Jum`at, 20 Juni 2025
Beranda / Berita / Aceh / Pelajar SMA di Aceh Tengah Panen 150 Liter Eco-Enzyme dari Limbah Dapur

Pelajar SMA di Aceh Tengah Panen 150 Liter Eco-Enzyme dari Limbah Dapur

Jum`at, 20 Juni 2025 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Rizkita Gita

Siswa-siswi SMA Negeri 8 Aceh Tengah yang berhasil memanen 150 liter cairan eco-enzyme hasil fermentasi limbah dapur. Foto: Gita/Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Takengon - Upaya pengelolaan sampah organik berbasis edukasi lingkungan terus digencarkan di Aceh Tengah. Salah satunya dilakukan oleh siswa-siswi SMA Negeri 8 Aceh Tengah yang berhasil memanen 150 liter cairan eco-enzyme hasil fermentasi limbah dapur, Jumat (20/6/2025).

Kegiatan ini merupakan bagian dari program edukasi lingkungan yang didampingi langsung oleh tim dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Aceh Tengah. Program ini bertujuan mengajarkan siswa cara mengelola sampah organik menjadi produk ramah lingkungan yang bermanfaat.

Para siswa membawa limbah organik seperti sisa sayur dan kulit buah dari rumah masing-masing. Limbah tersebut kemudian dicampur dengan air dan gula aren, lalu difermentasi dalam wadah tertutup selama tiga bulan.

Setelah masa fermentasi berakhir, para siswa secara antusias melakukan panen eco-enzyme. Cairan hasil fermentasi kemudian disaring, sementara ampasnya digunakan sebagai pupuk organik.

Plt. Kabid Pengendalian Pencemaran Lingkungan DLHK Aceh Tengah, Sajadah, mengatakan bahwa hasil fermentasi kali ini sangat baik.

“Warna cairannya kuning kecoklatan, menandakan proses fermentasi berjalan sempurna. Tidak ditemukan jamur berbahaya, sehingga cairan aman digunakan untuk keperluan rumah tangga maupun pertanian,” ujar Sajadah kepada Dialeksis. 

Ia menjelaskan bahwa eco-enzyme ini memiliki berbagai manfaat, mulai dari campuran pupuk kompos dan penyubur tanah hingga bahan alami untuk meningkatkan kesehatan tanaman. Bahkan, cairan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai campuran sabun organik, penjernih air, cairan pembersih udara, antiseptik alami, semprotan anti-hama, dan pengusir nyamuk.

"Kegiatan ini bukan hanya kreatif dalam pengelolaan sampah, tapi juga menjadi sarana efektif edukasi lingkungan bagi siswa. Kami ingin menanamkan kepedulian terhadap alam sejak dini,” tambahnya.

Sebagai bentuk implementasi di kehidupan sehari-hari, masing-masing siswa membawa pulang botol berisi eco-enzyme hasil buatan mereka untuk dimanfaatkan di rumah.

Sajadah menambahkan bahwa edukasi serupa akan terus dilakukan di sekolah-sekolah lain di Aceh Tengah agar para siswa bisa mempraktikkannya secara mandiri dan menjadikan pengelolaan sampah sebagai bagian dari gaya hidup.

"Kami berharap kegiatan ini mendorong generasi muda dan masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Pengelolaan sampah ramah lingkungan harus menjadi gerakan bersama. Kalau bukan kita, siapa lagi? Karena sampahmu adalah tanggung jawabmu,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
dpra