Beranda / Berita / Aceh / Ketua Komite SMA Modal Bangsa: Skorsing untuk Pelajar adalah Hukuman Berat

Ketua Komite SMA Modal Bangsa: Skorsing untuk Pelajar adalah Hukuman Berat

Senin, 11 September 2023 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ketua Komite Sekolah SMA Modal Bangsa, Bukhari M Ali. [Foto: Ist.]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Ketua Komite Sekolah SMA Modal Bangsa, Bukhari M Ali, mengatakan setiap hukuman di sekolah terhadap murid yang melanggar harus bersifat mendidik. Karena itu, dalam setiap permasalahan di SMA Modal Bangsa, pihaknya tetap mendorong penyelesaian secara kekeluargaan. 

“Sifatnya adalah tidak ada yang menang, tidak ada yang kalah,” kata Bukhari, Senin (11/9/2023).

Hal ini disampaikan Bukhari setelah mencermati persoalan pemukulan salah satu pelajar di sekolah itu. Bukhari mengatakan hanya berselang beberapa saat setelah peristiwa pemukulan itu terjadi, manajemen sekolah mengumpulkan semua pihak untuk menyelesaikan persoalan itu. 

Salah satu keputusan penting yang diambil manajemen sekolah, kata Bukhari, adalah dengan menjatuhkan sanksi skorsing selama sepekan kepada 21 anak yang diduga terlibat langsung dalam peristiwa itu. Anak-anak itu juga diwajibkan untuk menghapal surat Al Mulk dan meneken surat pernyataan untuk tidak mengulangi hal serupa.

Dirinya mengatakan skorsing yang diterima anak-anak itu adalah hukuman berat. Nilai hukuman itu setara dengan surat peringatan ketiga yang mengharuskan anak-anak itu tidak boleh melakukan pelanggaran jika ingin tetap bersekolah di SMA Modan Bangsa. 

Karena itulah dia menyayangkan keputusan orang tua siswa yang menjadi korban. Dia mengatakan penyelesaian perkara itu di kepolisian sangat tidak menghormati nilai-nilai yang selama ini berlaku di sekolah itu. 

Seharusnya, kata Bukhari, orang tua mempercayakan penyelesaian persoalan itu di sekolah. Kepala sekola dan Dinas Pendidikan Aceh, kata dia, memiliki kemampuan untuk itu. Dalam beberapa pekan terakhir, kata Bukhari, manajemen sekolah terus mengupayakan jalan damai. Sayang, keinginan ini tidak digubris oleh orang tua korban.

Ia juga menilai pengawasan di sekolah itu dilakukan dengan ketat. Komite sekolah mempekerjakan delapan orang pengawas untuk mengawasi aktivitas siswa di asrama. Wakil kepala sekolah juga rutin mengontrol kegiatan siswa di asrama. 

Bahkan kepala sekolah, kata Bukhari, setiap malam datang untuk mengawasi keamanan para siswa. Jadi, tambah Bukhari, tudingan yang menyebut anak-anak di SMA Modal Bangsa diterlantarkan adalah pernyataan yang mengada-ada. 

Laswardi, humas SMA Modal Bangsa, berharap persoalan ini dapat segera diselesaikan. Dia mengatakan sengkarut itu memegaruhi psikologis guru dan murid. Sepanjang perjalanan sekolah ini, kata Laswardi, setiap persoalan diselesaikan secara cepat dengan pendekatan kekeluargaan. 

“Kami semua berharap agar persoalan ini segera diselesaikan. Saat ini ada kenyamanan yang terganggu, terutama para guru,” kata Laswardi. 

Hubungan antartingkat siswa selama ini harmonis. Laswardi mengatakan kakak kelas membina adik-adik di bawahnya hanya untuk kegiatan edukasi. Ini adalah hal lazim di setiap sekolah asrama sebagai bentuk pelatihan kepemimpinan. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda