Beranda / Berita / Indonesia Dianggap Perlu Tolak Aset Kripto

Indonesia Dianggap Perlu Tolak Aset Kripto

Minggu, 06 Juni 2021 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Aset kripto makin gencar diperdagangkan belakangan ini. Sifatnya yang fluktuatif dan penuh spekulasi menjadi salah satu citra buruk aset yang satu ini.

Aset kripto juga tidak memiliki underlying. Hal ini membuat bitcoin dan kawan-kawan dianggap berbahaya, apalagi untuk investor pemula.

Bahkan, menurut Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee ada hal yang lebih besar dari itu yang patut dikhawatirkan dari uang kripto, yakni ideologi.

"Sebenarnya kalau kita gali lebih jauh lagi kripto ini berangkat dari sebuah ideologi. Pemerintah harus menyadari ini ideologi, bukan masalah kriptio adalah aset spekulasi, ini jauh lebih dalam karena ideologi," ucapnya saat dihubungi detikcom.

Menurut Hans mereka para pendiri cryptocurrency sebenarnya adalah para penganut ideologi kapitalis murni. Mereka tak ingin kekayaannya diatur oleh negara.

"Jadi sebenarnya ini adalah ideologi yang harus ditentang, ini bahaya. Ini ideologi kapitalis murni yang bertentangan dengan Pancasila kita," tuturnya.

Hans menjelaskan awal mula lahirnya mata uang kripto sebenarnya lahir dari orang-orang yang memiliki pandangan yang sama dengan klasik ekonomi yang digagas oleh Adam Smith. Bahwa pasar harus dibiarkan bebas mengatur dirinya sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak manapun termasuk pemerintah.

"Menurut mereka pasar sebaiknya tidak dikendalikan oleh negara. Jadi Adam Smith itu konsepnya invisible hand, biarkan pasar membuat harga, pemerintah jangan ikut campur. Namun konsep klasik ekonomi itu menghadapi masalah, saat Amerika mengalami great depression ekonomi jatuh, akhirnya pemerintah ikut campur tangan dengan belanja dan ekonomi kembali pulih. Kemudian sampai sekarang ekonomi ya seperti itu," terangnya.

Nah berawal dari ideologi itulah para pendiri kripto berkembang. Salah satu yang membuat mereka geram adalah keleluasaan bank sentral yang mencetak uang sehingga membuat nilai jatuh. Akhirnya mereka memilih untuk membuat mata uang sendiri yang tidak bisa diatur oleh pihak manapun.

"Itulah akhirnya mereka bergabung menciptakan kriptografi. Jadi mereka ini keluar dari pemerintah, keluar dari bank sentral membentuk uang sendiri," terang Hans.

Namun, di satu sisi pemerintah justru mendukung hadirnya kripto di Indonesia. Bahkan pemerintah hendak membuat lembaga bursa khusus uang kripto.

Sementara Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai kebebasan pasar kripto membuat pergerakan harganya sangat sulit diprediksi. Tidak ada batas yang bisa diperkirakan sampai kapan harganya naik, atau sampai seberapa dalam harganya akan turun.

Hanya mereka yang memiliki uang yang banyak yang bisa mengatur pasar. Menurutnya pasar seperti sangat berbahaya.

"Ya bahaya kalau seperti itu. Tapi definisi bahaya bagi setiap orang berbeda-beda, ada yang menganggap itu sebagai peluang. Tapi ya ini lebih kepada spekulasi. Kalau spekulasi kan membuat kita nggak tenang," ucapnya.[Detik]

Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda