Jum`at, 08 Agustus 2025
Beranda / Berita / Aceh / Ketua DPRK Ungkapkan Kekhawatiran Pasangan Muda yang Kian Mudah Bercerai

Ketua DPRK Ungkapkan Kekhawatiran Pasangan Muda yang Kian Mudah Bercerai

Jum`at, 08 Agustus 2025 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +


Ketua DPRK Banda Aceh, Irwansyah ST berfoto bersama dengan ibu-ibu dari Komunitas Orang Tua Pembelajar (OTP), usai menerima audiensi, Kamis (7/8/2025) di ruang Ketua DPRK Banda Aceh. Foto: Humas DPRK Banda Aceh


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua DPRK Banda Aceh, Irwansyah ST mengungkapkan kekhawatirannya mengenai fenomena sosial saat ini, bahwa pasangan muda sangat mudah untuk bercerai atau mengajukan gugatan cerai.

Sehingga tak heran, angka perceraian di Banda Aceh sangat tinggi dan didominasi oleh pasangan muda. Tahun lalu, angkanya mencapai 800 kasus, sedangkan hingga Mei tahun ini sudah tercatat 300 kasus.

Hal itu disampaikan oleh Irwansyah ST, saat menerima silaturahmi Komunitas Orang Tua Pembelajar (OTP), Kamis (7/8/2025) di ruang Ketua DPRK Banda Aceh.

OTP adalah komunitas nirlaba yang konsen dalam memberikan parenting dan ketahanan keluarga. Pengurusnya adalah para ibu-ibu muda di Banda Aceh dan sekitarnya.

Kepada OTP, Irwansyah menekankan agar persoalan tingginya angka perceraian pasangan muda ini harus menjadi perhatian komunitas tersebut, agar bersama-sama menekan pengurangan tingkat perceraian.

“Masalah utamanya di kalangan pasangan muda ini adalah ambang sabar yang sangat tipis, begitu mudah mengucapkan cerai. Tidak ada rasa malu atau beban kalau jadi janda atau duda. Padahal ada anak-anak yang jadi korban,” ujar politisi PKS ini.

Irwansyah mengungkapkan, bahwa pasangan muda yang mendominasi perceraian ini adalah dari kalangan gen z dan milinial, yang usianya masih 20-an dan 30-an.

Menurutnya, pasangan muda yang bercerai karena batas kesabaran yang sangat tipis dan tidak adanya ketahanan diri. Kemudian, maraknya judi online yang menyasar rumah tangga dan pengaruh media sosial ikut memperkuat faktor tersebut. 

“Padahal yang namanya rumah tangga pasti ada masalah, tapi bagaimana cara kita menyikapinya,” ujarnya.

Oleh karena itu, katanya, dibutuhkan benteng diri yang kuat, misalnya Ikut pengajian, perbanyak ibadah, tingkatkan aktivitas positif baik dalamm komunitas maupun organisasi, ciptakan quality dan family time yang maksimal, menumbuhkan rasa malu jika bercerai, hingga memilih lingkungan pergaulan yang sehat.

“Kadang yang bercerai ini kita lihat tidak ada beban dengan statusnya. Padahal dari perceraiannya ini yang paling menjadi korban adalah anak-anak, mereka tidak lagi memiliki keluarga yang utuh,” ungkap Irwansyah.

Kepada komunitas OTP, pria yang juga Ketua IKAARS USK ini, berharap mereka mengambil peran edukasi untuk memperkuat ketahanan keluarga.

Sementara Pembina Komunitas OTP, Cut Irma Yunita menyampaikan, mereka selama berfokus dalam menjadi penangkal berbagai isu negatif, lewat kegiatan edukasi, misalnya tentang LGBT, narkoba, hingga kekerasan seksual.

Saat ini, komunitas ini memiliki member 400-an orang yang merupakan ibu-ibu muda.

Pada akhir bulan ini, Komunitas OTP rencananya juga akan menggelar seminar edukasi yang mengangkat tema menangkal propaganda LGBT dan kekerasan seksual pada anak.(*)

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI