Beranda / Berita / Aceh / Stigma Buruk Perbankan Syariah di Aceh Harus Hilang

Stigma Buruk Perbankan Syariah di Aceh Harus Hilang

Senin, 27 September 2021 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh (UNIMAL), Dr. Damanhur Abbas, Lc, Ma. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Lhokseumawe - Hadirnya Bank Syariah Indonesia (BSI) di Aceh khususnya tentu memang merupakan suatu hal yang baik bagi masyarakat dan Aceh khususnya.

Namun, hadirnya BSI sampai saat ini belum memberikan hasil yang baik khususnya perekonomian di Aceh. tentu banyak stigma buruk yang mulai muncul sejak BSI hadir di Aceh dikalangan masyarakat, dan tentu BSI sampai saat ini terus berusaha memberikan pelayanan terbaik dan impact positif untuk masyarakat dan Aceh.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh (UNIMAL), Dr. Damanhur Abbas, Lc, Ma. mengatakan, kita semua harus mendorong BSI Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik sisi-sisi yang masih negatif untuk terus diperbaiki.

“Adapun untuk mengukur dampak BSI terhadap pertumbuhan ekonomi, mungkin ini perlu kajian khusus, sangat naif jika kita menginginkan anak yang baru lahir bisa berlari,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Senin (27/9/2021).

Stigma mengenai belum adanya Impact positif untuk Aceh, terutama dalam menarik Investor dari luar Aceh untuk berinvestasi di Aceh. Dirinya menjelaskan, berkaca pada diri sendiri saya tidak menggunakan Bank Syariah berplatform pemerintah pada saat sedang melakukan perjalanan keluar negeri dikarenakan pelayanan yang tidak mendukung.

“Kita menginginkan Investor bisa berinvestasi ke Aceh melalui Bank Syariah yang ada di Aceh saat ini, Jika merujuk pada hal yang saya sampaikan, saya kira investor jauh lebih jernih pemikirannya karena mereka menginginkan adanya keuntungan apalagi kita masyarakat biasa,” ujarnya.

Dr. Damanhur menyampaikan juga, adapun dampak positifnya dari permasalahan tersebut, BAS Akan menjadi solusi terhadap investasi di Aceh karena tugas mereka bukan hanya memberikan pembiayaan kepada PNS namun jauh lebih mulia dari itu.

“Sedangkan aspek negatif nya, Bank tersebut akan gulung tikar di Aceh jika tidak digunakan oleh para investor dan ini bukan tangungjawab kita, Percuma saja di sana ada komisaris, direksi dan berbagai jabatan yang dibayar dengan uang negara untuk memikirkan kemajuan lembaga tersebut,” tambahnya.

Ia mengatakan, BAS itu tidak mau besar karena berkeinginannya menjadi raja secara gamblang, Kalo hanya untuk mengelola keuangan negara yang ditempatkan pada BAS tidak mesti harus Doktor yang menjadi direktur enak tamatan SD pun bisa mengelola uang tersebut.

“Seharusnya, ini menjadi peluang bagi BAS untuk menjadi Bank Investasi. Walau pada awalnya memerlukan modal besar sedangkan modal tersebut sudah mereka miliki, Kalau mereka tidak mau merubah diri menjadi Bank Investasi, maka jangan pernah berharap Aceh mempunyai Bank berkelas internasional, di mana masyarakatnya bisa menggunakan jasa perbangkan pada saat melakukan ibadah Haji di Arab Saudi atau mereka berada bukan hanya dapat digunakan di Aceh saja,” jelas Dr. Damanhur.

Dalam hal ini, Dr. Damanhur menjelaskan, bahwa saat ini Kolaborasi merupakan salah satu solusi dalam mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan. Kalau masing-masing sektor tersebut single fighter maka tidak akan pernah lebih kuat peran perbangkan Syariah di Aceh maupun di Indonesia.

“Hari ini ada mafia yang menginginkan Aceh tidak akan pernah maju. Aceh harus bergantung dengan daerah lain Aceh tidak bisa investasi karena tidak aman, tidak cukup infrastruktur keuangannya maka solusinya adalah harus ada kembali bank konvensional,” tambahnya lagi.

Sementara itu, Dalam ini pertanyaannya, Kata Dr. Damanhur, Yang menjadi pertanyaan selama ada Bank Konvensional di Aceh saja berapa besar pertumbuhan ekonomi itu terwujudkan? Berapa persen angka kemiskinan dapat ditekan? Berapa persen UMKM sudah berkembang?

“Masih percaya sama Bank Konvensional? Itu pertanyaan kepada mereka yang masih menginginkan hadirnya Bank Konvensional di Aceh,” ucapnya.

Kemudian, Ia menyampaikan, Ada investasi dalam bentuk industri sebagaimana yang pernah saya sampaikan, Aceh tidak mempunyai industri apapun padahal mempunyai dana yang melimpah Ruah.

“Industri pakan hewan ternak sangat tergantung dengan Sumatra utara, padahal kita mempunyai beberapa Varietas hewan yang disembelih setiap tahunnya. Bahkan bulanan seperti sapi dan kambing namun pakan nya harus dikirim dari luar Aceh,” ujarnya.

Ia mengharapkan, kita masih ada orang yang mempunyai ke imanan, kesadaran terhadap membangun daerah bukan hanya membantingkan perut sendiri pada saat mereka berada pada tataran pemerintahan tokoh masyarakat atau tokoh agama. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda