Beranda / Berita / Aceh / Warga Satu Dusun di Kejuruan Muda Dilanda Kekeringan

Warga Satu Dusun di Kejuruan Muda Dilanda Kekeringan

Kamis, 01 Agustus 2019 21:03 WIB

Font: Ukuran: - +

Air dari alur (parit) yang digunakan warga untuk mandi dan cuci. Foto : Dialeksis.


DIALEKSIS.COM | Aceh Tamiang - Ratusan warga yang tinggal di Dusun Alur Selamat Kampung Tanjung Genteng, Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang dilanda kekeringan. Saat ini untuk kebutuhan air minum mereka terpaksa beli dari luar. Sementara untuk mandi, cuci dan kakus (MCK), warga menggunakan sisa-sisa air tidak layak dari alur/parit dekat rumah.

Kekeringan di Tanjung Genteng sudah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir. Kekeringan disebabkan oleh dua faktor yakni, kemarau panjang dan diduga diperparah oleh dampak perkebunan kelapa sawit yang memicu sumur-sumur galian milik warga ikut kering.

"Dusun Alur Selamat posisinya dikelilingi kebun kelapa sawit milik PTPN 1. Pohon kelapa sawit kan sifatnya menyerap air, jadi kekeringan disana semakin parah," kata Rukaiya dari lembaga Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) kepada wartawan, Kamis (1/8/2019).

Untuk membantu warga yang diterpa bencana kekeringan tersebut, tambah Rukaiya, MRI berencana akan menyuplai air bersih ke Dusun Alur Selamat.  Sebelumnya MRI juga telah membantu 8000 liter air bersih yang dibeli dari PDAM setempat.

"Air 8000 liter itu hanya untuk memenuhi kebutuhan satu hari. Makanya kami akan bekerjasama dengan lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) membuat sumur wakap di Dusun Alur Selamat," imbuhnya.

Salah seorang warga, Ibrahim menyatakan, di Dusun Alur Selamat dulu pernah dibangun sumur bor yang diusulkan melalui Distamben Aceh Tamiang. Sialnya, ungkap dia, upaya pengeboran sumur gagal, akibat terdapat bongkahan batu besar didalam tanah, sehingga mata bor tak mampu menembus sumber air.

Menurutnya, setiap tahun antara bulan Januari-April, Kampung Tanjung Genteng niscaya dilanda kekeringan. Kerap kali kekeringan paling parah terjadi di Dusun Alur Selamat yang dihuni oleh sekitar 190 KK.

"Tahun lalu waktu terjadi kekeringan parah, BPBD Aceh Tamiang pernah masuk manyuplai air bersih hingga mereka menginap hampir seminggu di dusun kami," ujarnya.

Biasanya, kata Ibrahim, setelah sumur-sumur warga pada kering, kini mereka hanya bergantung dengan sumber air endapan dari parit. Sebab, jarak aliran  sungai besar Tamiang dengan permukiman penduduk tidak terjangkau.

"Mirisnya, air alur yang digunakan untuk MCK itu sangat tidak layak. Banyak hewan liar dan peliharaan minum air itu. Kondisi alur juga sangat kotor bercampur dengan sampah daun kering," jelasnya. (MHV)

Keyword:


Editor :
Im Dalisah

riset-JSI
Komentar Anda