Beranda / Berita / Aceh / Pengamat: Masyarakat Aceh Tak Peduli Munculnya Partai Baru

Pengamat: Masyarakat Aceh Tak Peduli Munculnya Partai Baru

Senin, 13 September 2021 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Pengamat Politik Aceh, Mawardi Ismail. [Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pakar Hukum dan Pengamat Politik Aceh, Mawardi Ismail mengatakan, masyarakat Aceh tidak begitu peduli dengan munculnya partai baru seperti Partai Gelora,Partai Ummat, Partai Prima, Masyumi dan lain-lain.

"Eksistensi dan keberhasilan partai baru tersebut akan ditentukan oleh dua hal, pertama latar belakang organisasi pendukung dan ketokohan pimpinannya," sebutnya kepada Dialeksis.com, Senin (13/9/2021).

Atas dasar itu, lanjutnya, eksistensi Partai baru sebagai sempalan partai yang sudah ada, akan ditentukan oleh dua hal itu, baru kemudian ditopang oleh efektifitas manajemen yang baik.

Jika kita lihat dari berbagai pemberitaan media kekinian diantaranya parpol baru, meliputi Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Partai Ummat, Partai Masyumi, Partai Era Masyarakat Sejahtera (Emas), Partai Usaha Kecil Menengah (UKM), Partai Indonesia Terang (PIT), Partai Hijau Indonesia, dan Partai Rakyat Adil Makmur (Prima).

Selain itu, ada pula Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 1945, Partai Indonesia Damai (PID), Partai Demokrasi Rakyat Indonesia Sejahtera (PDRIS), Partai Swara Rakyat Indonesia (Parsindo), Partai Nusantara, dan Partai Negeri Daulat Indonesia (Pandai).

Adapun Partai Gelora Indonesia adalah partai politik yang didirikan pada tanggal 28 Oktober 2019. Sedangkan Partai Ummat adalah sebuah partai politik di Indonesia yang didirikan oleh Amien Rais, mantan pendiri Partai Amanat Nasional. Partai ini dideklarasikan pada tanggal 29 April 2021.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, menyebutkan kehadiran Partai Ummat dinilai akan menyulitkan Partai Amanat Nasional (PAN) untuk mencapai target 64 kursi di DPR pada Pemilu 2024 mendatang. Adapun target 64 kursi di DPR itu disampaikan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II.

Namun, Kader dari PAN Aceh Irpannusir memiliki pandangan sedikit berbeda cara melihat eksistensi Partai PAN di Aceh, kehadiran Partai Ummat bukanlah suatu masalah, akan tetapi itu akan menjadi dinamika dalam dunia politik.

"Kalau dalam konteks Aceh saya melihat tidak kader yang potensial dari Partai PAN pindah ke Partai Ummat, tidak ada pengaruh dilihat dari segi sosok dan eksistensi kepartaian, sosok yang memimpin Partai Ummat di Aceh belum dikenal, belum ada infrastruktur dan suprastruktur yang kuat dalam level kabupaten," jelas Irpannusir saat dihubungi Dialeksis.com, Jumat (3/09/2021).

Ia menegaskan, Partai Ummat tidak memberikan pengaruh kepada PAN, kalau dilihat dari segmen Muhammadiyah juga sama, tidak ada kader Muhammadiyah yang murni bergabung dengan Partai Ummat itu tidak ada.

"PAN tetap optimis untuk menunjukkan eksistensi PAN, mampu berkibar dan mampu meruntuhkan survei-survei yang mengatakan bahwa tidak mampu lolos dalam Parlemen threshold (ambang batas)," ungkap Irpannusir yang juga merupakan Ketua Komisi II DPRA.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda