Rabu, 24 September 2025
Beranda / Berita / Aceh / Peran Ulama Dayah dalam Lahirnya Disdik Dayah Aceh dan Capaian Pesantren Award 2025

Peran Ulama Dayah dalam Lahirnya Disdik Dayah Aceh dan Capaian Pesantren Award 2025

Rabu, 24 September 2025 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Dr. Munawar, MA bersama Abu Paya Pasi. Foto: for Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Keteladanan ulama dayah di Aceh telah meninggalkan jejak panjang dalam sejarah penyelesaian konflik dan pembangunan pendidikan Islam. Salah satu sosok penting adalah Tgk. H. Ibrahim Bardan atau yang akrab disapa Abu Panton. Dikenal dengan pembawaan yang tenang, penuh senyum, dan mampu menjadi penengah dalam berbagai persoalan, Abu Panton bahkan pernah diminta pendapatnya oleh empat Presiden RI mulai dari BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono terkait jalan keluar konflik Aceh.

Pemikiran Abu Panton tentang resolusi konflik kemudian dituangkan dalam bukunya, Resolusi Konflik dalam Islam : Kajian Normatif dan Historis Perspektif Ulama Dayah (2008). Namun, peran besarnya tidak hanya berhenti pada isu perdamaian. Sebagai inisiator Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) pada 1999, Abu Panton bersama para ulama lain mendorong lahirnya wadah kebersamaan dayah untuk ikut mengambil bagian dalam pembangunan Aceh. Dari rahim HUDA inilah kemudian muncul gagasan pendirian Badan Dayah, yang pada akhirnya berkembang menjadi Dinas Pendidikan Dayah Aceh yang saat ini sebagai SKPA andalan Pemerintah Aceh dibidang pembangunan sarana dan prasarana dayah.

Perjuangan tersebut tidak hanya memberi dampak pada penguatan pendidikan dayah di Aceh, tetapi juga membentuk kemitraan kritis antara ulama dan pemerintah daerah. HUDA merekomendasikan berbagai kebijakan, mulai dari pembangunan dayah di perbatasan untuk menjaga akidah umat, hingga pengawalan program pemerintah agar berpihak kepada pesantren. Abu Panton dengan bijak menekankan bahwa ulama harus hadir di semua lini kehidupan, termasuk politik, demi memastikan bahwa penyelesaian konflik dan pembangunan daerah selalu berpijak pada kearifan lokal dan nilai-nilai Islam.

Buah dari kiprah panjang itu kini dirasakan oleh masyarakat Aceh. Pada 2025, Provinsi Aceh berhasil masuk dalam tiga besar finalis Pesantren Award 2025 kategori Kepala Daerah, bersama Sumatera Barat dan Jawa Timur. Penghargaan yang digelar Kementerian Agama RI ini menjadi pengakuan atas komitmen pemerintah daerah dalam mendukung pengembangan pesantren.

Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Dr. Munawar, MA, menyebut capaian ini tidak hanya keberhasilan pemerintah, melainkan juga wujud penghormatan terhadap jasa besar ulama, pimpinan dayah, santri, dan masyarakat Aceh dalam menjaga tradisi pendidikan Islam.

Terpilihnya Aceh sebagai finalis menunjukkan kesinambungan antara perjuangan ulama dayah dan kebijakan pemerintah. Jika pada masa lalu ulama seperti Abu Panton menginisiasi lahirnya HUDA dan Badan Dayah demi mengawal perdamaian serta pendidikan Islam, maka hari ini Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Gubernur Muzakir Manaf (Mualem) dan Wakil Gubernur Fadhlullah (Dekfad) meneruskan komitmen itu dengan membangun ekosistem pendidikan pesantren yang bermartabat.

Dengan demikian, capaian Pesantren Award 2025 bukan sekadar prestasi seremonial, melainkan bukti nyata bahwa warisan pemikiran ulama dayah telah mengakar dalam pembangunan Aceh. Pendidikan dayah tidak hanya melahirkan generasi berilmu dan berakhlak, tetapi juga menjadi benteng moral bangsa serta motor penggerak peradaban.

Besok, Rabu 24 September 2025, kandidat yang masuk tiga besar akan mengikuti sesi presentasi dan wawancara sebelum ditetapkan sebagai penerima penghargaan. Kemudian pada 25 September akan ditetapkan penerima penghargaan. Nantinya kepada para penerima award akan diserahkan penghargaan pada tanggal 20 Oktober 2025 yang bertepatan dengan Hari Santri Nasional (HSN) yang rencananya akan diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta dan juga akan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.

Maka sangat dibutuhkan dukungan dan do'a seluruh masyarakat Aceh agar Provinsi Aceh mendapatkan posisi terbaik. 

Namun dibalik itu semua, ajang ini tidak hanya menjadi penghargaan semata, tetapi juga inspirasi bagi dayah atau pesantren di seluruh Indonesia untuk terus berinovasi dan memberi manfaat lebih luas kepada masyarakat, bangsa dan negara.[]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
bpka - maulid