Beranda / Berita / Aceh / Konflik Gajah-Manusia, Efektif Atau Tidak Pemasangan Barrier Kejut, Ini Kata Siddiq

Konflik Gajah-Manusia, Efektif Atau Tidak Pemasangan Barrier Kejut, Ini Kata Siddiq

Selasa, 05 April 2022 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Pemerhati Lingkungan dan Satwa, Siddiq Al-Idrus. [Foto: Istimewa]


DIALEKSIS.COM | Langsa - Konflik Satwa Liar dan Manusia saat ini terlihat sudah berkurang sejak adanya pemasangan Barrier di beberapa kawasan ekosistem.

Pemerhati Lingkungan dan Satwa, Siddiq Al-Idrus mengatakan, bahwa pemasangan Barrier itu terbilang efektif.

Menurutnya, konflik antara Satwa dan Manusia berkurang lebih kurang mencapai angka 50-60 persen.

“Namun saya tidak terlalu setuju dengan pemasangan barrier tersebut. Barrier yang dimaksud disini adalah Barrier yang di aliri listrik, jadi hanya dua batang penyambung dan dipasang kawat yang ada aliran listriknya,” sebutnya kepada Dialeksis.com, Selasa (5/4/2022).

Dirinya mengatakan, bahwa pemasangan barrier itu ditujukan untuk hewan Gajah saja. “Di ekosistem itu kan ada banyak hewan liar, ada unggas, mamalia, serangga, dan masih banyak lagi, tidak semua hewan paham bahwa Barrier tersebut untuk mencegah mereka masuk kawasan APL atau kawasan masyarakat,” sebutnya.

Seharusnya, kata Siddiq, lebih baik dibuat barrier parit saja, karena tidak membahayakan hewan tersebut. “Namun pemasangan barrier listrik itu bisa membahayakan satwa lainnya, oleh karena itu harus ada antisipasi atau melihat lebih jauh lagi bagaimana pemasangan berrier yang seharusnya,” kata Siddiq.

Efektif atau Tidak Adanya Barrier Kejut?

“Kalau ditanya efektif, tentu ini efektif, namun saya tidak setuju dengan barrier kejut itu, karena masih membahayakan hewan lain,” katanya.

Menurutnya, pengurangan konflik satwa dan manusia ini sudah berkurang sangat signifikan. 

Tapi, kata Siddiq, harus melihat juga terhadap satwa lainnya. “Barrier kejut inikan hanya dikhususkan untuk gajah saja menurut saya, namun bagaimana dengan hewan lainnya, karena itu barrier yang tepat yang tidak melukai hewan lainnya itu dengan barrier parit,” jelasnya.

“Walaupun barrier kejut sudah melalui analisa dan kajian yang mendalam, tentu pasti ada kekurangannya, karena itu harus melihat juga dari sisi lainnya,” sebutnya.

Lanjutnya, pengurangan konflik satwa dan manusia ini harus melihat juga dari sisi lainya, harus dilihat dulu apa yang menjadi penyebab terjadinya konflik. Sehingga, baru bisa dipastikan barrier yang cocok itu seperti apa.


NGO, LSM, dan Pemerintah Aceh harus perdalam Sosialisasi ke masyarakat secara tatap muka

Selama ini, kata Siddiq, pemerintah Aceh, NGO, dan LSM sudah melakukan banyak hal untuk mengedukasi ke masyarakat.

“Namun sejauh ini, yang terlihat itu melalui via zoom, tidak semua masyarakat pinggiran yang mungkin tinggal dekat kawasan ekosistem bisa mengakses, karena itu penting sekali sosialisasi dilakukan secara menyeluruh sampai masuk ke masyarakat pinggiran yang tak memiliki akses Internet,” sebutnya.

Oleh karena itu, penting sekali juga turun ke masyarakat, menjelaskan, seperti barrier, ekosistem, efek domino dari pada Deforestasi hutan, dan lainnya.

“Masyarakat harus sangat paham bagaimana cara menjaga bentangan alam tanpa merusak sama sekali, menjaga kelangsungan hidup hutan, satwa dan lainnya,” pungkasnya. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda