Beranda / Berita / Hal-hal yang Diketahui Jejak Sejarah Kapitan Pattimura

Hal-hal yang Diketahui Jejak Sejarah Kapitan Pattimura

Minggu, 10 Juli 2022 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura yang memiliki nama asli Thomas Matulessy pejuang yang gagah berani menentang dan melawan penjajahan Belanda di Tanah Maluku. Foto/Ist


DIALEKSIS.COM | Sejarah - Narasi tentang Kapitan Pattimura sempat membuat heboh dunia maya usai Ustaz Adi Hidayat menyebut nama asli pahlawan nasional itu sebagai Ahmad Lussy, bukan Thomas Matulessy. Berikut fakta-fakta mengenai beda versi terkait Pattimura itu.

Merespons viralnya Ahmad Lussy, sejarawan mengimbau publik kritis terhadap teori 'alternatif' seperti itu. Hal itu disampaikan oleh sejarawan dari Universitas Gajah Mada.

"Yang diperlukan adalah kritis terhadap sumber," kata sejarawan dari UGM, Satrio Dwicahyo (Ody), dilansir detikcom, Senin (4/7/2022).

Narasi-narasi semacam itu, kata Ody mulai tumbuh subur selepas runtuhnya era Orde Baru. Gelombang narasi sejenis seperti Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman, Majapahit ternyata kerajaan Islam, Gajah Mada ternyata bernama Gaj Ahmada, hingga Napoleon Bonaparte adalah muslim.

Untuk yang menyatakan Kapitan Pattimura bernama asli Ahmad Lussy, pendapat itu sebelumnya pernah dikemukakan Prof Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku 'Api Sejarah'. Ody menilai Ahmad Mansur Suryanegara tidak sendirian dalam tren mengedepankan peran satu kelompok dalam sejarah Indonesia, utamanya kelompok Islam. Narasi semacam itu memang populer.

"Ini populer di sekitar tumbangnya Orde Baru. Ini dianggap suatu kesempatan untuk revival (kebangkitan), dengan anggapan bahwa kelompok Islam disudutkan dalam historiografi nasional selama Orba," kata Ody.

Umum di kalangan pengusung narasi alternatif semacam itu, pemerintah kolonial Belanda selalu memanipulasi sumber sejarah. Padahal, itu tidak sepenuhnya benar. Soalnya, sumber sejarah dari pemerintah kolonial Belanda seringnya hanya berwujud catatan administrasi sehari-hari seperti surat dan laporan. Maka, yang diperlukan untuk menelaah sumber sejarah adalah sikap kritis, bukan menganggap bahwa sumber sejarah dari Belanda pasti tidak valid.

Sumber Teori dari Sebutan Ahmad Lussy

Teori yang menyebut nama asli Kapitan Pattimura adalah Ahmad Lussy termuat dalam buku Ahmad Mansur Suryanegara. Dilansir situs resmi LIPI (lembaga yang sekarang melebur dalam BRIN), Ahmad Mansur Suryanegara punya gelar profesor. Dalam buku 'Api Sejarah', tertera bahwa dia lahir pada 22 Zulhijah 1353, sekitar 87 tahun silam.

Mansur mengajar di sejumlah sekolah berbasis Islam. Di level perguruan tinggi, dia mengajar di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, Universitas Islam Bandung (Unisba) Purwakarta, Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, Universitas Widyatama (Utama) Bandung, IKIP Bandung-Tasikmalaya, IAIN Gunung Djati, dan lain-lain.

Buku 'Api Sejarah' karya Mansur diterbitkan pertama pada 2009 pada cetakan selanjutnya menjadi 'Api Sejarah 1' dan 'Api Sejarah 2'. detikcom membaca Api Sejarah Jilid Kesatu' terbitan Suryadinasti tahun 2014 (Edisi Revisi).

Ahmad Lussy

Dalam buku 'Api Sejarah 1', klaim Mansur bahwa Pattimura adalah Ahmad Lussy disebut saat dia menjelaskan imperialisme Protestan Belanda. Belanda ingin memutus hubungan kesultanan Turki dengan kekuasaan Islam di Nusantara.

"Akibat imperialis Protestan Belanda melihat masih adanya hubungan niaga antara Kesultanan Turki dan Kesultanan Mongol di India dengan kekuasaan politik Islam di Nusantara Indonesia maka diserangnya secara intensif wilayah produsen rempah-rempah di luar Jawa, sebelum dan sesudah adanya tanam paksa, 1830-1919 M," tulis Mansur di halaman 202.

Kepulauan Maluku adalah kawasan penghasil rempah-rempah, komoditas yang berharga pada era itu. Maluku menjadi perhatian penjajah Belanda. Saat itulah muncul Kapitan Pattimura yang berjuang melawan penjajah. Dia menyebut Pattimura adalah seorang muslim.

"Bangkitlah perlawanan bersenjata dipimpin oleh Kapten Pattimura, 1817 M. Di Ambon penyandang nama Pattimura adalah Muslim. Oleh karena itu, salahlah jika dalam penulisan sejarah, Kapten Pattimura disebut seorang penganut Kristen," tulis Mansur.

Asal-usul nama 'Ahmad Lussy' dengan referensi buku 'Api Sejarah' karya Ahmad Mansur Suryanegara tersebut dikutip oleh penulis-penulis lainnya. Ahmad Choirul Rofiq dalam 'Menelaah Historiografi Nasional Indonesia' juga menyatakan catatan soal Ahmad Lussy ditulis di buku 'Api Sejarah' karya Mansur.

Profil Kapitan Pattimura

Sebagaimana keterangan di situs web daftar pahlawan nasional dari Kementerian Sosial, pada Selasa (5/7/2022), berikut ini adalah profil singkat sosok berkumis khas itu:

Kapitan Pattimura 

Berasal dari Maluku

Lahir: 8 Juni 1783 di Haria, Saparua, Maluku, Indonesia

Meninggal: 16 Desember 1817 di New Victoria, Ambon, Maluku, Indonesia (usia 34 tahun)

Makam: tidak diketahui

Pahlawan nasional: SK 087/TK/1973 dan tanggal SK 06 November 1973

Pattimura atau Thomas Matulessy adalah pahlawan yang berjuang menentang Belanda. Pada 7 Mei 1817, dalam rapat umum di Baileu negeri Haria, Pattimura dikukuhkan dalam upacara adat sebagai 'Kapitan Besar'. Dia memimpin penyerbuan ke benteng Duurstede dan menguasainya dari tangan Belanda. Selanjutnya, dia memimpin pasukan bertempur melawan pasukan Mayor Beetjes.

Pattimura dan para pejuang ditangkap Belanda pada 11 November 1917. Pattimura dihukum gantung di Ambon pada 16 Desember 1817.

Agama Pattimura

detikcom membuka buku 'Kapitan Pattimura' karya IO Nanulaita. Buku ini diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Jakarta, tahun 1985.

Di buku itu, tertulis bahwa leluhur keluarga Matulessia berasal dari Pulau Seram (sekarang Provinsi Maluku). Leluhur Matulessia kemudian berpindah ke Haturessi (sekarang Negeri Hulaliu). Kemudian, seorang moyang Thomas Matulessy berpindah ke Titawaka (sekarang Negeri Itawaka). Di antara keturunannya ada yang menetap di Itawaka dan ada yang berpindah ke Ulath, ada yang kembali menetap di Hulaliu, dan ada yang berpindah ke Haria.

Keturunan di Haria inilah yang menurunkan ayah dari Thomas Matulessy, yakni Frans Matulessia/Matulessy. Ibu Thomas berasal dari Siri Sori Serani.

Thomas Matulessy punya satu saudara kandung, yakni Johannis Thomas. Thomas tidak kawin dan tidak berketurunan, sedangkan Johannis menurunkan keluarga Matulessy yang sekarang berdiam di Haria. Ahli waris yang memegang surat pengangkatan Kapitan Pattimura sebagai pahlawan nasional selepas Indonesia merdeka.

"Di rumah keluarga itu pula disimpan pakaian, parang, dan salawaku dari pahlawan Pattimura," tulis IO Nanulita.

Dituliskan dalam Nanulita, keluarga Matulessia beragama Kristen Protestan. Nama Johannis dan Thomas diambil dari Alkitab.

Nama Matulessy disebut pula sebagai Matulessia, berasal dari kata 'matatulessi', artinya adalah 'mati dengan lebih' (ma=mati; tula=dengan; lessi=lebih). Nama 'matatulessi' berubah menjadi 'matulessia'.

Thomas Matulessy Sebut Sejarah Pattimura Keliru

Keluarga Matulessy dari Pulau Haruku Provinsi Maluku menyatakan sejarah Kapitan Pattimura yang diakui negara selama ini adalah keliru. Mereka mengklaim sebagai keturunan asli Kapitan Pattimura.

Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPN) menghubungkan detikcom dengan Thomas Matulessy (bernama sama dengan Thomas Matulessy yang hidup di Abad 18-19) yang menyatakan pihaknyalah sebagai keturunan asli pahlawan nasional itu.

"Saya adalah generasi ke-6 dari Thomas Matulessy," kata Thomas kepada detikcom, Rabu (6/7/2022).

Dia mengklaim punya bukti-bukti bahwa pihaknyalah pewaris keturunan Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 1973 lewat SK 087/TK/1973.

"Kekeliruan pertama, Indonesia hanya menulis secara sepihak mengenai Pattimura. SK Presiden yang dikeluarkan tahun 1973 itu tidak menyebut Thomas Matulessy namun hanya disebut Kapitan Pattimura saja," kata Thomas.

Catatan sejarah menyatakan tokoh yang merebut benteng Duurstede di Saparua pada 1817 adalah Thomas Matulessy dan kawan-kawannya. Maka, SK itu perlu direvisi dengan mencantumkan nama Thomas Matulessy.

"Presiden harus mencantumkan nama Thomas Matulessy dalam lampiran SK Presiden sebagai pahlawan nasional," kata Thomas.

Pada 12 Mei 2022 bertempat di Gedung Student Center FKIP Unpatti, keluarga besar Matulessy menggelar Musyawarah Besar bertajuk 'Meluruskan Sejarah Asal-usul Pahlawan Nasional Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura'. Hadir dalam acara itu, Staf Ahli Gubernur dan membacakan sambutan Gubernur Maluku. Revisi SK menjadi rekomendasi nomor satu dari Musyawarah Besar itu. Thomas sendiri berencana menyampaikan surat ke Presiden Jokowi.

Beda Versi Foto Pattimura

Selama ini, masyarakat Indonesia mengenal sosok Kapitan Pattimura lewat gambaran pria berkumis yang memegang golok. Namun ada versi lain dari gambaran sosok Thomas Matulessy yang diklaim sebagai gambar autentik.

Keluarga Matulessy dari Pulau Haruku Maluku mengklaim sebagai pewaris sesungguhnya keturunan Kapitan Pattimura. Mereka menunjukkan gambar wajah Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy.

Sosok Kapitan Pattimura terlihat tanpa kumis tebal. Tak tampak pula golok di sini. Padahal, di gambar biasanya, Kapitan Pattimura punya kumis tebal dan memegang golok di tangan kanan.

Peneliti: Pattimura Punya Anak-Istri

Menurut catatan sejarah yang diakui pemerintah, Kapitan Pattimura tewas di tiang gantungan Belanda sebelum sempat menikah dan punya anak. Namun, menurut peneliti dari Universitas Pattimura (Unpatti), Kapitan Pattimura punya anak-istri sebelum tewas.

Heppy Leunard Lelapary adalah dosen Unpatti Ambon yang meneliti sejarah Kapitan Pattimura dari Negeri Hulaliu, Pulau Haruku, Maluku. Lokasi negeri (sebutan 'desa' dalam bahasa setempat) tempat Kapitan Pattimura berasal bukan di Haria, Pulau Saparua, Maluku, sebagaimana catatan sejarah yang selama ini diakui pemerintah, melainkan di Hulaliu, Pulau Haruku.

"Ada penemuan bukti di Negeri Hulalui, Pulau Haruku. Itu adalah catatan baptisan tahun 18 Oktober 1816 (anak pertama bernama Asaf). Di situ tertulis anak-anak Thomas Matulessy yang dibaptis di tahun itu," kata Heppy Leunard Lelapary kepada detikcom, Kamis (7/7/2022).

Thomas Matulessy punya istri bernama Maria Taihuttu dan punya tiga putra, yakni Huapati, yang bernama baptis Asaf; Risamena, yang bernama baptis Matheus; dan Benjamin.

Keturunan Thomas Matulessy masih hidup sampai sekarang dan meminta pemerintah RI meluruskan sejarah. Soalnya, keturunan Pattimura yang diakui pemerintah saat ini adalah keturunan yang diklaim berasal dari anak-cucu saudara kandung Pattimura lantaran Pattimura sendiri dianggap tidak pernah punya anak. Keturunan Pattimura yang menjadi ahli waris Pattimura saat ini berasal dari Saparua. Padahal, menurut Heppy, Pattimura berasal dari Haruku.

"Bukti temuan pembaptisan ini menggugurkan teori yang menyatakan Thomas digantung, mati muda (34 tahun) dan tidak menikah. Cerita itu adalah kesalahan," kata Heppy Leunard Lelapary [Tim detik.com].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda