DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebuah video TikTok dari akun @kak.maneh mendadak viral setelah menyoroti dugaan pungutan liar (pungli) di kawasan wisata Bukit Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.
Dalam video berdurasi 1 menit 12 detik yang telah ditonton ratusan ribu kali, sang kreator mengungkapkan rasa kecewanya terhadap tarif masuk wisata yang dinilai tidak wajar dan tidak transparan.
“Jadi ceritanya kami mau ke Bukit Lamreh, terus satu orang dewasa dikenai biaya masuk Rp10 ribu. Dalam satu mobil ada enam orang dewasa, jadi totalnya Rp60 ribu. Kok bisa semahal itu? Kalau model begini, tempat wisatanya bakal mati. Orang datang karena penasaran, bukan mau dipalak," ucap akun Kak Maneh dalam videonya yang dilansir media dialeksis.com, Minggu (3/8/2025).
Kritik tersebut tak hanya berhenti di TikTok. Di kolom komentar, puluhan warganet mengaku mengalami hal serupa. Beberapa di antaranya bahkan menyebut adanya pungutan tambahan ketika sudah sampai di lokasi.
“Benar, pernah juga saya alami. Oktober 2024 lalu ke Bukit Lamreh, dikutip 10 ribu per orang, dan sampai lokasi dikutip lagi 5 ribu buat foto-foto,” tulis akun @firda_us.
“Dari dulu memang begitu. Tidak ada tindakan dari aparat,” timpal akun @cinabuta.
“Viral-kan ini sampai ke Polda Aceh,” ujar akun @mahfud.
Kemarahan publik ini kian tajam ketika beberapa pengguna media sosial membandingkan tarif tersebut dengan aturan resmi yang tertuang dalam Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 17 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha.
Dalam Pasal 8 Qanun tersebut, disebutkan secara jelas bahwa tiket masuk tempat rekreasi/pariwisata: Rp 3.000 per orang. Tiket masuk kolam pemandian Rp 3.000 per orang. Tiket masuk arena bermain anak Rp 5.000 per orang
Jika mengacu pada aturan itu, maka pungutan Rp 10.000 per orang belum termasuk pungutan tambahan di lokasi foto -- jelas menyalahi ketentuan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Dinas Pariwisata Aceh Besar maupun dari pengelola Bukit Lamreh.
Bukit Lamreh dikenal dengan panorama tebing kapurnya yang langsung menghadap laut lepas dan Selat Malaka. Lokasi ini kerap viral di media sosial karena pemandangan dramatisnya yang kerap disebut-sebut mirip lanskap luar negeri.
Sayangnya, seperti banyak destinasi wisata alam lain di Aceh, pengelolaannya masih minim regulasi dan pengawasan. Tak sedikit pengunjung yang kebingungan dengan sistem tiket, kurangnya papan informasi, dan keberadaan pihak-pihak yang tidak resmi memungut biaya masuk.[nh]