Minggu, 08 Juni 2025
Beranda / Berita / Ketua PWM Aceh: Kurban Simbol Perlawanan terhadap Nafsu Kebinatangan

Ketua PWM Aceh: Kurban Simbol Perlawanan terhadap Nafsu Kebinatangan

Jum`at, 06 Juni 2025 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

A. Malik Musa, Ketua PW Muhammadiyah Aceh, menjadi khatib Salat Jumat di Masjid Taqwa Banda Aceh. Foto: doc Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Dalam rangka memaknai ibadah kurban pada Hari Raya Idul Adha, Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Aceh, A. Malik Musa, S.H., M.Hum., bertindak sebagai khatib pada Salat Jumat di Masjid Taqwa Muhammadiyah Aceh, Jumat (6 Juni 2025). Dalam ceramahnya, A. Malik Musa mengajak jamaah untuk memahami manfaat mendasar kurban, baik secara spiritual maupun sosial, sebagaimana telah diatur dalam Al-Quran dan hadis.

A. Malik Musa memulai ceramah dengan merujuk pada Surat Al - Kautsar ayat 1 - 3, yang secara jelas memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan salat dan berkurban. Ia membacakan bunyi ayat tersebut:

“Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” (QS. Al-Kautsar: 1“3).

Menurut A. Malik Musa, dalil ini menunjukkan bahwa nilai kurban di mata Allah SWT sangat agung, sehingga siapa saja yang menjalankannya akan meraih beragam manfaat. Ia menekankan bahwa ibadah kurban bukan sekadar ritual memotong hewan, melainkan juga cerminan rasa syukur dan ketaatan kepada Sang Pencipta.

Dalam kesempatan itu, A. Malik Musa merangkum sepuluh manfaat utama yang diperoleh orang yang berkurban dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Ringkasannya sebagai berikut:

Merujuk penjelasan Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, khatib menegaskan bahwa berkurban merupakan wujud mendekatkan diri kepada Allah dengan mengorbankan hewan terbaik dan mengeluarkan harta yang dicintai. Ia menambahkan bahwa semua bentuk ibadah Rasulullah SAW mulai dari salat hingga berkurban terpusat hanya untuk Allah SWT, sebagaimana termaktub dalam Surat Al-An’am ayat 162 - 163:

“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadaku. Aku adalah orang yang pertama dalam kelompok orang muslim.’” (QS. Al-An’am: 162 - 163).

A. Malik Musa mengingatkan bahwa berkurban menuntun umat Islam ke ranah syukur atas nikmat harta yang telah diberikan Allah. Ia mengutip Surat Ibrahim ayat 34:

“Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat ingkar.” (QS. Ibrahim: 34).

Melalui kutipan tersebut, khatib menegaskan bahwa manusia tidak akan mampu menghitung nikmat Allah, sehingga wajar jika salah satu bentuk syukur adalah berkurban.

Pertolongan di Akhirat Kelak

Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak ada amalan yang lebih dicintai Allah pada hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan kurban. Lewat hadis riwayat Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah, dijelaskan:

“Hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karena itu, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.”

A. Malik Musa menafsirkan bahwa darah hewan kurban yang sampai di sisi Allah menunjukkan pentingnya keikhlasan dan kualitas hewan yang dipersembahkan.

Sebagai Penebus Dosa

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Al-Bazzar dan Ibnu Hibban, khatib menyebutkan bahwa tetesan darah pertama hewan kurban menjadi penghapus dosa. “Hai Fatimah, berdirilah di sisi kurbanmu dan saksikanlah ia, sesungguhnya tetesan darahnya yang pertama itu adalah pengampunan bagimu atas dosa-dosamu yang telah lalu,” demikian salah satu redaksi hadis yang dikutip A. Malik Musa.

Menghidupkan Sunah Rasulullah SAW

Ibadah kurban juga sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah dalam Surat An - Nahl ayat 123:

“Kemudian, Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), ‘Ikutilah agama Ibrahim sebagai (sosok) yang hanif dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.’” (QS. An - Nahl: 123).

Dengan menjalankan kurban, umat Islam mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS, yang menjadi teladan ketaatan dan pengorbanan.

Belajar Arti Kesabaran

Kisah Nabi Ibrahim AS yang bersedia menyembelih putranya, Ismail AS, menjadi pelajaran besar tentang kesabaran dan ketundukan total kepada kehendak Allah. A. Malik Musa menguraikan narasi dari Surat As-Saffat ayat 102 - 111, di mana Allah akhirnya mengganti Ismail AS dengan hewan kurban yang besar. “Kisah ini mengajarkan makna sabar yang hakiki saat diuji,” ujar khatib.

Menumbuhkan Kepedulian Sosial

Pada momen Idul Adha, A. Malik Musa mengingatkan bahwa tidak semua lapisan masyarakat mampu menikmati makanan bergizi pada hari raya. Dengan berkurban, umat yang mampu diharapkan membagikan daging hewan kepada fakir miskin dan dhuafa. “Kurban tidak hanya berhenti pada memotong hewan, tetapi juga menumbuhkan rasa kepedulian kepada sesama,” tandasnya.

Menyucikan Diri dan Harta Benda

A. Malik Musa menyebutkan bahwa berkurban ibarat “membilas” harta yang dimiliki. Ketika seseorang ikhlas membagi rezeki berupa hewan kurban, itu menjadi sarana menyucikan diri dan hartanya, sekaligus mendekatkan diri kepada ridha Allah SWT.

Memberdayakan Usaha Ternak Lokal

Ibadah kurban juga berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat. A. Malik Musa menjelaskan bahwa peternak lokal”baik pengusaha kambing maupun sapi”mendapat kesempatan memperoleh penghasilan tambahan. “Ini momentum bagi kita untuk mendukung usaha peternak Aceh, sehingga perekonomian sektor peternakan dapat terus berkembang,” kata khatib.

Penyempurna Ibadah

Terakhir, khatib mengutip hadis dari jalur Anas bin Malik:

“Siapa yang menyembelih (hewan kurban) sebelum Salat Idul Adha, maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri dan siapa yang menyembelih sesudah Salat Idul Adha, maka sempurnalah ibadahnya dan ia mengikuti sunnah kaum muslim.” (Muttafaq ‘Alaih).

Melalui hadis ini, A. Malik Musa menegaskan bahwa pelaksanaan kurban setelah salat Idul Adha merupakan bentuk kesempurnaan ibadah yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

Di akhir khutbah, A. Malik Musa mengajak seluruh jamaah untuk menjadikan momentum Idul Adha sebagai sarana introspeksi dan penguatan iman. Ia berharap agar manfaat kurban tidak hanya dirasakan pada saat pemotongan hewan, tetapi juga terus membekas dalam kehidupan sehari-hari.

“Semoga kita tergolong orang-orang yang ikhlas, selalu bersyukur, dan gemar berbuat kebajikan di jalan Allah SWT,” pungkasnya.


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI