Senin, 01 Desember 2025
Beranda / Berita / Aceh / Warga Banda Aceh Keluhkan Kelangkaan BBM di Tengah Bencana

Warga Banda Aceh Keluhkan Kelangkaan BBM di Tengah Bencana

Senin, 01 Desember 2025 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Antrean panjang bahan bakar minyak (BBM) masih terjadi di di SPBU Lampaseh, Banda Aceh. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Lima hari pascabanjir besar melanda sejumlah kabupaten/kota di Aceh, antrean panjang bahan bakar minyak (BBM) masih terjadi di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Banda Aceh.

Warga memburu Pertalite, Pertamax, dan Biosolar yang stoknya belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan pelintas dari luar daerah.

Pantauan Dialeksis.com pada Senin (1/12/2025) di SPBU Lamdingin, antrean kendaraan roda dua mengular hingga sekitar 300 meter ke arah barat dari area SPBU. Area pengisian tampak dikelilingi pembatas tali, sementara puluhan minibus mengantre di sisi lainnya. Warga terlihat berpanas-panasan mulai pagi hari hanya untuk memperoleh BBM yang belum dipastikan ketersediaannya.

Kondisi serupa terjadi di SPBU Lampaseh, Banda Aceh. Antrean kendaraan roda dua dan roda empat memenuhi hampir dua pertiga badan jalan, membuat arus lalu lintas tersendat dan kendaraan yang melintas harus berhati-hati agar tidak bersenggolan.

Masyarakat mengaku kesulitan karena semua SPBU di Banda Aceh dipenuhi antrean panjang. Mereka menilai Pertamina harus turun tangan lebih cepat dan serius mengatasi kelangkaan BBM di tengah masa tanggap darurat bencana.

“Pertamina buka mata dong. Masyarakat lagi susah begini kenapa dibuat makin susah karena nggak ada minyak. Peduli sedikit dong,” ujar Mona, seorang warga Lamdingin saat ditemui media dialeksis.com di SPBU Lamdingin.

Zahran, warga Ulee Lheu yang ditemui saat mengantre di SPBU Lampaseh, mengaku sudah berada dalam antrean selama dua jam. Ia memilih tetap bertahan meski belum ada kepastian tentang waktu kedatangan suplai BBM.

“Lebih baik antre dari sekarang walau panas dan capek. Kalau tidak antre, tidak dapat. Begitu dibuka satu dua jam langsung habis, sementara yang antre banyak,” ujar Zahran.

Ia menambahkan bahwa kios penjual bensin botolan yang biasanya menjadi alternatif kini juga tidak menyediakan suplai sama sekali.

“Kali ini benar-benar parah. Belum pernah antrean bahan bakar sebanyak ini dan masalahnya berhari-hari. Kami berharap persoalan ini segera diselesaikan,” keluhnya.

Krisis BBM terjadi di tengah situasi pemulihan bencana banjir yang masih berlangsung di Aceh. Di berbagai wilayah, ribuan rumah terendam dan fasilitas umum rusak berat. Sejumlah titik jalan diputus air dan lumpur, sementara jembatan Teupin 1 Mane di Kecamatan Juli dan dan Jembatan Kutablang di Tingkeum Manyang, Kutablang, dilaporkan putus total, memutus akses masyarakat.

Kondisi ini menyulitkan mobilitas kendaraan pengangkut logistik bantuan maupun suplai BBM. Masyarakat menuntut agar Pertamina, Pemerintah Aceh, dan pihak penyalur energi segera mempercepat distribusi dan menyediakan jalur khusus darurat bagi wilayah yang terdampak banjir.

“Saat bencana seperti ini, BBM bukan hanya untuk kendaraan pribadi. Ini kebutuhan logistik bantuan, ambulan, dan alat berat. Jangan sampai warga semakin terpuruk karena kelangkaan bahan bakar,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI