Beranda / Berita / Aceh / Tangani Konflik Satwa, BKSDA Datangkan Pawang Harimau ke Langkahan

Tangani Konflik Satwa, BKSDA Datangkan Pawang Harimau ke Langkahan

Kamis, 12 Desember 2019 17:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Tgk Syarwani Sabi (baju kuning), pawang harimau asal Meulaboh, Aceh Barat, yang didatangkan BKSDA Aceh ke Langkahan Aceh Utara. [Foto: IST] 

DIALEKSIS.COM | Aceh Utara - Tangani konflik harimau sumatera dengan warga di kawasan Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mendatangkan Tgk Syarwani Sabi pawang harimau dari Meulaboh, Aceh Barat.

Kasi Konservasi Wilayah I Lhokseumawe BKSDA Aceh Kamarudzaman mengatakan selain mendatangkan pawang pihaknya juga menghadirkan Tim Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP) untuk mendeteksi satwa dilindungi itu menggunakan pemasangan kamera trap.

"Pawang kita datangkan kali ini bersama Tim WCS, KSDA Aceh dan Resort KSDA 11 Aceh Utara," katanya, Kamis (12/12/2019), kepada Dialeksis.com.

Hari ini, tambah Kamarudzaman, tim tersebut sudah di lapangan, kemungkinan sekalian untuk pemasangan kamera trap. Tim juga lebih dulu berkoordinasi dengan masyarakat dan Muspika.

Sebagaimana diketahui, belum lama ini harimau sumatera berkeliaran ke pemukiman warga di salah satu desa Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara. Selain membuat warga khawatir, satwa liar dilindungi itu telah memangsa lima sapi dan sebelas kambing milik warga.

Ditambahkan Kamarudzaman, pihaknya menduga, hal itu disebabkan satwa di hutan seperti rusa maupun kijang yang selama ini menjadi mangsanya sudah berkurang seiring perburuan oleh manusia dan perambahan hutan secara ilegal.

"Semakin berkurangnya luas habitat harimau, maka berimbas pada harimau untuk keluar dari hutan," sambungnya.

Dia menjelaskan, harimau sumater keluar dari hutan karena secara teori dan fakta di lapangan satwa tersebut adalah tipe satwa yang soliter. Mereka memiliki homerange atau daya jelajah tertentu. Dalam hal ini warga diimbau agar selalu mewasapadai kemungkinan konflik dengan harimau.

"Intinya untuk penanganan konflik ini tidak bisa dilakukan secara parsial, maka harus secara komprehensif dan melibatkan para pihak tentunya. Intinya kita melihat hasil di lapangan dulu, untuk kemudian akan komunikasikan kembali terkait penanganannya,"pungkas Kamarudzaman. (faj)


Keyword:


Editor :
Makmur Emnur

riset-JSI
Komentar Anda