DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Puluhan warga dan sejumlah Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) di Kabupaten Aceh Besar menjadi korban skema penipuan berkedok kemitraan gas elpiji 3 kilogram. Total kerugian ditaksir mencapai lebih dari Rp 1 miliar.
Kasus ini mencuat setelah para korban menyadari bahwa janji menjadi mitra resmi Pertamina tak kunjung terealisasi, sementara dana setoran kemitraan yang disetor antara Rp 30 juta hingga Rp 120 juta per orang lenyap tanpa kejelasan. Praktik ini berlangsung sejak pertengahan 2023 hingga awal 2025.
Direktur PT Energi Sentosa Aceh (ESA), Musannif, akhirnya angkat bicara. Dalam hal ini, penipuan melibatkan seorang pria bernama Saiful Haris, yang selama ini dikenal sebagai tangan kanan Direktur PT Energi Sentosa Aceh (ESA), Musannif.
Musannif menyebut Saiful Haris sebagai orang kepercayaannya, namun menegaskan bahwa Haris bukan memiliki posisi struktural resmi di perusahaan.
Bahkan menurut Musannif, Haris hanya bertugas sebagai pengantar, sopir pribadi, dan kadang membantu urusan administratif ringan.
“Dia anak sahabat saya. Karena tidak ada pekerjaan, saya tampung, saya percaya. Tapi kepercayaan ini ternyata dia salahgunakan. Saya pun tertipu,” kata Musannif, ketika ditemui media dialeksis.com, Selasa malam (5/8/2025) malam.
Menurut Politisi Partai Kebangkitan Bangsa tersebut, Haris sering ikut dalam kegiatan operasional PT ESA, termasuk mengantar dokumen ke Dinas Perhubungan, mengambil surat domisili, dan sesekali menjadi admin penyalur gas. Namun tak satu pun tugas tersebut diemban secara formal dalam struktur PT ESA.
“Dia bukan direktur, bukan manajer. Tugasnya hanya berdasarkan apa yang saya suruh. Saya tidak pernah beri jabatan resmi,” tegasnya.
Skema penipuan yang dijalankan Haris, lanjut Musannif, sangat rapi. Haris memperkenalkan diri sebagai manajer operasional PT ESA dengan surat kuasa yang mengatasnamakan perusahaan.
Ia menjanjikan kepada warga kemitraan resmi dengan PT Pertamina sebagai agen pangkalan gas bersubsidi, namun tanpa kontrak resmi atau bukti pembayaran yang sah.
“Sebagian korban bahkan tidak pernah pegang kontrak. Distribusi gas hanya berjalan di awal, setelah itu menghilang. Padahal dana sudah disetor,” ungkapnya.
Musannif menegaskan bahwa dirinya bukan pelaku utama dalam kasus ini. Ia bahkan menjadi pihak yang pertama kali melaporkan Haris ke pihak kepolisian setelah mengetahui praktik penipuan yang dilakukan orang kepercayaannya itu.
“Yang saya dengar, ada 32 korban. Ada yang sudah melapor ke Polsek Darussalam, Polsek Krueng Raya, dan Polda Aceh. Saya ikut melapor. Bahkan saya fasilitasi korban untuk membuat laporan,” jelas Musannif.
Menurutnya, Haris mulai dicurigai sejak bulan Ramadhan lalu. Tepatnya pada 26 Ramadhan 1446 H, dugaan kuat mulai terungkap. Hanya tiga malam setelah sahur bersama di Pesantren Darul Ikhsan, Haris menghilang tanpa jejak. Sejak saat itu, nomor teleponnya tak aktif lagi.
“Dia kabur sejak kasus ini terbongkar. Tidak ada jejak, tidak bisa dihubungi. Maka saya berharap polisi segera menerbitkan DPO,” tegasnya.
Dalam beberapa pemberitaan, Musannif sempat disudutkan sebagai pihak yang memanfaatkan dana hasil penipuan Haris untuk kepentingan politik, terutama dalam pencalonannya pada Pilkada Aceh Besar 2024 lalu.
Namun ia membantah keras tuduhan tersebut dan menyayangkan media yang menulis tanpa melakukan konfirmasi.
“Ada yang menulis saya menggunakan dana itu untuk pilkada. Tapi tak ada satupun bukti. Bahkan mereka menulis dulu baru konfirmasi. Wartawan seharusnya beretika, bukan membunuh karakter orang,” ujar Musannif kesal.
Ia mengklaim bahwa seluruh aktivitas perusahaan tetap berjalan sesuai prosedur, dan bahwa Haris bertindak di luar tanggung jawab yang diberikan. Menurutnya, jika Haris merasa dikorbankan, seharusnya ia berani muncul dan mengklarifikasi.
“Kalau Haris merasa dijebak atau dikorbankan, kenapa dia kabur? Kenapa tak berani lapor polisi?” tanyanya.
Musannif berharap pihak kepolisian, khususnya Polda Aceh, segera menangkap Saiful Haris agar kasus ini bisa dibuka secara terang-benderang.
“Kita harus tahu motif sebenarnya kenapa dia menipu orang sebanyak itu. Jangan sampai masyarakat terus menjadi korban,” pungkasnya.