Beranda / Berita / Aceh / Kilas Balik Seleksi Dirut Bank Aceh, PAKAR: Siapa yang Berusaha Pengaruhi PSP?

Kilas Balik Seleksi Dirut Bank Aceh, PAKAR: Siapa yang Berusaha Pengaruhi PSP?

Sabtu, 10 Desember 2022 20:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Direktur Pusat Analisis Kajian dan Advokasi Rakyat (PAKAR) Muhammad Khaidir. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Aceh Timur - Pemilihan Direktur Utama (Dirut) Bank Aceh Syariah (BAS) terbilang cukup dramatis. Betapa tidak, usai seleksi tebuka menghasilkan dua calon yang dipilih untuk menjalani fit and proper test. Kemudian muncul lagi tuntutan agar yang dipilih kelak sebagai Dirut Bank Aceh adalah dari kalangan internal Bank Aceh itu sendiri.  

Sebelumnya, saat seleksi terbuka sedang berjalan muncul juga tuntutan agar proses penjaringan calon Dirut Bank Aceh dilakukan lewat RUPS-LB dan hasilnya baru dikirim untuk melakukan fit and proper test. Alasannya agar tidak terjadi penolakan dari internal jika yang terpilih adalah calon dari luar.

“Tuntutan ini jelas bertentangan dengan logika seleksi terbuka, bersifat nasional dan pelibatan pihak ketiga yang disuarakan berbagai pihak hingga digelar diskusi terbuka, bahkan Kadin Aceh menyatakan siap mengawalnya,” kata Direktur Pusat Analisis Kajian dan Advokasi Rakyat (PAKAR) Muhammad Khaidir, Sabtu (10/12/2022).

Mestinya, jalur seleksi terbuka yang disetujui PSP Bank Aceh itu, secara akal sehat siapapun baik dari calon internal maupun calon dari eksternal jika memenuhi syarat dan lolos uji kemampuan dan kepatutan terbuka untuk menjadi Dirut Bank Aceh.

“Jadi, tidak harus orang dalam, apalagi menyertakan argumen tidak akan mendapat dukungan dari dalam jika PSP memilih orang luar untuk menjadi Dirut BAS,” tambah Khaidir.

Apa yang bisa dibaca dari adanya tuntutan yang bertentangan itu? Menurut Khaidir, patut diduga dalam suksesi Dirut BAS adanya skenario mempengaruhi PSP agar mengganti Dewan Komisaris dan meloloskan kandidat mahkota bagi pihak atau orang tertentu.

“Indikasinya terbaca sejak awal suksesi Dirut Bank Aceh,” tambah Muhammad Khaidir.

Dijelaskan, kabar panas pertama yang dilempar ke publik pada Juni 2022 adalah isu percepatan suksesi Dirut Bank Aceh untuk kepentingan mengamankan proyek gedung Bank Aceh, yang sampai saat ini belum dibangun. Dengan begitu, dikesankan bahwa Komut dan komisaris lainnya diduga bermain dalam suksesi Dirut BAS.

Kabar panas berikutnya yang dilempar ke publik adalah PSP penganti Nova Iriansyah dikesankan telah dikelabui karena bersedia mengirimkan dua calon titipan PSP sebelumnya dan terbukti tidak lolos uji kemampuan dan kepatutan.

Dari sini, kabar panas makin liar, hingga menohok Dewan Komisaris dah Komite RN. Komite RN dinilai tidak becus karena melakukan seleksi secara tertutup dan tidak melibatkan pemilik saham lainnya lewat RUPS-LB. “Ujungnya kan muncul tuntutan agar PSP mengganti Dewan Komisaris,” katanya.

Kabar liar pun ikut menyertai, Komisaris Utama diisukan bertemu dengan Sekda Aceh dan menangis agar tidak diganti sebagai Komut Bank Aceh. Terakhir, kabar liar kembali dilepas ke publik dengan mengatakan dari kalangan internal bank tidak banyak yang berminat melamar menjadi calon Dirut BAS karena takut dengan Komut BAS.

“Ini jelas kabar yang tidak masuk di akal sehat, dan terbukti tidak bisa dipertanggungjawabkan secara fakta. Sekiranya benar Komut bertemu dan menangus pasti sudah beredar video dari CCTV dan terbukti calon dari kalangan internal banyak yang mendaftar,” sebut Muhammad Khaidir.

Terkini, diujung proses seleksi terbuka, ternyata masih ada pula yang kembali meminta agar calon Dirut BAS sebaiknya ditetapkan melalui RUPS-LB baru dikirim ke OJK untuk dilakukan fit and proper test.

“Dan yang paling mengejutkan tentu kabar bahwa kedua calon Dirut BAS sebelumnya yang dinyatakan tidak lulus bukan karena bermasalah secara integritas dan kompetensi melainkan karena kedua calon dinilai bukan sosok extraordinary,” sebut Khaidir.

Menurutnya, pernyataan yang mencuat dalam diskusi publik itu, membuat kening berkerut karena tidak sesuai dengan regulasi terkait fit and proper test yang ada. Sesuatu pernyataan yang makin menimbulkan dugaan tidak sedap bagi siapapun yang menggunakan akal sehat dan paham regulasi dan ini semakin mengindikasikan adanya drama tersendiri, yang sampai saat ini hanya bisa ditebak dan direka-reka namun tidak diketahui secara pasti apa agenda sesungguhnya.

Menurut Khaidir, jika sekiranya ditakutkan orang luar yang memimpin Bank Aceh dinilai tidak memahami dengan baik Bank Aceh mengapa ketika Komite RN meng-hired head hunter agar penganti Haizir Sulaiman dilanjutkan oleh calon dari internal Bank Aceh dinilai tidak becus.

“Harusnya jika calon ada tidak lulus fit and proper test tinggal dipilih calon lainnya dan termasuk memiliu melalui RUPS-LB, mengapa menggalang opini agar dilakukan seleksi terbuka,” tanya Khaidir.

Bukankah secara fakta Pj Gubernur Aceh saat ini yang juga bukan putra Aceh terbukti mampu mendapatkan dukungan dari kalangan ASN dan DPR Aceh dan bahkan nyaris tidak terjadi lagi pertentangan politik antara eksekutif dan legislatif. Jadi, logika calon dari luar tidak memahami dan akan sulit mendapat dukungan dari internal bisa terbantah.

Dengan begitu, menurut Khaidir semakin terang bahwa riuh gemuruh dalam suksesi Dirut Bank Aceh lebih terindikasi upaya untuk mempengaruhi PSP agar Dewan Komisaris segera diganti. Dengan demikian dapat memuluskan agenda mengusulkan putra mahkota sebagai calon Dirut BAS. “Jadi, menuduh pihak lain berkepentingan agar dapat memasukkan kepentingan diri/pihak sendiri,” sebutnya menduga.

Bagi yang cermat mengikuti riuh gemuruh ruang komentar melalui media terkait suksesi Dirut BAS pasti akan terasa kuatnya indikasi pesanan sebab sifatnya hanya insidental, sekali pukul dan tidak terus menerus. Sekiranya murni dari keprihatinan publik maka sampai saat ini pengawalan terhadap suksesi terbuka pasti berkelanjutan. Faktanya, pihak yang menyatakan akan mengawal seleksi terbuka Dirut Bank Aceh, kini sudah tidak bersuara lagi.

Situasi ini oleh PAKAR dinilai jelas akan merugikan BAS itu sendiri dari sisi reputasi bank. Dengan ragam pewartaan yang negatif otomatis akan menggerus kepercayaan nasabah terhadap BAS. Dan, jika BAS gagal tentu saja akan mempengaruhi pula penilaian terhadap regulasi Qanun LKS dan akhirnya berpotensi mencederai citra pelaksanaan syariat Islam di Aceh.

“Perntanyaannya siapa yang sesungguhnya bermain dalam suksesi Dirut BAS?” tanya Direktur PAKAR mendorong publik untuk mencermati indikasi permainan dalam suksesi Dirut BAS.[]


Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda