Beranda / Berita / Aceh / Ketika Singa NTB Memprovokasi Singa Aceh

Ketika Singa NTB Memprovokasi Singa Aceh

Minggu, 17 September 2023 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +


 Gerakan Pemuda Subuh (GPS) gelar diskusi publik. Foto: Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Udara pagi bergerak lembut. Dedaunan di tepi jalan raya Jeulinke menari pelan menyambut pagi Minggu, 17 September 2023. 

Di warung SMEA Premium, dipojok banggunan beratap rumbia pesera diskusi bertema “Nilai Tawar Aceh di Pilres 2024” berdatangan. 

Dari mobil lelaki bergamis putih dan berpeci songkok rajutan turun dan langsung menuju meja. Satu-satu orang menyapanya yang dibalas dengan ramah. 

Dia adalah Sofyan Dawood. Mantan Juru Bicara GAM yang menjadi Caleg DPR RI di Dapil Aceh 1 itu menjadi salah seorang narasumber di kegiatan diskusi yang digelar oleh Gerakan Pemuda Subuh (GPS). 


[Sofyan Dawood bersama politisi nasional dari Partai Gelora, Fahri Hamzah] Foto: Dialeksis.com

Usai sarapan pagi, dari mobil alpard putih turun politisi nasional dari Partai Gelora, Fahri Hamzah. Caleg DPR RI dari Dapil NTB 1 itu juga menjadi narasumber dalam diskusi yang dipandu Akmal Abzal. 

Fahri Hamzah yang pernah menjadi politisi PKS oleh Ketua MPR RI Bambang Soesatyo disebut sebagai Singa Parlemen. 

Keberaniannya sangat menasional. Dialah sosok yang berani mengkritik KPK. Menurutnya, pemberantasan korupsi adalah wilayah hukum yang tidak boleh dicampuri oleh politik. 

Sofyan Dawood juga sosok yang paling berani menyuarakan posisi politik Aceh pada masa konflik. Tidak heran jika posisinya sebagai Juru Bicara GAM pada masa konflik sangat rawan. 

Tapi, tekadnya untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan melalui kemerdekaan mengalahkan rasa takut. Akibatnya, ayah dan dua saudaranya menjadi syahid. Beruntung, sosok yang akrab disapa Bang Yan masih selamat hingga Aceh damai. 

Dalam diskusi yang dihadiri puluhan peserta dari berbagai kalangan itu makin menarik. Itu karena diujung acara ikut pula hadir Irwandi Yusuf, yang juga dikenal sebagai sosok pemberani. 

“Silahkan Pak Gub duduk di sini, masih ada kursi kosong,” kata Fahri Hamzah yang disambut tepuk tangan peserta. 

Jadilah Singa dari Sumbawa yaitu Fahri Hamzah bertemu dengan dua Singa Aceh yaitu Sofyan Dawood dan Irwandi Yusuf. Sebagaimana diketahui, dua Singa Aceh ini pernah bersama saat Pilkada Aceh, yang mengantar Irwandi Yusuf terpilih menjadi Gubernur Aceh, dua periode. 

Ada menarik di ujung diskusi, ketika Singa Sumbawa memprovokasi Singa Aceh Sofyan Dawood agar berani berjuang merebut kursi DPR RI di Dapil Aceh 1. 

“Tinggal tunggu waktu aja Bang Sofyan. Masak orang Sumbawa yang kecil saja berani. Masak orang Aceh yang gagah perkasa tidak berani,” ujar Fahri Hamzah.

Dalam diskusi yang disertai canda politk itu, Fahri Hamzah ikut memuji Aceh, yang disebutnya sebagai daerah yang memiliki kesadaran berpolitik yang tinggi. 

“Orang rindu datang ke Aceh karena masyarakatnya (sadar) politik dan mengerti politik,” ujar Fahri. 

Fahri Hamzah juga mengingatkan Aceh tentang tantangan di elit nasional. Menurutnya di nasional masih ada elit yang kurang paham tentang kekuatan daerah, juga masih adanya krisis narasi terkait agama dan negara.

“Untuk itu otonomi daerah harus makin diperkuat. Jika tersentralisasi apalagi secara absolut kita akan kesulitan di masa depan.” sebutnya. 

Terkait konflik narasi Fahri Hamzah menyebut masih ada elit di nasional yang curiga terhadap kelompok agama. 

Menurutnya, masih ada saja tuduhan seolah-olah ulama punya niat tidak baik terhadap NKRI. Bahkan ada yang masih menganggap agama sebagai sebab kemunduran.

“Untuk itu saya titip agenda ini agar ikut diselesaikan oleh intelektual di Aceh. ‘Lemak-lemak’ yang ada di otak elit nasional ini harus dibersihkan oleh orang Aceh, yang secara tradisi sudah lebih tua dalam beragama,” sebut Fahri.

Sementara itu Sofyan Dawood menegaskan jika dirinya tidak abu-abu terhadap perdamaian Aceh, sekalipun dirinya belum pernah ambil bagian dalam kompetisi politik sejak Aceh damai. 

“Otak saya cuma dua, pemberontak dan NKRI. Duanya-duanya bertujuan untuk rakyat Aceh,” tegasnya. 

Dijelaskan maksudnya, pada saat dirinya memberontak, maka sepenuhnya dirinya melakukan perlawanan. Pada saat konflik berakhir maka sepenuhnya pula dirinya memikirkan usaha-usaha memajukan Aceh. 

Hanya saja selama ini dirinya lebih memilih untuk mendukung berbagai pihak. Sayangnya, pihak-pihak yang didukungnya belum mampu mengantar kemajuan bagi Aceh. 

“Buktinya, sudah 18 tahun Aceh masih menjadi provinsi termiskin. Kemana para pejabat, termasuj wakil-wakil rakyat di Senayan dari hasil pemilihan Aceh?” tanyanya. 

Pada kesempatan itu mantan Jubir GAM itu juga menjelaskan mengapa dirinya memilih PDIP untuk menjadi Caleg DPR RI dari Dapil Aceh 1. 

“Itu karena PDIP bersedia saya ajak. Nanti jika saya terpilih, saya mau seluruh kekuatan PDIP di DPR RI bersedia membantu Aceh. Inilah alasan saya bersedia maju sebagai Caleg DPR RI,” tutup Sofyan Dawood. 

Di akhir pernyataannnya Sofyan Dawood menegaskan bahwa jika dirinya dan Fahri Hamzah ada di Senayan, maka mereka berdua akan “mengaum” di DPR RI agar berpihak ke daerah, khususnya untuk kepentingan Aceh dan juga NTB. []

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda