Beranda / Berita / Aceh / Partai Ojek Online Apakah Layak Hadir?

Partai Ojek Online Apakah Layak Hadir?

Rabu, 04 Mei 2022 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Firman Noor, Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). [Foto: Istimewa]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ketika terjebak macet menjelang berbuka banyak sekali motor yang lalu lalang dijalan, yang di antaranya adalah pengendara dan pengguna ojek online

Hal ini disampaikan oleh Firman Noor, Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan bahwa dilihat dari jumlahnya mereka cukup lumayan. "Keberadaannya cukup terasakan karena dibutuhkan banyak orang dan sudah menjadi rahasia umum mereka kompak karena ada semacam solidaritas tidak tertulis di antara sesama mereka," ucapnya berdasarkan keterangannya yang diterima Dialeksis.com, Rabu (4/5/2022).

Firman mengatakan keberadaan mereka jauh lebih banyak dan semakin meluas juga semakin eksis di seluruh Indonesia, bahkan bisa menjadi mesin politik. 

"Jangan-jangan Partai Ojek Online bisa jadi dengan mudah mengalahkan beberapa partai baru yang telah mendapat izin dari penguasa, termasuk Partai Mahasiswa.," katanya.

Menurtnya, karena kebanyakan partai-partai itu terdiri dari sosok kritis termasuk harapan bangsa yang cendekia. Namun sayangnya jika dibanding ojek online dikesehariannya cenderung lebih tidak kentara.

"Dan kerap memiliki banyak faksi di dalamnya," tambahnya.

Terlepas dari itu, kata Firman, keberadaan partai seperti Partai Ojek Online sah-sah saja. Sebab mendirikan partai politik pastinya adalah hak setiap warga negara. Sejauh dapat memenuhi syarat yang ada, sebuah partai berhak untuk didirikan.

"Kenyataannya di dunia ini, partai-partai semakin beragam, mewakili semakin banyak komunitas, etnisitas, ideologi, kepentingan atau sekadar sebuah perilaku saja. Bahkan sudah rahasia umum banyak partai yang out of the box atau tidak biasa," jelasnya.

Bahkan kata Firman, sebelumnya di Indonesia ada Partai Rakyat Djelata (PRD), ada Partai Pecinta Bir di Polandia, ada juga Partai Cinta di Italia, sampai Partai Vegetarian di AS.

"Dengan keberadaan partai-partai itu banyak analis partai politik yang merevisi cara pandang mereka mengenai partai politik sebagai sebuah entitas yang tidak selamanya ditujukan untuk menjadi pemenang sebuah pertarungan elektoral. Keberadannya cukup sekadar mewakili sebuah aspirasi," jelasnya.

Namun demikian, lanjutnya, perlu dipahami bahwa sekadar mewakili aspirasi pun tidak berarti partai dapat dikelola dengan sekenanya. 

"Partai politik harus muncul menjadi sebuah institusi yang cakap dan mampu diandalkan untuk benar-benar eksis dan berpengaruh dalam kancah kepolitikan. Dan untuk dapat berpengaruh itulah sesungguhnya tugas besar setiap partai politik," jelasnya.

Kemudian, Dia enjelaskan, jika hanya sekedar eksis dan berpengaruh seadanya, maka sebetulnya tidak perlu berlelah-lelah sampai menjadi partai. Karena menurutnya, untuk dapat berkiprah dalam dunia politik tidak perlu melalui partai politik. Bahkan sebagai bagian dari civil society namun tangguh, aspiratif, dan dapat dipercaya bisa menjadi ikon politik yang dipandang.

Menurut kenyataannya, Firman mengatakan, partai politik lebih dari sekedar sebuah sensasi atau romantisme sesaat, mengingat dia merupakan institusi yang harus bekerja penuh waktu secara nyata di tengah masyarakat dan negara.

"Keberadaannya lebih dari sekadar memanfaatkan momen sejarah dan menangkap peluang untuk eksis. Karena jelas sekali eksistensi partai ditujukan untuk terus mengawal sebuah idealisme yang dianggap layak diperjuangkan dan memastikannya mewujud," ucapnya.

Lanjutnya, Dia menjelaskan, bahwa partai politik juga lebih dari sekedar keinginan baik. Namun institusi demokratik yang berstrategi, berinovasi dan bertarung untuk menjadi yang paling berpengaruh dan bermanfaat. Kontestasi politik adalah masalah memenangkan pertarungan dan merebut hati dan kepercayaan rakyat banyak. 

"Di sini diperlukan figur-figur berpengalaman yang tangguh. Selain tentu saja bersih, karena kadang dalam upaya-upaya politik jebakan Machiavellian ada di dalamnya, yang kadang mengaburkan niat baik, tergantikan dengan godaan berkuasa secara manipulatif," tambahnya.

Menurutnya lagi, Partai politik juga harus menjadi modern, tidak bisa diurus asal saja. Di sini diperlukan komitmen bersama seluruh kader untuk melembagakan partai, dimana aturan main harus disusun secara rigid, dihargai dan menjadi acuan bersama (Huntington 1968, Randall & Svasand 2002). Suatu hal yang mudah diucapkan namun kadang jauh panggang dari api. 

"Di tengah-tengah perjuangannya, partai juga harus menjaga soliditasnya. Bukan menjadi rahasia lagi, untuk soal ini banyak partai di Indonesia yang gagal melakukannya," ungkapnya.

"Selain itu partai juga harus sanggup memastikan dukungan logistik dan finansial secara transparan dan bebas korupsi maupun oligarki," tambahnya lagi.

Permasalahan dan menjadi tantangan utama saat ini, kata Firman, kader partai kerap terlibat dalam korupsi karena terakit dengan kebutuhan memenuhi kekurangan finansial partai. Selain karena pembinaan kader yang mati suri sehingga pragmatisme menjadi hal yang biasa.

Untuk partai-partai baru situasi menjadi lebih tidak mudah mengingat sudah cukup sesak ceruk-ceruk potensi suara masyarakat diisi oleh partai-partai lawas atau setengah lawas. Untuk itu partai-partai baru harus memiliki modalitas komunitas dukungan yang memadai. 

Dalam hal ini, kata Firman, Partai baru juga harus memiliki visi dan misi yang relevan serta dukungan banyak tokoh untuk menjadi booster eksistensinya.

Bahkan secara umum tugas partai saat ini lebih berat. Di tengah keterpurukan citra dan rasa percaya masyarakat, partai memiliki sejumlah pekerjaan rumah yang demikian besar, khususnya memulihkan kehidupan demokrasi, menjauhkan politik dari genggaman oligarki, menjaga soliditas bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. 

"Disini diperlukan sebuah kematangan yang paripurna dari sebuah partai politik, yang tentu tidak mudah diraih dengan sekejap," sebutnya.

"Dengan melihat demikian kompleks sebuah partai itu seharusnya, saya berpikir kembali apakah Partai Ojek Online itu memang layak hadir. Meski sepintas akan mampu bicara banyak, namun jelas tidak semudah itu," tambahnya lagi.

Lanjutnya, atau tetap saja menjadi ojek online yang memainkan peran asasinya sebagai sarana memenuhi kebutuhan moda transportasi masyarakat di era serba online ini. Karena bisa jadi dalam kapaistasnya itulah dia jauh lebih bermanfaat bagi rakyat banyak. []

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda