DIALEKSIS.COM | Takengon - Bencana hidrometeorologi yang melanda Kabupaten Aceh Tengah sejak 25 hingga 28 November 2025 menyebabkan kerusakan besar dan dampak kemanusiaan yang sangat serius.
Berdasarkan laporan resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dipaparkan Bupati Aceh Tengah Haili Yoga, per Jumat (28/11/2025) pukul 17.00 WIB, tercatat 16 jiwa meninggal dunia, sementara lebih dari 6.104 Kepala Keluarga (KK) terpaksa mengungsi. Sebanyak 1.938 unit rumah juga dilaporkan mengalami kerusakan berat, sedang, maupun ringan.
Infrastruktur Vital Rusak Parah, 9 Kecamatan Terisolir
Bencana yang dipicu curah hujan ekstrem ini mengakibatkan kerusakan besar pada infrastruktur. Total 14 kecamatan terdampak, dan 9 di antaranya kini berstatus wilayah terisolir.
Kerusakan infrastruktur utama meliputi:
1. Akses Transportasi: Lima ruas jalan nasional menuju Aceh Tengah terputus. Akses dari ibu kota kabupaten ke 9 kecamatan lumpuh total, termasuk puluhan jalur desa yang putus.
2. Infrastruktur Vital: 18 jembatan terputus, melumpuhkan mobilitas warga. Selain itu, 14 unit jaringan air bersih, listrik, telekomunikasi, dan internet mengalami kerusakan di seluruh kecamatan terdampak.
3. Fasilitas Kesehatan: Akses menuju RSUD Datu Beru, rumah sakit rujukan utama di Aceh Tengah, terputus sepenuhnya, menghambat penanganan medis darurat.
Situasi kritis ini diperparah oleh ketiadaan logistik dasar. Dalam catatan BPBD, stok BBM habis, dan bantuan kemanusiaan sangat mendesak dibutuhkan.Hingga hari kelima pasca-bencana, belum ada bantuan dari Pemerintah Provinsi Aceh maupun Pemerintah Pusat yang berhasil menjangkau wilayah tersebut karena seluruh akses darat terputus total.
Kondisi ini disampaikan langsung oleh Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, dalam wawancara live TVOne melalui Zoom Meeting yang difasilitasi jaringan internet satelit.
“Saat ini kami benar-benar dalam kondisi darurat dan hanya jalur udara yang bisa menjangkau Kabupaten Aceh Tengah. Kami sangat membutuhkan perhatian segera.” tegas Bupati Haili Yoga.
Ia menambahkan bahwa penanganan darurat saat ini hanya mengandalkan sumber daya lokal yang sangat terbatas. "Belum ada bantuan dari pemerintah provinsi dan pusat yang dapat kami distribusikan. Stok BBM telah habis. Wilayah terisolir membutuhkan logistik secepatnya.” ujarnya dengan penuh harap.
Melihat skala bencana dan kerusakan yang melampaui kapasitas daerah, Pemkab Aceh Tengah meminta BNPB menetapkan status tanggap darurat nasional dan segera mengirimkan bantuan via jalur udara, termasuk logistik makanan, obat-obatan, tenda pengungsian, serta alat berat untuk membuka akses jalan.
Pemerintah daerah menegaskan bahwa percepatan penanganan adalah kunci untuk mencegah bertambahnya korban jiwa dan kerugian lebih besar. [*]