DIALEKSIS.COM | Jakarta - Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang menjadi prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus menunjukkan dampak nyata di ruang kelas.
Melalui pembekalan kompetensi pedagogi, praktik lapangan selama satu tahun, hingga pemantapan profesionalisme guru, PPG dinilai berhasil melahirkan tenaga pendidik yang lebih adaptif, reflektif, dan responsif terhadap kebutuhan belajar murid.
Direktur PPG, Ferry Maulana Putra, menegaskan bahwa profesi guru kini dituntut semakin kompeten dan relevan dengan perkembangan pembelajaran.
“Menjadi guru adalah peluang karier yang mulia dan berdampak besar bagi murid. Guru harus terus terampil, mengikuti perkembangan zaman, sekaligus mendapatkan peningkatan kesejahteraan melalui tunjangan lulusan PPG,” ujar Ferry, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Minggu (23/11/2025).
Di SMA Negeri 1 Samarinda, Kalimantan Timur, praktik baik itu diwujudkan oleh Alexander Rendi Hm, guru mata pelajaran sejarah. Ia merasakan transformasi signifikan setelah mengikuti PPG, mulai dari keterampilan asesmen awal hingga kemampuan merancang strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhan tiap murid.
“PPG membuka wawasan saya soal pentingnya asesmen awal untuk memetakan kemampuan murid. Dari situ saya bisa menyusun metode pembelajaran yang tepat. Di akhir pembelajaran, saya juga dapat mengevaluasi hasilnya sebagai bahan untuk meningkatkan metode ke depan,” jelasnya.
Pendekatan tersebut dinilai memberikan ruang bagi guru untuk tidak hanya mengajar, tetapi juga menganalisis perkembangan murid secara sistematis--sebuah kompetensi yang menjadi inti dari PPG.
Cerita serupa datang dari Aulia Nurul Efendi, lulusan PPG Guru Tertentu yang kini mengajar mata pelajaran kimia. Ia menilai PPG membuka cakrawala baru dalam mengelola pembelajaran, termasuk pemanfaatan kecerdasan artifisial (AI) hingga pengelolaan sosial emosional murid.
“Sebagai guru kimia, saya merancang metode belajar berbasis media digital dan AI. Di kelas, murid saya bagi ke beberapa kelompok dan diminta menemukan rumusan kimia melalui kartu-kartu konsep. Semua itu saya kembangkan dari materi yang saya dapatkan selama PPG,” ungkapnya.
Menurut Aulia, keterampilan mengelola dinamika kelas dan konseling sosial-emosional juga menjadi bekal penting dalam menciptakan pengalaman belajar yang aman dan inklusif.
Kisah dua guru dari Samarinda ini menunjukkan bahwa PPG tidak hanya menambah kompetensi individual, tetapi juga memperkuat kualitas pembelajaran di sekolah--mulai dari asesmen, strategi mengajar adaptif, hingga pemanfaatan teknologi.
Dengan semakin banyak lulusan PPG yang kembali ke sekolah dan membawa praktik baik, Kemendikdasmen menegaskan komitmennya untuk memperluas dampak program ini agar proses pembelajaran di seluruh Indonesia semakin relevan, modern, dan berpusat pada murid.