DIALEKSIS.COM | Meulaboh - Tiga tokoh masyarakat dari Padang Mancang, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat, menghadiri kegiatan penyusunan kurikulum Aceh yang Islami untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, 23-24 Juni 2025, di Aula Cabang Dinas Pendidikan Aceh Barat ini mengusung tema “Meuseuraya: Membangun Ekosistem Pendidikan yang Berakhlak Islami, Kolaboratif, dan Kompetitif.”
Mereka yang hadir sebagai perwakilan masyarakat adalah Abi Faisal dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Muhammad Fawazul Alwi dari Al-Washliyah, dan Pak Daipon mewakili AKG Aceh Barat. Kehadiran mereka mencerminkan keterlibatan aktif elemen masyarakat dalam membangun visi pendidikan Aceh yang lebih progresif dan bernilai Islami.
Acara ini turut menghadirkan tiga narasumber utama yang berkompeten di bidang pendidikan dan keislaman, yakni Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, S.T., D.E.A., tokoh pendidikan Dr. Anas M. Adam, M.Pd., serta akademisi sekaligus Dekan Fakultas Hukum dan Syariah UIN Ar-Raniry, Prof. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph.D.
Muhammad Fawazul Alwi atau yang akrab disapa Awie, Ketua Gerakan Pemuda Al-Washliyah Aceh Barat, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi sekaligus merumuskan solusi atas berbagai persoalan pendidikan di Aceh Barat.
"Kami mengapresiasi setinggi-tingginya kepada pihak penyelenggara dan instansi pendidikan yang aktif membangun kolaborasi. Kegiatan ini menjadi ruang penting untuk berdiskusi dan menemukan langkah konkret guna memperbaiki mutu pendidikan kita," ujar Awie.
Sementara itu, Abi Faisal, Sekretaris Umum PERTI Aceh Barat, berharap agar kegiatan ini tidak berhenti sebagai forum formalitas belaka, namun benar-benar ditindaklanjuti dengan aksi nyata.
"Alhamdulillah, semua pihak sepakat dan siap memajukan pendidikan di Aceh Barat yang bernuansa Islami dan berbasis kearifan lokal. Ini momentum penting yang harus dijaga dan direalisasikan," ungkapnya.
Kegiatan ini menjadi langkah awal yang strategis dalam menyatukan visi pendidikan Aceh, yakni menjadikannya sistem yang tidak hanya Islami secara nilai, tetapi juga kolaboratif dan kompetitif dalam praktiknya. Dukungan dari berbagai unsur seperti ormas Islam, LSM, tokoh pendidikan, hingga instansi pemerintah menjadi bukti kuat bahwa pembangunan pendidikan adalah tanggung jawab bersama. [*]