Beranda / Berita / Aceh / KIA Ladong Dinanti Warga Selama 5 Tahun, Akankah Berakhir Jadi Ilusi?

KIA Ladong Dinanti Warga Selama 5 Tahun, Akankah Berakhir Jadi Ilusi?

Senin, 06 Juni 2022 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Akademisi Universitas Abulyatama (Unaya) Usman Lamreung. [Foto: For Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Berkaitan dengan yang disampaikan oleh Juru Bicara (Jubir) Pemerintah Aceh yang menyatakan bahwa pembangunan industri besar pasti ada konsekuensi anggaran yang besar, Akademisi Universitas Abulyatama (Unaya) Usman Lamreung mengaku sepakat.

Akan tetapi, Usman menekankan bahwa proyek Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong di Aceh Besar sudah menghabiskan anggaran yang cukup besar senilai Rp154 milyar. Ditambah dengan kunjungan Pemerintah Aceh ke berbagai negara dengan dalih mencari investor selama 5 tahun terakhir.

“Gubernur Aceh beserta dengan para pembantunya, apa yang sudah didapatkan? Tidak ada satupun hasil dari kunjungan keluar negeri, tidak ada satupun investor datang ke Aceh, yang ada hanyalah MoU-MoU saja,” ujar Usman kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Senin (6/6/2022).

Seharusnya, kata dia, dengan anggaran yang sudah direalisasikan, minimal ada satu atau dua perusahaan industri yang mau berinvestasi di KIA Ladong. Kalaupun tidak melebihi sesuai yang sudah dikeluarkan, sepatutnya seimbang, ada hasil yang ditoreh sesuai dengan impian yang sering dikampanyekan.   

Ia juga mempertanyakan soal pembangunan sarana-prasarana di KIA Ladong nantinya kapan bisa direalisasi. soalnya, Usman, selaku rakyat Aceh mengaku sudah lima tahun menunggu.

“Harus ada target jangka pendek dan panjang, jangan terus anggaran dikeluarkan, namun nol hasilnya, tetap saja kawasan tanpa industri, jangan sampai KIA menjadi Kawasan Ilusi Aceh,” tegas Usman.

Di sisi lain, Usman menyatakan bahwa bandara di Aceh sudah ada, jalan tol juga mau selesai, pelabuhan sudah sangat lama terbengkalai.

“Lantas mengapa KIA tak kunjung selesai dan menghadirkan berbagai investor yang sudah dijemput di berbagai negara? Atau pemerintah Aceh tak serius?” tutup Usman. [AKH]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda