Selasa, 14 Oktober 2025
Beranda / Berita / Aceh / PPTI Aceh Utara Dorong Pemerintah Perkuat Skrining Kanker Paru Sejak Dini

PPTI Aceh Utara Dorong Pemerintah Perkuat Skrining Kanker Paru Sejak Dini

Selasa, 14 Oktober 2025 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Ketua Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Cabang Aceh Utara, Dr. Indra Buana, Sp.P, Onk.T(K), FISR. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Lhoksukon - Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan program besar untuk memperkuat deteksi dini kanker paru, penyakit yang kini menjadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker di Tanah Air.

Langkah ini disambut positif oleh kalangan medis, termasuk Ketua Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Cabang Aceh Utara, Dr. Indra Buana, Sp.P, Onk.T(K), FISR, yang menilai strategi deteksi dini merupakan kunci utama dalam menekan angka kematian akibat kanker paru di Indonesia.

“Strategi utama kami bukan pada pengobatan, tapi pada deteksi dini. Kalau kita bisa identifikasi sejak awal, peluang hidup pasien jauh lebih besar,” ujar Dr. Indra Buana saat dikonfirmasi oleh mediadialeksis.com, Selasa (14/10/2025).

Menurutnya, kanker paru kini menjadi prioritas utama dalam pembangunan infrastruktur kesehatan nasional, seiring meningkatnya kasus yang ditemukan dalam stadium lanjut.

Ia menjelaskan bahwa penanganan kanker paru pada stadium awal jauh lebih efektif dan tidak membutuhkan terapi berat seperti kemoterapi atau radioterapi.

“Kalau terdeteksi di stadium satu, terapinya bukan kemoterapi atau radioterapi, tapi cukup dengan operasi. Ini lebih ringan dan peluang sembuhnya jauh lebih besar,” tambahnya.

Sebagai bagian dari langkah konkret, pemerintah kini sedang mendistribusikan alat CT Scan dosis rendah (Low Dose CT Scan) ke berbagai kota di Indonesia.

Teknologi ini memungkinkan proses skrining kanker paru dilakukan secara lebih cepat, aman, dan merata di seluruh wilayah, termasuk daerah yang selama ini memiliki keterbatasan fasilitas kesehatan.

“Dengan skrining yang lebih baik, kita bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa,” tegas Dr. Indra.

Ia menambahkan bahwa perluasan fasilitas skrining akan berdampak besar terhadap peningkatan jumlah kasus yang dapat terdeteksi pada stadium awal, sehingga penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan angka kematian bisa ditekan secara signifikan.

“Banyak pasien datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi parah karena tidak tahu sejak awal. Kalau skrining ini jalan di semua daerah, kita bisa ubah pola itu. Ini revolusi besar di bidang kesehatan,” ujarnya.

Untuk mendukung akurasi diagnosis, Kementerian Kesehatan juga menyiapkan 514 laboratorium imunohistokimia di seluruh kota penerima CT Scan dosis rendah.

Selain itu, di tingkat provinsi akan dibangun laboratorium patologi anatomi berbasis teknologi Next Generation Sequencing (NGS) sebuah teknologi mutakhir yang mampu menganalisis perubahan genetik secara cepat dan akurat.

Ia menjelaskan, teknologi NGS akan mempercepat proses diagnosis dan membantu dokter memberikan terapi yang lebih tepat sasaran.

Dr. Indra menilai langkah tersebut sangat strategis, karena selama ini banyak rumah sakit di daerah menghadapi keterbatasan dalam alat diagnostik dan fasilitas penunjang.

“Teknologi NGS ini akan mempercepat diagnosis dan mempermudah dokter memberikan terapi yang tepat sasaran. Ini bukan hanya soal alat, tapi soal menyelamatkan lebih banyak nyawa,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI