Beranda / Berita / Jokowi : Indonesia Negara Besar

Jokowi : Indonesia Negara Besar

Minggu, 15 April 2018 11:02 WIB

Font: Ukuran: - +


Antara: foto ajisriawan

DIALEKSIS.COM. Semarang - Presiden RI Joko Widodo kembali menegaskan bahwa Indonesia adalah negara besar. Hal itu dibuktikan dengan panjangnya waktu untuk dapat sampai dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

"Saya terbang ke Banda Aceh ke Wamena itu berapa (lama)? 9 jam 15 menit. Itu setara London ke Istanbul melewati 6-7 negara," ujar Jokowi, saat memberi sambutan kepada penyuluh agama di Semarang, Sabtu (14/4/2018).

Menurut Presiden, lamanya waktu tempuh dari satu tempat ke tempat lainnya menunjukkan besarnya negeri ini.

Jokowi berceloteh, jika naik pesawat saja membutuhkan waktu 9 jam, maka akan membutuhkan waktu berapa lama untuk berjalan kaki. "Ini negara besar. Itu kalau jalan kaki berapa tahun?" ucap Jokowi, kemudian diiringi tepuk tangan peserta.

Meski menjadi negara besar, tantangan masalah kemiskinan, ketimpangan hingga kesenjangan sosial masih terjadi. Jokowi meminta perbandingan pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia barat, tengah, dan timur.

Di Indonesia timur, sebut Jokowi, kondisi infrastrurkur jauh dari layak. Konektivitas antar wilayah belum terbangun dengan baik, seperti halnya di Pulau Jawa.

Kepada para peserta, Jokowi menunjukkan gambar jalan utama di Papua yang masih berupa jalan tanah. Ketika hujan, jalan itu menjadi rusak dan becek. "Jangan hanya lihat di Jateng. Di Papua, jalan tadi yang belum diaspal. 60 km itu butuh waktu 3 hari, memasak di tengah hutan," ucapnya.

Oleh karena itu, di masa kepemimpinannya dia menggenjot infrastruktur di Papua untuk mengurangi kesenjangan. Ia ingin agar semua jalan di Papua terkoneksi satu dengan yang lain.

"Bagaimana perasaannya warga Papua melihat di Jawa. Itu bicara antar kabupaten dan provinsi. Wamena-Nduga, 4 hari jalan kaki lewat hutan. 2019 nanti tersambung antar kabupaten dan provinsi," tambahnya.

Pada kesempatan itu, Jokowi pun meminta semua pihak untuk tidak melakukan kritik secara membabi buta. Kritik boleh asal disertai dengan data serta solusi.

"Kita kadang sering tidak bisa membedakan kritik dan mencela. Beda lho itu. Kritik dan mencemooh, kritik dan menjelekkan. Beda," ucap dia.

"Kritik itu ada data dan memberi solusi. Kalau tidak ya mencemooh. Itu yg tidak boleh dikembangkan," tambah dia. (kompas.com) 

 
Keyword:


Editor :
Ampuh Devayan

riset-JSI
Komentar Anda