DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1447 Hijriah, Jumat (5/9/2025), kembali menjadi momentum refleksi bagi umat Islam untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah.
Hal ini disampaikan Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Ustaz Dr. Moch. Fajarul Falah, MA kepada media dialeksis.com.
Dalam pesannya, Ustaz Fajarul menekankan bahwa kemuliaan akhlak adalah sifat utama para nabi, wali, dan orang-orang saleh. Akhlak yang luhur, menurutnya, menjadi jalan menuju derajat tinggi di sisi Allah serta kunci untuk meraih surga.
“Allah Ta’ala memuji Nabi Muhammad SAW sebagai insan berakhlak agung dalam firman-Nya: ‘Sesungguhnya engkau, wahai Muhammad, benar-benar berakhlak agung’ (QS. Al-Qalam: 4),” ujarnya.
Ustaz Fajarul menjelaskan, akhlak mulia memiliki tiga makna penting. Pertama, berbuat baik kepada siapa saja tanpa memandang latar belakang dan tanpa mengharap balasan. Kedua, bersabar atas perlakuan buruk orang lain. Ketiga, menahan diri untuk tidak berbuat buruk kepada orang lain.
“Akhlak yang mulia inilah yang akan menumbuhkan kasih sayang dan saling mencintai di tengah masyarakat,” kata Wakil Syuriah PCNU Kota Banda Aceh ini.
Ia menegaskan, teladan utama dapat dilihat langsung dari kehidupan Rasulullah. Salah satunya tercermin dalam kisah seorang rabi Yahudi, Zaid bin Sa’nah, yang menguji kesabaran Nabi dengan menagih utang sebelum waktunya dengan cara kasar.
Umar bin Khattab yang saat itu berada di sisi Nabi hampir saja marah, tetapi Rasulullah menahan Umar dan tetap merespons dengan santun.
“Kesabaran dan kelembutan Rasulullah justru membuat Zaid tersentuh hingga akhirnya bersyahadat dan masuk Islam. Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa akhlak yang mulia dapat menjadi jalan hidayah bagi orang lain,” tutur Ustaz Fajarul.
Menurutnya, derajat akhlak mulia tidak bisa diraih dengan mudah. Dibutuhkan ilmu, iman yang benar, serta perjuangan melawan hawa nafsu dan godaan setan.
Rasulullah sendiri menegaskan bahwa orang mukmin yang berakhlak mulia memiliki kedudukan setara dengan mereka yang beribadah sepanjang malam dan berpuasa sepanjang tahun, kecuali pada lima hari yang diharamkan.
Melalui peringatan Maulid Nabi tahun ini, Ustaz Fajarul mengajak masyarakat Aceh untuk menjadikan Rasulullah sebagai teladan utama. Menurutnya, membumikan akhlak mulia Nabi dalam kehidupan sehari-hari adalah kebutuhan mendesak di tengah tantangan sosial, budaya, dan teknologi yang kian kompleks.
“Kesempurnaan iman seseorang dapat diukur dari kemuliaan akhlaknya. Semakin mulia akhlak seseorang, semakin sempurna pula imannya,” pungkas dosen pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini.