Beranda / Berita / Aceh / Kuntoro Mangkusubroto: Tsunami, Kemanusiaan Dipersatukan di Aceh

Kuntoro Mangkusubroto: Tsunami, Kemanusiaan Dipersatukan di Aceh

Senin, 27 Desember 2021 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizki

Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Badan Rehabilitasi Rekontruksi (BRR) Aceh Nias 2004-2009. [Foto: Tangkapan layar Channel YouTube Global Aceh Solidarity Forum]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Badan Rehabilitasi Rekontruksi (BRR) Aceh Nias 2004-2009 mengatakan, darurat militer saat tsunami Aceh membuat rasa percaya anak bangsa berada di titik terbawah.

Hal itu diungkapkan Kuntoro, Minggu (26/12/2021), dikutip Dialeksis.com dalam kanal YouTube Global Aceh Solidarity Forum, Senin (27/12/2021).

Kuntoro menyampaikan, tidak ada yang bisa melupakan kejadian 17 tahun lalu. Tsunami dahsyat yang menghancurkan semuanya di sepanjang Aceh Nias, munculnya kisah duka, keterpurukan, bahu-membahu dalam kemanusiaan.

"Semuanya kita bentuk bersama dan untuk kita kenang. Sudah tiba waktunya untuk kita lihat ke belakang dengan serba keberhasilan," ujarnya.

Ia merefleksikan kejadian tsunami dan pencapaian dalam bentuk paradoks.

Paradoks utama adalah cerai berai yang menyatukan, seperti yang diketahui bahwa tsunami sudah mencerai beraikan semua, mulai keluarga, harta benda, mimpi, itupun tercerai berai tapi jangan lupa tsunami juga memberikan keping paradoks satu lagi, yaitu menyatukan.

“Ribuan relawan beserta bantuan-bantuan yang datang dari segala penjuru daerah yang ada di Indonesia bahkan belahan dunia, mereka membuka pintu bahkan jendela-jendela persahabatan dan kemanusiaan bahkan bantuan dari elemen militer pun datang ke Aceh. Belum pernah ada konsentrasi militer setelah Perang Dunia II selain di Aceh,” ucapnya saat refleksi tersebut.

Lanjutnya, kuncinya cuma satu yaitu kemanusiaan dipersatukan di Aceh, dalam hal itu Aceh bisa dibilang beruntung sekali. Betapa tidak, tsunami sekejap menjadi katalis bagi proses rekonsiliasi reintegrasi.

“Kita sadar jalan Helsinki 15 Agustus 2005 di bawah Pimpinan Wakil Presiden Jusuf Kala panjang sekali. Tsunami mempercepat di meja perundingan Helsinki mencairkan suasana batin dan kecanggungan pada diri perunding kedua belah pihak. Itu bukanlah perkara mudah,” pungkasnya.

Tsunami di Aceh saat darurat militer, dalam status darurat militer seperti ini rasa percaya antar sesama anak bangsa ada di titik nadir, titik terbawah, masing-masing harus tahu siapa kawan siapa lawan, rekonsiliasi reintegrasi berlangsung dalam proses rehabilitasi dan rekontruksi baru naik ke perundingan di Helsinki, baru MoU kesepakatan bersama, rehabilitasi rekontruksi berjalan dengan damai, tuturnya. [AU]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda