutkan, jumlah kecamatan yang telah melaksanakan Musyawarah Kecamatan (Muscab) sebanyak 87,6 persen atau 252 kecamatan dari 289 kecamatan se-Aceh.

Sementara TM Nurlif, dalam keterangannya beberapa waktu sebelumnya kepada sejumlah media, mengungkapkan bahwa pelaksanaan Muscab seluruh Aceh sudah mencapai 90 persen lebih. 

 “Apakah ini bukan pembohongan publik namanya? Sebab antara data yang diungkapkan Taufik dengan pernyataan Nurlif tidak sesuai, alias bertolak belakang,” tukas Iqbal Piyeung, yang kini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Perkumpulan Putra-Putri Keluarga Angkatan Darat (HIPAKAD) Aceh.

Seorang pemimpin tidak cukup bermodal penampilan, punya uang dan handal beretorika semata. “Tetapi integritas pribadi, dan kapasitas moral itu merupakan modal dasar utama yang tidak boleh dikesampingkan, dan wajib dimiliki dan dijaga oleh setiap pemimpin. 

Bila dua unsur ini dianggap enteng, maka tunggulah kehancuran sebuah organisasi dan efeknya bs seperti virus, 'menular' kepada generasi selanjutnya ,” sindir Iqbal.

Apalagi memimpin sebuah partai, tidak boleh menyerupai gaya kepemimpinan gangster atau sebuah kartel. 

integritas dan moral itu sangat menentukan. “Tidak mungkin orang banyak, pemilih atau konstituen akan percaya pada partai tersebut, jika pemimpinnya tidak menunjukan perbuatan dan tindakan berorganisasi yang didasari oleh integritas dan piijakan moral yang baik.  

Karena apapun program yang disampaikan dalam kampanye ketika pemilu, ataupun dalam kerja kerja politik partai, pasti rakyat tidak akan percaya. Pasti publik berpikir, dasar apa kita harus yakin dengan partai ini, pemimpin nya saja tidak jujur, gemar berbohong. 

Maka seserius apapun kerja politik kita, pandangan atau konsep apapun yg disampaikan ke masyarakat relatif berefek pada cemoohan dan ketidakpercayaan,” urai Iqbal dengan serius

Maka untuk menyelamatkan Partai Golkar di Aceh yang sudah susah payah dibangun, dikawal dan diperjuangkan oleh kerja keras segenap kader dan pengurus disemua tingkatan ini, tidak lain adalah harus berpikir pembaharuan kepemimpinan sekarang juga. 

“Jalan satu satunya saya meminta kepada pimpinan tertinggi Partai dan jajaran DPP Partai Golkar untuk segera memberhentikan TM Nurlif. Saya sependapat dengan saudara Muntasir Hamid, T Mudasir, dan banyak senior partai lainnya diseluruh wilayah, bahwa jangan gara-gara nila setitik hancur susu sebelanga. Tolong Pak Airlangga, mohon merespon cepat kekhawatiran semua kami kader kader di seluruh Aceh ini, supaya cepat mengambil tindakan tegas, supaya sumber kemelut internal ditubuh partai ini teratasi,” jelasnya lagi.

Bahkan beber Iqbal, kepemimpinan TM Nurlif ini memang tidak bisa diharapkan lagi. Soal konflik fatal antara dirinya dengan Ormas Pemuda Pancasila (PP), sebagai induk organisasi yang pernah membesarkan namanya, dan memperjuangkan karir politiknya saja belum juga mampu diselesaikan dengan baik dan menyeluruh. 

 “Saya mendapat info konflik dia (TM Nurlif-red) dengan Ormas PP saja belum berani dan belum terlihat itikad sungguh sungguh diselesaikannya. Ini membuktikan dia tidak memiliki kapasitas pribadi, mental yang cukup dan kecakapan kepemimpinan yang baik dan mumpuni. Lalu, hal apalagi yang dapat kita harapkan lagi dari seorang TM Nurlif yang penuh ketidakjelasan sikap seperti ini,”? cetus Iqbal. (*)

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda