Beranda / Berita / Ketua KNPI Aceh Sampaikan Cara Tekan Angka Pengangguran yang Didominasi Pemuda

Ketua KNPI Aceh Sampaikan Cara Tekan Angka Pengangguran yang Didominasi Pemuda

Kamis, 03 Desember 2020 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Roni
Ketua KNPI Aceh, Wahyu Saputra. [Dok. FB Pribadi]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, jumlah pengangguran periode Agustus 2020 mengalami peningkatan sebanyak 2,67 juta orang. Dengan demikian, jumlah angkatan kerja di Indonesia yang menganggur menjadi sebesar 9,77 juta orang.

Angka pengangguran ini kebanyakan menimpa masyarakat yang memiliki usia muda. Di mana perkiraanya, rentan umur pengangguran yang terjadi dikisaran 15 hingga 24 tahun.

Menanggapi hal itu, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Aceh, Wahyu Saputra mengatakan, persoalan pengangguran ini memang menjadi salah satu persoalan utama yang menimpa anak muda.

Untuk menekan angka pengangguran ini, Wahyu menyampaikan tiga hal yang harus dimiliki anak muda.

"Pertama, pemuda itu harus punya knowledge (pengetahuan), bisa saja dapat dari kampus, sekolah dan juga dari yang informal misalnya dari masyarakat, lingkungan dan sebagainya. Ini yang perlu dimiliki seseorang anak muda," kata Wahyu saat dihubungi Dialeksis.com, Kamis (3/12/2020).

"Kedua, harus punya skill (keterampilan). Kalau dia punya skill tentu bisa bersaing, minimal untuk bisa mendapatkan pekerjaan," tambahnya.

Ketiga, lanjutnya, yang harus dimiliki pemuda adalah attitude (sikap).

"Kalau dia bangunnya jam 10 pagi, bagaimana caranya bisa mendapatkan pekerjaan. Nah, perubahan-perubahan sikap ini harus dia punya. Harus disiplin, jujur dan tegas. Selain punya pengetahuan dan skill, dia juga harus punya sikap. Ini kalau menanggapi persoalan pengangguran," jelas Ketua KNPI Aceh itu.

Ia melanjutkan, pemerintah tentunya banyak hal yang bisa dikerjakan untuk pemuda, seperti memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan life skill (kecakapan hidup).

"Pemerintah harus memberikan akses ke microfinance (keuangan mikro), jangan hanya pelatihan setelah itu tidak ada hasil. Bagaimana pemerintah menyediakan pinjaman lunak, pinjaman tanpa bunga. Jadi, akses ke microfinance sangat dibutuhkan oleh kaum muda," ungkap Wahyu.

Terkait program Prakerja, ia berpendapat sepertinya sekadar virtual saja, tidak langsung ke teknis. Sedangkan anak-anak muda ini butuh langsung ke teknis.

"Kemudian banyak mungkin pelatihan di BLK atau di dinas-dinas lainnya, namun kurang tersosialisasi ke anak-anak muda, kesannya tertutup dan kuota jumlahnya sangat sedikit. Banyak juga pelatihan yang tidak mengarah ke kegiatan riil yang dibutuhkan anak mudah," jelas Wahyu.

"Pemerintah perlu melakukan penilaian atau evaluasi, harus melihat kebutuhan-kebutuhan yang memang dibutuhkan anak muda, itu yang harus dibuat. Harus tepat sasaran," tambahnya.

Mengenai anak muda di Aceh dalam menekankan pengangguran, Wahyu menjelaskan wilayah Aceh punya potensi luar biasa. Terutama di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.

"Contoh, kita punya lahan tidur yang tidak dipergunakan oleh masyarakat dan pemuda. Ini peran pemerintah sangat besar. Bagaimana lahan-lahan, katakanlah lahan Hutan Tanaman Industri (HTI), lahan kosong yang dimiliki perusahaan-perusahaan tapi ditelantarkan, itu mungkin bisa diambil alih oleh pemerintah, diberikan kepada anak-anak muda, dalam hal ini KNPI Aceh juga siap menjembatani itu," ungkap Wahyu.

"Kemudian diberikan alat-alat untuk menggarap, dibajak, kemudian diberikan bibit-bibit tanaman. Lalu ketika panen juga mereka menampung hasil panen itu. Hal-hal seperti ini bisa dikerjasamakan dengan anak-anak muda melalui lembaga seperti KNPI dan OKP-OKP lainnya. Sebab sejauh ini belum tersentuh hal-hal seperti itu," tambahnya.

Ketua KNPI Aceh itu berujar, selama ini yang banyak mendapat pengembangan bukan anak-anak muda melainkan kelompok-kelompok masyarakat tua dan itu tidak diketahui apakah berhasil atau sekadar seremonial saja.

"Untuk mengurangi pengangguran di kalangan kaum muda ini, harus segera ditindaklanjuti oleh pemerintah baik itu di tingkat Aceh maupun pusat. Harus segera," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda